Chapter 1

6.3K 339 4
                                    

Arabella's POV

Entah bagaimana aku bisa ketiduran di kelas, ketika terbangun aku melihat kelas tampak kosong dan sepi. Lalu aku berjalan kekelas dua teman baik ku, Liz dan A2 tapi kelas mereka juga kosong, aku kemudian berlari kekelas-kelas yang lain dan yang kutemui cuma bangku kosong juga. Aku lalu pergi keruang Guru, namun keadaannya tidak jauh berbeda, yang kulihat cuma bangku kosong dan tirai-tirai putih tertiup angin. Dari jendela-jendela yang terbuka di ruangan Guru tersebut.

Kemana semua orang, murid-murid dan para Guru? Inikan masih jam sekolah dan juga bukan tanggal merah" pikirku bingung.

Aku kemudian berjalan kelapangan, dan tersentak saat seorang laki-laki yang tak kukenal berdiri ditengah lapangan sekolah. Aku bisa pastikan dia bukan murid dari sekolah ini, karena aku tidak pernah melihatnya, dari kejauhan kulihat dia tersenyum padaku. Lalu entah bagaimana dia tiba-tiba berada dihadapan ku?

"Bau darah mu sangat menarik, gadis cantik" ungkap nya, dan kulihat matanya berubah dari hitam menjadi merah darah. Gigi taringnya memanjang melebihi ukurannya.

Vampire, batinku yang kini seperti terpaku ditempatku berdiri. Lelaki itu membuka mulutnya dan sepertinya hendak menggigit leherku. Sebelum semua itu terjadi, tiba-tiba seekor serigala putih bertubuh besar datang menyerang lelaki itu.

Aku mundur perlahan hendak melarikan diri, hingga akhirnya...

"Aww," ucapku mengaduh saat pantatku dengan sempurna mendarat dilantai keramik yang keras dan dingin itu. "Ah, mimpi itu lagi"

Aku baru saja bangun dari tidurku saat mimpi itu terus menerus menghantui tidur nyenyak ku. Sudah beberapa malam ini aku bermimpi yang sama, aku sering berpikir. Apakah itu suatu pertanda atau hanya bunga tidur saja?

*****

"Ara," sapa Liz, saat aku memasuki koridor sekolah bersama Nick. "Kamu tahu aku sangat merindukanmu"

Lizzy memelukku erat, kulihat Nick berpamitan untuk kekelas duluan dari balik punggung Liz. Aku menjawab dengan anggukan, sepertinya dia mengerti bahwa kami perlu waktu untuk mengobrol berdua. Setelah hampir seminggu aku tidak bertemu dengan teman baikku tersebut, karena diajak oleh vampire berwajah Sempurna itu ke Paris.

"Aku juga merindukan mu, Liz"

"Apa kau dan Nick sudah jadian? Terus oleh-oleh buatku sama A2 ada kan?" tanya Liz bertubi-tubi tidak sabaran.

Aku menjawab dengan anggukan.

"Apa kalian sudah berciuman?"

Aku segera menggelengkan kepala ku saat mendengar pertanyaan barusan, karena jujur saja aku dan Nick belum sempat melakukan hal itu. Mungkin karena masih baru jadian dan kami masih kaku untuk memulai hal tersebut.

"Yah sayang sekali, padahal Paris kan tempat romantis untuk melakukan hal-hal romantis" ujar Liz tersenyum menggoda ku. "Eh kamu tahu tidak, Ra? Di sekolah kita kedatangan tiga anak baru yang luar biasa"

"Luar biasa?" ulang ku sedikit bingung.

"Iya luar biasa tampan-tampan dan cantik-cantik seperti model" ungkap Liz antusias. "Yang laki-lakinya sebelas dua belas lah sama Nick"

Apa mereka manusia atau sama dengan Nick? Makhluk abadi, berdarah dingin dan berkulit putih pucat pasi... Vampire? Batinku.

"Salah satu murid itu sekelas denganmu, dan kau tahu wajahnya itu sangat tampan, mungkin melebihi pacarmu" tambah Liz.

Aku menaikkan sebelah alisku, dan sekarang aku jadi penasaran, karena jarang-jarang Liz tampak heboh seperti ini saat ada anak baru di sekolah.

Bel masuk berbunyi, aku dan Liz pun beranjak untuk kekelas kami masing-masing dan belum jauh dari koridor tiba-tiba angin besar berhembus disebelah ku dan nyaris membuat ku jatuh kehilangan keseimbangan. Namun seperti ada sesuatu yang menahan tubuhku, saat aku hampir terjatuh.

"Ada apa, Ra?" tanya Liz, saat melihat tubuh ku hampir jatuh kearahnya.

"Tadi..." kata-kata ku terputus, sebab aku bingung harus bicara apa? Karena aku tidak tahu angin apa yang barusan lewat atau mungkin cuma perasaan aku saja. Lalu aku menghentikan niatku untuk menceritakan kejadian barusan.

"Tadi apa?" tanya Liz lagi bingung.

"Tidak, tidak apa-apa" jawabku "Ayo kita masuk saja!" Aku melanjutkan kata-kata ku.

Liz mengangkat bahunya, "Kau jadi aneh habis pulang dari Paris"

"Sepertinya begitu" celetuk ku asal.

Lalu kami cekikikan sembari kekelas kami masing-masing, yang berbeda kelas tersebut. Aku senang sekali bisa bertemu dengan teman baikku itu, dan juga sekolah ku ini.

.

Bersambung...

He Is VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang