Chapter 29

1.9K 191 4
                                    

Author's POV

Dua hari kemudian, Ara merasa hari-hari yang di lewatinya sangat menjemukan karena tidak ada Nick disampingnya. Sampai-sampai bel istirahat berbunyi pun tidak terlalu membuatnya senang seperti murid-murid yang lain. Ara keluar kelas dengan setengah hati, sambil berjalan kekantin sekolah.

Ketika berada di kantin sekolah, dia melangkah kearah meja tempat biasanya dia berkumpul bersama teman-temannya. Dia duduk bersama A2 dan Lizzy yang sudah masuk sekolah hari itu. Ara merasa sedikit terhibur saat bersama kedua teman baiknya itu, karena dia bisa tertawa dan berbagi cerita kepada kedua teman baiknya itu.

Bel masuk berbunyi, Ara dan kedua temannya kembali menuju kekelas mereka masing-masing pastinya setelah membayar makanan yang mereka pesan di kantin sekolah. A2 dan Lizzy melangkah cepat duluan masuk kekelas mereka, dan saat Ara hendak melangkah masuk kekelasnya. Edgar meraih tangan Ara dengan tangan dinginnya sambil berkata.

"Ara, kenapa pesanku tidak pernah kamu balas?"

"Pesan apa? Nomormu yang mana?"

"Hy, beautiful girl, nomornya: 0812++++++++"

Ara berpikir sembari mengingat-ngingat, lalu tersenyum kecil saat dia mengingat nomor yang tiga kali mengirimi pesan yang sama itu ternyata milik Edgar. "Oh, yang itu? Nanti aku save ya"

Edgar balas tersenyum, "Ara, aku juga mau minta maaf ya soal kejadian di taman dulu!"

"Iya tidak apa-apa, asal jangan diulangi lagi saja!"

"Aku janji! Aku tidak akan mengulanginya lagi" ujar lelaki bermata biru laut itu, "Aku tidak tahu kalau manusia serigala itu adalah temanmu"

"Iya aku mengerti, tapi harusnya kau juga minta maaf padanya!"

"Iya, aku akan minta maaf kalau aku bertemu dengan manusia serigala itu"

"Namanya, Ricky"

Edgar tersenyum, "Oh jadi namanya, Ricky?"

Ara menjawab dengan anggukan.

"Oh iya, apa aku boleh meminjam ponselmu? Untuk mengirimkan pesan penting kepada temanku, Eliza!" pinta Edgar, "Karena aku lupa membawa ponselku"

"Iya, boleh" ujar Ara sambil mengulurkan ponselnya kearah Edgar.

Edgar langsung menyambut ponsel tersebut, dengan sebuah seringai mengembang di wajah tampannya tanpa Ara sadari. Laki-laki bermata biru laut itu menulis pesan cukup lama, sampai akhirnya dia mengembalikan ponsel gadis manis itu saat guru mata pelajaran selanjutnya berjalan kearah mereka.

"Ini, terima kasih ya!"

"Sama-sama" balas gadis manis itu.

Lalu mereka masuk kelas bersama, dan duduk di bangku mereka masing-masing. Tidak berapa lama guru masuk kekelas mereka dan memulai pelajarannya. Edgar sesekali memandang kearah Ara, yang lagi fokus mendengar penjelasan dari gurunya didepan kelas.

*****

Drrttt drrttt drttt

Ponsel Ara bergetar dimenit-menit terakhir jam mata pelajaran yang berlangsung. Ara mengambil ponselnya dan ternyata ada pesan masuk dari pacarnya, yang sangat dia rindukan sekarang. Ara memulai membaca pesan itu dengan gembira, tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah pucat dan shock tidak percaya dengan isi pesan yang dibacanya.

From: My Nick

Maafkan aku! Sekali lagi, maaf!

Aku harus pergi dan tidak akan kembali lagi. Aku lelah harus berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diriku sendiri... Aku bukan manusia, Ara... Aku tidak baik untukmu dan begitu juga sebaliknya...

Jangan pernah mencari ku atau menghubungiku lagi!!! Anggaplah aku tidak pernah ada, dan lanjutkan hidupmu tanpa aku!!!

Ara merasa jantungnya berhenti berdetak, seusai membaca pesan dari Nick tersebut. Ara berulang kali membaca pesan itu, untuk meyakinkan dirinya bahwa itu nyata bukan mimpi. Huruf-huruf di ponselnya tiba-tiba mengabur tertutup oleh bulir-bulir air mata.

Bel pulang berbunyi, murid-murid pada berhamburan keluar kelas. Namun Ara masih terpaku ditempat duduknya, kira-kira setengah jam kemudian Ara baru bisa mengendalikan kesadarannya dan berusaha berjalan dengan langkah berat. Gadis itu berjalan seperti orang linglung, sering kali kakinya tersandung oleh kakinya sendiri, dan beberapa kali terjatuh tapi kemudian dia bangkit lagi. Ketika dia keluar dari gerbang sekolah, hujan turun dengan derasnya. Namun gadis itu tidak menghiraukannya, akhirnya dia terjatuh karena tersandung sebuah batu yang cukup besar dan membuatnya tidak sadarkan diri.

.

Bersambung...

He Is VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang