Kenangan - Nijimura Shuuzo x Regina Asa

230 12 9
                                    

Untuk sesaat, Nijimura terkadang merasakan waktu seolah terhenti. Seolah ada sepasang tangan mendekapnya erat hingga dirinya kesulitan bernapas. Terkadang pula ia merasakan ada pengganjal pada matanya hingga berkedip pun terasa mustahil.

Ya, saat ia memandangi jalanan itu.

Perempatan biasa. Jika lurus ke timur akan sampai pada Maji Burger, kedai makanan cepat saji yang terkenal belakangan ini. Lampu jalan merah-kuning-biru yang menyala konstan, tampak unik. Beberapa pejalan kaki yang akan melintas bersamaan bagai semut. Dan sebuah lapangan bola yang tandus, Nijimura sering bermain basket di sana untuk menghalau suntuk. Dan saat itulah ia merasakan hal tadi.

Seolah, dirinya dan sesuatu di jalan itu terhubung.

Seolah ada sesuatu yang pernah terjadi di sana. Sesuatu yang amat penting bagi Nijimura yang tanpa sengaja terlupa.

Sore itu setelah puas bermain bersama beberapa pemuda dari SMA Swasta terdekat, mereka anak-anak voli yang entah mengapa bisa basket, Nijimura duduk santai di bangku tepi lapangan. Memandangi pusat simpang empat itu tanpa kedip.

"Baiklah, dua..."

"... Apa?"

"... Milkshake, atau umaibou!"

"Aku bukan Kuroko-san, juga bukan Murasakibara-san,"

"Oh, ayolah! Baiklah, baiklah... Erm, yakisoba saja."

"Aku mau burger."

"Baiklah!"

Nijimura meringis, sedikit nyeri terasa di kepalanya. Tangannya terarah ke sana, memegang dan sedikit diremat.

"Hari ini kau ke Amerika?"

"Um. Kemungkinan dua-tiga tahun lagi aku kembali."

"Hah?! Senpai, itu lama sekali."

"Hm? Tak apa, 'kan? Kau pasti menungguku, 'kan?"

Gadis itu menunduk.

Nijimura menggeram pelan saat kepalanya seperti dihantam palu. Sakit dan nyeri. Ingin rasanya Nijimura mencabut semua rambutnya untuk mengekspresikan sakit itu.

"Tapi aku belum tentu bisa,"

Tubuh Nijimura sudah bersimbah keringat, bola basket menggelinding saat tubuhnya ambruk ke bawah. Mengejan kesakitan karena serangan mendadak dalam kepala.

"... Tunggu!"

[Ckiiiiiiit!]

Tubuh gadis itu terlempar cukup jauh, kemudian tergeletak di tengah jalanan dengan darah perlahan memenuhi areal itu.

Nijimura meraung, sebelum akhirnya jatuh terbaring kehilangan kesadaran.

Sebuah nama terbersit.

"Saat kau ragu dan kehilang arah, panggil saja namaku! Aku akan ada di sana!"

"Baiklah...


Asa..."

***
!UDAH!

A/n: Done, ya. Walau pendek dan amberugul.

Enjoy, Dhek ReIrwi

17 Mei 2018

Rin

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang