Seandainya, nih, ya...

366 19 47
                                    

Kali ini Asa sedang dilanda kesal. Tugas dan ulangan yang menumpuk membuatnya pening bukan main. Belum lagi tingkah kakaknya. Ia mengambil duduk di kursi beton depan kelas tingkat pertama dan bertemu dengan...

Nijimura Shuuzo

SEORANG pemuda berambut hitam lewat begitu saja di depan Asa, dan bersandar ke pohon dekat bangku tersebut. Seolah pemuda bermodel poni belah samping itu tak melihat kehadiran si gadis di sana.

Dongkol bertambah, Asa bersiap memikirkan makian terkejam yang akan berakhir di bakarnya.

Terdengar pemuda berambut hitam itu mengisap ingus.

Tunggu, Asa terhenyak sedikit berjengit dari duduk, Apa dia menangis?!

Gadis itu mulai celingukan bingung. Takut-takut salah bertindak dan membuat fokus si pemuda beralih padanya.

Oke, aku akan menyingkir dari sini pelan-pelan! Yosh! Pikir Asa dan bangkit perlahan.

[Kretek!]

Fuuuuuuuuuuuuuc---

“Eh, ada orang, toh?”

Asa berjengit. Mendadak menggigil saat rasakan fokus berlebih dari balik punggung.

Makin gemetaran si gadis saat merasakan sebuah tepukan menyapa bahu kirinya. Pun diikuti embus napas seseorang yang menyapu telinganya, menggelitik.

“Kalau kau melihat yang barusan, lupakan saja,” ujar si pemuda, “Aku Nijimura. 3-A.”

Rasanya Asa ingin pingsan saja.

Haizaki Shougo

SUNGGUH, Asa tak berharap bertemu seseorang lagi dan... Oh, ya ampun, belum puas si Giring Niji tadi menggelitik telinganya dengan napas, pemuda itu bahkan menggesekkan pipi ke rambut Asa--entah sengaja atau tidak. Maka, sang gadis pun memilih perpustakaan sebagai destinasinya misuh dalam hening.

Setelah menyapa sang penjaga perpustakaan yang kebetulan senior yang dikenalinya, gadis itu segera menyusup ke antara rak buku fiksi. Asal mengambil satu dan membawanya ke meja baca dekat situ.

Berat badan ditumpukan ke kursi kayu bersandaran tinggi, buku dibuka dan konsentrasi coba dipusatkan ke bacaan di hadapan. Belum satu kata dibaca, suara dengkuran seseorang membuat Asa berjengit kaget.

Ia melirik sosok yang dengan santainya menggunakan buku ensiklopedia sebagai bantal, pun ngiler di sana.

Ya ampun, gak takut disuruh bayar denda, kah? Pikir Asa, entah mengapa memikirkan pemilik tampang damai dalam tidur berambut kelabu itu disuruh membayar denda telah berbuat tidak senonoh terhadap salah satu koleksi buku membuatnya kasihan. Sedikit, oke, sedikit kasihan!

Karena ragu dapat membaca dengan tenang dalam kondisi demikian, Asa pun memilih diam. Buku dibiarkan terbuka sedangkan ia sendiri menopang dagu menatap ke arah si surai kelabu.

Pemuda itu menggeliat. Secara tak sengaja Asa dapat melihat name tag si pemuda, Haizaki Shougo kalau tak salah.

Tunggu, dulu! Asa mengernyit. Kakaknya sering menceritakan pemuda bernama Haizaki ini, dengan tampang sebal dan decakan berulang kali seolah kisah hidup si rambut kelabu benar-benar tumor bagi lidahnya.

ButterfliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang