Piece-9: Yixing POV (Bus Kota)

2K 281 30
                                    

👇👇👇👇👇

.

.

.

.

.


"Elsa!"

Gue baru sadar Elsa sudah pergi saat mantan gue selesai ngomel-ngomel nggak jelas soal hubungan kita yang udah berakhir. Omong-omong, gue nggak pernah memperlakukan dia seenaknya kecuali dia sendiri yang berulah. Gue udah jengah dengan kelakuannya selama ini. Gue tahu sifat Sooyoung yang hampir mirip dengan bokapnya yang notabene adalah seorang jendral yang hobi turun panjat gunung demi latihan. Sifat keras dan suka seenaknya sendiri juga hampir persis kayak bokapnya. Cuma tubuh dan wajahnya aja yang sama kayak nyokapnya yang cantik. Gue udah nggak perduli kalau-kalau om jendral manggil gue buat diintrogasi karena udah mutusin anaknya. Gue udah siap mau jawab apa. Anaknya aja keterlaluan begini. Jujur gue dulu sayang sama dia juga karena sifatnya yang mandiri di luar tapi kalau sama gue bisa manja-manjaan. Tapi ketika itu dia masih kuliah awal. Semenjak semester 3 dia sibuk dengan organisasi mapala di kampusnya. Gue di cuekin sumpah. Kayak udah nggak punya kekasih. Hubungan gue kayak digantung gitu. Punya cewek tapi kok nggak pernah ada buat gue. Sampai akhirnya perasaan suka itu mulai terasa hambar. Dan gue dengan giat memantapkan hati buat mutusin dia. Gue juga butuh masa depan kalau dia mau tahu. Tapi nggak, dia itu terlalu santai dengan kehidupannya. Gue nggak tahu harus memperlakukan dia bagaimana lagi.

Langkah gue percepat supaya bisa nyusul Elsa pergi. Gue yakin dia udah keluar dari gedung mall buat nungguin bus lewat. Gue selama ini emang nggak pernah sekalipun naik bus, tapi gue tahu kalau bus itu datangnya jarang-jarang sekarang. Udah banyak transportasi online yang lebih praktis dan murah, tapi kenapa Elsa justru lebih memilih naik bus? Gue harus kejar dan anterin dia pulang. Gue udah janji sama Mamanya buat ngembaliin dia selamat sampai di rumah.

Gue nyebrang jalan raya saat gue tahu Elsa tengah berdiri sendirian di pinggir jalan bersama orang-orang penunggu transportasi yang lain. Gue jadi kasihan sama dia yang udah kayak orang ilang berdiri sendiri nggak ada yang nemenin. Mungkin selama ini gue nggak tahu kesendirian yang dia rasakan. Mengingat Elsa pernah gue biarin pergi naik bus karena dia marah sama gue waktu pertama kali ketemu. Jujur waktu itu gue juga merasa bersalah dan menyesal.

Gue udah nyebrang dan diam-diam berdiri tidak jauh dari posisinya. Gue sedikit menyembunyikan diri dibalik punggung ibu-ibu pembawa tenggok. Gue nggak yakin kalau tiba-tiba narik dia untuk gue anterin pulang justru membuatnya semakin kesal sama gue.

Nggak lama gue liat bus mini berhenti di depan kami. Gue lihat jurusannya menuju terminal Solo, bukannya langsung lewat depan rumahnya. Gue mengernyit heran. Namun gue akhirnya sadar kembali karena busnya sudah akan berangkat dan tanpa gue berpikir panjang gue nyusul buat menghentikan bus itu. Gue naik dari pintu belakang. Karena udah penuh gue akhirnya cuma berdiri berdesakan sama bapak-bapak berbau keringat sama ibu-ibu yang bawa tenggok tadi.

Gue sekarang nggak tahu kemana pikiran gue yang tiba-tiba mutusin buat ngikutin Elsa naik bus. Untungnya dia dapet tempat duduk di depan walaupun sebelah tempat duduknya itu anak cowok yang pake seragam sekolah.

"Bayar mas!" seseorang nepuk pundak gue. Reflek gue ambil dompet dari saku celana dan memberikannya selembar uang kertas warna biru.

"Mas, ini sekalian sama Mbaknya yg duduk di depan pake baju biru kotak-kotak. Kembaliannya buat Mas aja."

Mas kondekturnya juga cuma ngacungin jempol dan berlalu gitu aja. Nggak makasih nih? Ya udah bodo amat. Gue denger dengan samar-samar Elsa ngeyel mau bayar ongkos bus tapi Masnya pinter, dia bilang Elsa lupa kalau udah bayar. Gue cuma bisa bernafas lega. Tak lama kemudian Bus berhenti dan beberapa orang turun dan menyisakan satu bangku di jok tengah paling belakang. Setidaknya gue nggak pegel berdiri. Toh dari sini juga masih bisa ngawasin tuh cewek.

INTROVERT | Complete️✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang