Chapter 19

2K 183 7
                                    

Vampire berwajah sempurna itu mengangguk dan melanjutkan ceritanya, "Ketika berada di wilayah bangsa werewolf, kami dikepung oleh empat serigala besar yang merupakan perwujudan bangsa werewolf. Mereka menatap Edgar dengan kebencian, karena mereka tahu bahwa Edgar lah yang mengajak ku untuk bersenang-senang di wilayah mereka, dan aku mengikutinya pun agar dia membatalkan niatnya, namun terlambat. Bangsa werewolf itu marah besar karena wilayah mereka dianggap tempat bermain. Saat mereka hendak menyerang Edgar, aku menarik Edgar menjauhi mereka. Namun saat melihat aksiku, para werewolf itu malah memandang marah padaku, dan mereka mulai mengawasiku. Edgar yang merasa tidak diperhatikan lagi, malah berlari secepat kilat meninggalkan ku sendirian, diantara makhluk-makhluk berbulu dan buas itu"

"Apa? Kenapa dia lari, bukankah kamu baru saja menolongnya? Teman macam apa itu" tanyaku bertubi-tubi dengan sedikit kesal, waktu Nick sejenak menghentikan ceritanya.

Nick hanya menggendikkan bahunya, sebagai tanda dia pun tidak tahu kenapa Edgar bisa berbuat seperti itu? Menurutku sih wajar kalau Nick mengacuhkannya sekarang, karena teman sejati tidak akan membiarkan temannya dalam kesulitan sendirian.

"Ya sudah, lanjutkan dong ceritanya!" pintaku yang masih penasaran dengan cerita sosok tampan yang kini ada diseberang mejaku.

"Baiklah" ucap Nick yang kembali melanjutkan ceritanya, "Ketika para werewolf itu mengepungku di segala arah, aku hampir frustasi dan aku yakin aku akan mati dengan dicabik-cabik oleh makhluk buas dan berbulu itu! Tapi secercah harapan datang, saat kulihat seluruh anggota keluarga ku datang menyelamatkan ku. Awalnya aku kira Edgar lah yang memanggil mereka, namun aku salah. Ternyata keluarga ku tahu dari Claire, yang memiliki kemampuan melihat masa depan tersebut"

"Untunglah kau selamat"

"Ya, aku sangat beruntung bisa selamat" ucap Nick sambil menatapku, "Hingga aku bisa bertemu dengan gadis istimewa yang kini ada di hadapanku"

Aku tersipu malu mendengar ucapan Nick barusan, aku yakin wajahku pasti bersemu merah sekarang, mungkin semerah apel New Zealand. Aku tidak pernah mengira, kalau dibalik sikap dingin dan datarnya ternyata ada sisi romantisnya juga.

Bel masuk berbunyi, dan kami pun kembali kekelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Hari ini semua terasa berjalan begitu cepat, mungkin karena bersama Nick membuat hari ini begitu indah dan berarti.

Tanpa terasa jam pulang sekolah pun tiba, aku pulang dengan diantar oleh Nick seperti biasa. Ketika di rumah aku kebingungan harus memakai baju apa untuk nanti malam? Aku sangat gugup, padahal aku sudah pernah ketemu keluarga Nick sebelumnya. Namun entah mengapa aku merasa gugup sekarang? Walaupun aku tahu keluarganya sangat ramah padaku.

.

Bersambung...

He Is VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang