***
"Udah, Sa! Jangan bawa mangkuk yang besar-besar. Biar Mamah atau Bibi saja!" ucap ibu mertuaku yang meradang menjadi cerewet tiba-tiba.
Acara se-istimewa ini, mana mungkin aku lewatkan begitu saja.
"Nggak, Mah! Ini ulang tahun Yixing pertamaku. Jadi, nggak papa. Aku masih kuat kok, Mah!"
"Tapi, Sayang. Hati-hati itu... Aduh!"
Aku melengos pergi menaruh semangkuk besar opor ayam ke meja makan.
"Mamah!"
Aku mendengar suara Ayah mertuaku memanggil Mamah. Aku sedikit menundukkan kepalaku takut. Sosok Papah memang belum terlalu akrab denganku. Aku masih menilainya galak bahkan semenjak pernikahan.
"Acaranya buat besok udah ready, kan?"
"Udah, Pah! Beres kalau sama Mamah."
"Orang kantor juga udah Papah atur, jadi besok tinggal langsung saja."
"Eh... Eh... Kamu ngapain angkat-angkat begitu? Bahaya lho!" tiba-tiba Papah nunjuk-nunjuk ke arahku. Dia memarahiku seperti aku ini bawahannya saja. Bukan soal memperingatkannya. Tapi nada bicaranya itu yang membuatku takut.
"Mamah ngapain sih nyuruh Elsa angkat-angkat gitu?"
"Udah, Non. Biar Bibi aja yang siapin." mangkukku seketika diambil alih oleh Bibi yang mendengar peringatan Papahnya Yixing padaku.
"Udah aku ingetin tadi. Ini juga ulang tahun Yixing pertama dia. Maklumi ajalah, Pah!"
"Ati-ati lho! Masih rawan itu." omelan Papah terdengar ganjil di telingaku. Dia bahkan sedikit menurunkan nada bicaranya untuk membalas dan menjelaskannya Mamah.
"Udah. Kamu, nggak usah bantu-bantu di sini! Panggil Yixing saja, suruh ke mari. Makanan sudah siap."
"Iya, Pah!" ucapku takut-takut. Papahnya kalau sedang berbicara persis seperti raungan harimau. Nyaliku sampai terpelanting ke bawah.
***
"Udah, nggak papa. Papah memang orangnya kayak gitu. Jangan diambil hati."
Aku mengangguk-angguk pasrah setelah aku mengadu ke Mas Yixing soal Papahnya tadi. Sebagai orang baru aku tidak bisa setenang Yixing yang sudah menghadapi Papahnya selama 27 tahun.
Tanganku digandeng Yixing menuju meja makan. Papah dan Mamah ternyata sudah siap dan menunggu kami.
"Duduk, Sayang! Aduh gantengnya anak Mamah yang lagi ulang tahun." timang Mamah pada anaknya. Yixing hanya tersenyum malu saja sambil sesekali melirikku.
Aku duduk bersebelahan dengan Yixing sementara Papah dan Mamah juga duduk bersebelahan di seberang kami.
Kami, maksudku mereka mengobrolkan betapa bangganya mereka memiliki sosok Yixing sebagai anak mereka.
Sudah dia tampan, baik, bekerja keras, jenius, sopan apalagi. Semua pujian itu mengarah padanya. Dan aku seperti layaknya patung, pemirsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT | Complete️✅
Fanfiction#86 03/02/18 Yixing putusin pacarnya? Dan Elsa yang belum pernah pacaran? Bagaimana jika mereka dipertemukan? Lalu bagaimana kisah cinta Yixing yang jatuh cinta dengan cewek INTROVERT macam Elsa? "Nyebelin!" - Elsa "Gue yang susah ngertiin kamu! Ta...