Prang!
Brak!!
“Darimana saja kau, Dasar Anak Berandal! Tidak perlu pulang sekalian saja!!”
“Aku mau pulang, mau di comberan semuanya terserah aku, Dasar Tukang Selingkuh!!”
Ini selalu terjadi, setiap malam dan hampir setiap harinya.
Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia
Butterflies「Kuroko no Basket Chara x Reader」
Disclaimer as Always
.
.
.Berandal - Haizaki Shougo x Reader
Gorden tersibak membuka setelah suara gedebuk di balkon mengisi keheningan malam. Sesosok gadis manis yang tengah asyik mencoret buku sketsa, kamu, menoleh dan dapati sosok sahabatmu tengah mengatur nafas di ambang pintu penghubung menuju balkon.
“Ada yang bisa kubantu?”, kamu berujar seraya memiringkan kepala.
Pemuda itu sahabatmu, Haizaki Shougo, tak menjawab pertanyaanmu dan melangkah masuk seperti biasa. Ia membuka lemarimu, menyambar handuk yang selalu ia gunakan tiap kali menyusup diam-diam kemari dan mengeringkan rambutnya.
“Kau kelihatan kacau?”, kamu berputar dari kursimu, memandanginya yang sibuk sendiri.
Haizaki bergumam menanggapi, masih sibuk dengan rambut hitamnya.
“Dimana orang tuamu?”, tanya Haizaki setelah melemparkan handuk basah bekasnya padamu, yang secara beruntung, kamu tangkap.
“Mereka berkunjung ke rumah Paman, aku sudah bilang kalau Bibiku sakit, kan?”
Haizaki menggumam. Ia menjatuhkan diri di atas ranjangmu, menggulig ke sana kemari membuat udara lembab tubuhnya membasahi spreimu.
“Shougo, kau membasahi ranjangku!”, bentakmu kesal.
Pemuda itu tak bergeming. Ia malah mendesah cukup keras. Memnuat kedutan kesalmu makin menjadi.
“Haizaki Shougo keluar dari kam---maksudku, dari rumahku sekarang juga!”, serumu akhirnya.
Tak ada jawaban berarti.
Kemudian tetiba pemuda itu bangkit, membuatmu hampir terjungkal ke belakang.
“Kau punya makan malam?”, ia bertanya seraya melangkah mendekati pintu.
Kamu mengangguk, “Itu sisa untuk besok juga,” ujarmu.
Haizaki mencapai pintu, “Aku lapar dan malas memasak, boleh kumakan?”, ia menatapmu dengan manik hitam nan tajam miliknya.
Kamu meneguk ludah, “Sisakan untukku juga,” ujarmu menambahkan, “Dan jangan sentuh kroketnya!”
Haizaki terkekeh, “Dimengerti,” jawabannya teredam pintu yang menutup.
Yap, seperti itulah kebiasaan seorang Haizaki Shougo jika sedang di rumah. Kalian tahu sendiri bukan, kalau berandal sejenis Haizaki pasti akan menghabiskan malam Minggu atau bahkan malam-malam biasa untuk nongkrog di bar dengan wanita-wanita jalang?
Haizaki tidak begitu, seberandal-berandalnya Haizaki dia akan datang kepadamu saat keadaan rumahnya mulai kacau dan meminta makan malam.
Ia biasanya datang dengan keadaan rambut basah seperti habis keramas dan tubuh yang menitiskan air.
Pertama kali ia masuk dalam keadaan seperti itu hampir dua tahun lalu, saat ia kelas tiga SMP, dan kamu mencak-mencak karena ia mengotori balkonmu juga menggunakan handukmu sesuka hatinya.
Namun seiring waktu kamu mulai terbiasa dan menerimanya seolah menerima tamu seperti biasa.
“Sudah kubilang jangan sentuh kroketnya!”, kamu membentaknya saat tangan tak tahu diri milik Haizaki mencomot sebuah kroket yang sudah kamu goreng susah payah, mengingat kamu yang tak bisa masak, dan memakannya sekali suap.
“Habis kelihatan enak, sih,” elak Haizaki seenaknya.
Yeah, beginilah kegiatan kalian tiap malam.
Kamu yang sudah kenal Haizaki semenjak kecil memaklumi perilaku pemuda itu. Ia yang dibesarkan di keluarga broken home membuatnya makin hari makin bandel karena mencari pelampiasan kesedihannya.
“Jadi, ada masalah apa?”, kamu memgambil duduk di depan sahabatnu itu. Menatapnya yang dengan rakus menghabiskan sepiring kari.
Ia menatapmu sejenak, kemudian lanjut makan.
“Pria kurang ajar itu datang lagi, dia bilang mau membawaku dari Ibu dan malah memarahiku,” Haizaki menjawab.
Kamu tersenyum kecut. Ibu Haizaki adalah seorang wanita pekerja keras yang tak punya suami namun selalu terlihat dekat dengan berbagai pria berbeda tiap harinya. Yang kadang kamu lihat adalah seorang pria datang dan hari berikutnya datang lelaki lain yang berbeda, bermalam di kediaman Haizaki.
Dan salah satunya adalah ayah biologis Haizaki.
“Lalu kenapa kau minta makan ke rumahku!?”, serumu kesal, “Kamu 'kan bisa masak sendiri!”
“Sudah kubilang aku malas memasak, di ruang keluargaku ada Bajingan itu,” jawab Haizaki terlihat kesal.
“Lucu, kau menyebut ayahmu Bajingan padahal kau sendiri juga Bajingan,” kamu terkekeh sinis.
Haizaki menatapmu tajam.
“Apa?”, tantangmu berpura-pura berani.
“Setidaknya aku tidak terlalu bajingan hingga mencampakkan wanita,” ia menyeringai.
Kamu mengerti maksudnya, dan rona merah menghiasi pipimu, “Hentikan pembahasan tentang bajingan ini, selesaikan makanmu dan segeralah pulang,” usirmu.
Haizaki terkekeh, “Siap, Nyonya,” guraunya sebelum menyantap habis kari yang tersisa di piringnya.
***
“Baiklah, aku pulang,” ujar Haizaki.
Kamu mendengus, “Pulang sana, jangan pernah ke sini lagi,” kamu tersenyum.
Ia membalas senyummu dan bersiap melompat kembali ke balkon kamarnya.
“Oh ya, (Name),” panggilan Haizaki disertai ia yang kembali memghadapmu membuatmu mengernyit.
Namun sepersekian detik berikutnya manikmu melebar karena ia sudah menempelkan bibirnya pada bibirmu, melumatnya pelan.
“Itu untuk makan malamnya, akan kubelikan kroket yang banyak besok. Sampai nanti, Sayang,” ia berujar kemudian melompat ke balkonnya.
Kamu merona dan satu nama yang kamu teriakkan malam itu menggaung di langit gelap. Yaitu namanya, si kekasih berandalmu, Haizaki Shougo.
17 November 2017
Aomine Rin
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
Fiksi PenggemarKami tak menyinggung cinta. . . . . . Kami tak pernah menyalahkan perasaan. . . . . . Bukan sebuah kesalahan jika ada banyak hal tak terduga dalam diri kami. . . . . . Hanya perasaan meluap yang butuh dilampiaskan. Dan saat kami melakukannya, seo...