Piece-3 : Spam Chat

2.3K 348 27
                                    

👇👇👇

.

.

.


Kling!

-Maaf-

Sudah 5 kali Elsa menerima pesan yang sama, namun gadis itu tidak ingin membalas apapun. Read pun hanya ia lakukan saat pesan pertama ia terima. Bisa saja ia memblock kontak itu, tapi entah kenapa Elsa juga enggan untuk melakukannya. Memang mengganggu sih, tapi setidaknya ia tahu pria itu sadar akan kesalahannya.

Elsa masih berguling-guling tidak jelas di kasurnya. Tidak ada notifikasi lain selain pesan dari kontak sialan itu yang telah membuatnya mengumpat pada sahabatnya. Mungkin jika Mina ada di dekatnya ia akan langsung menjambaknya. Sia-sia ia mempertahankan seorang sahabat yang selama ini dianggapnya paling berharga kalau tingkahnya begitu membuatnya menguras emosi.

Emosi?

Bukan, bukan tentang hal marah-marah. Memangnya emosi hanya marah saja? Tidak.

Elsa telah mengeluarkan banyak emosi sejak kemarin. Bahkan saat dimulainya perdebatan dengan pria asing itu. Jika boleh ia ingin mengambangkannya saja di laut bersama ikan-ikan agar pria itu lenyap.

Kling!

-Maaf-

Dan untuk yang keenam kalinya ia melihat pesan popup itu mengambang di layarnya. Bahkan saking sebalnya ia ingin mematikan saja ponselnya seperti yang biasa ia lakukan saat diteror oleh orang-orang yang dijodohkan Mina padanya. Tapi apakah Elsa tega membiarkan seseorang meminta maaf lama-lama?

Elsa sebenarnya memang tipe orang yang tidak tega dengan sesuatu yang menyakiti hati orang lain. Atau membiarkan orang lain membencinya, kecuali orang itu memang orang yang memiliki sifat dasar yang buruk yang merugikan bagi dirinya sendiri.

Kling!

Ia yakin pesan itu dari pria menyebalkan itu yang masih dengan giat untuk menuliskan hal yang sama. Elsa pikir walaupun memiliki derajat pendidikan dan pekerjaan yang lebih tinggi tidak membuat seseorang itu bisa merangkai kata-kata dengan baik. Haruskan Elsa sombong?

-Laper-

"What the fu..!" buru-buru Elsa melempar ponselnya jauh-jauh lantas menutup mulutnya yang hampir mengumpat itu.

Kling!

Lagi-lagi pria itu terus meneror Elsa. Gadis itu menulikan telinganya. Ia menangkup kedua sisi kepalanya dengan guling. Rasanya ingin tenggelam saja pada saluran pembuangan jika suara mencekam itu kembali muncul. Bulu kuduk yang selama ini tenang kini mulai memberontak. Elsa tidak tahu kenapa perasaannya begitu kacau. Gadis itu meringis, ia ingin kembali pada masa-masa tenangnya beberapa hari yang lalu.

Kling!

Lagi-lagi pesan itu kembali berbunyi. Kini mau tidak mau Elsa harus menyelesaikan semuanya. Ia tidak mau setiap hari dihantui oleh rasa bersalah orang lain padanya. Apalagi sampai menghubunginya berkali-kali seperti ini. Perlahan ia meraih ponselnya kembali yang berposisi tengkurap. Ia membaliknya dan langsung melihat keseluruhan pesannya tanpa menghiraukan pesan terakhirnya yang muncul di layarnya.

+6287-845-xxx-xxx

-Maaf- 08.01

-Maaf- 08.05

-Maaf- 08.10

-Maaf- 08.17

-Maaf- 08.31

INTROVERT | Complete️✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang