Sabtu pagi yang cerah itu Adagaki Hime terkejut. Hal pertama yang ia pikirkan adalah: “Takao apakan kekasih tsundereku?”
KnB Fanfiction Indonesia
Butterflies
KnB milik Fujimaki Tadatoshi
.
.
.Midorima Shintarou x Adagaki Hime
Hime mengerjap dua kali. Masih mengernyit mencoba terka apa yang terjadi. Saat membuka mata pagi ini ia disambut sang kekasih yang memandanginya lekat-lekat.
“Apa yang kau lakukan, Shin?” tanya gadis itu bingung.
Midorima Shintarou, kekasih hijau gadis itu, malah tersenyum.
Ya Allah, mimpi apa aku semalam? Pikir Hime. Ah, tunggu, aku bermimpi dikejar anjingnya Tetsuya karena menumpahkan milkshake pemuda itu.
Suara berat Midorima membuat lamunan Hime akan mimpi absurdnya buyar. Gadis itu menatap Midorima yang berujar lancar lengkap dengan akhiran nanodayonya, namun tanpa tsunderenya.
“Mendapatimu di sisiku saat bangun di pagi hari adalah impianku sepanjang enam belas tahun hidupku ini, nanodayo. Memandangi wajah manismu selalu membuatku merasa semangat untuk menjalani hari, ‘nodayo,” ujar pemuda itu. Manik hijau jernihnya tak berpindah fokus dari Adagaki sedikitpun, bahkan saat ia mendekatkan kepala pada wajah Hime dan memberikan kecupan selamat pagi untuk gadis itu, ia tak sedikitpun mengalihkan fokus. Bahkan hanya untuk berkedip pun ia takkan memaafkan dirinya sendiri, sepertinya.
Hime cengo'. Mengerjap saat rasakan Midorima mulai memperdalam pagutan itu dengan sedikit melumat.
“Mmn...” Midorima kembali melumat, meminta respons.
Cepat-cepat Adagaki Hime mendorong bahu kekar Midorima yang lengah. Membuat jarak dan buru-buru bangkit dari ranjang.
Dengan wajah merah padam karena malu gadis itu berujar, “Aku harus kerja!” lalu melangkah cepat keluar kamar.
Midorima memiringkan kepala, Sekarang ‘kan hari Sabtu? Kerja bukannya libur? Dan juga, bukannya di kamar ini ada kamar mandi?
***
Setelah mandi Hime berharap dengan segenap jiwa raga akan menemukan Midorima yang biasanya: Midorimanya yang tsundere. Namun bahkan ia pun harus menelan keterkejutan dan kekecewaan yang seolah menjejal perasaannya saat mendapati Midorima telah sibuk di dapur. Pemuda itu sibuk mengaduk sesuatu di panci.
Apa ini mimpi? Hime tak habis pikir.
Untung-untung rumah tak meledak, begitu pikirnya lagi. Enteng mengangkat bahu dan melangkah memasuki areal dapur dan bersama Midorima memulai prosesi sarapan pagi itu.
Lima menit dalam hening. Bukannya menyantap sarapan Hime malah memandang lekat-lekat Midorima. Mengamati cara pemuda itu makan dengan tangan kirinya yang ditapping sedemikian rupa.
“Kau tahu kau sudah menatapku terlalu lama, nanodayo?” Midorima bersuara. Membuat Hime tersentak dan jadi doki-doki telah tertangkap kering mencuri-curi pandang si surai hijau lumut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
Fiksi PenggemarKami tak menyinggung cinta. . . . . . Kami tak pernah menyalahkan perasaan. . . . . . Bukan sebuah kesalahan jika ada banyak hal tak terduga dalam diri kami. . . . . . Hanya perasaan meluap yang butuh dilampiaskan. Dan saat kami melakukannya, seo...