Chapter 30

2K 175 5
                                    

Arabella's POV

"Ara... Kamu tidak apa-apakan?" tanya Lizzy saat aku membuka mataku, sambil memberikan minuman hangat kepadaku.

Aku menggeleng pelan, sembari meminum air yang diberikan teman baikku itu. Sekarang aku berada ditempat tidur yang ada di kamarku, aku melihat Liz, A2, dan juga Ricky tengah memandangku dengan raut wajah khawatir.

"Bagaimana aku bisa ada disini? Bukankah tadi aku masih di sekolah?" tanyaku sambil berusaha duduk.

"Kau tadi pingsan" ujar Ricky yang berdiri di sampingku.

"Pingsan?" ulangku.

"Iya" tambah Liz yang berdiri disamping A2, "Tadi teman sekelasmu yang masih menunggu jemputan meneleponku dan memberi tahu, bahwa kau pingsan lalu dibawa oleh anak laki-laki dari sekolah lain" ujar Liz menjelaskan, "Ternyata anak laki-laki dari sekolah lain itu, dia!" Liz melanjutkan kata-katanya sambil melirik kearah Ricky untuk sesaat.

"Iya, terus Liz mengajakku untuk mencarimu" tambah A2, "Kami langsung mencarimu kerumahmu dan kami menemukan Ricky berada di rumahmu" ujar A2 sembari membetulkan letak kacamatanya, "Katanya kau terjatuh saat keluar dari gerbang sekolah dan tidak sadarkan diri"

"Terima kasih ya!" ungkapku pada Ricky setelah mendengarkan penjelasan dari dua teman baikku tersebut.

"Sama-sama" ucap Ricky sambil tersenyum lebar, "Waktu itu aku sedang menunggumu untuk pulang denganku! Namun saat kau keluar dari gerbang sekolah, kau malah pingsan" ucap Ricky lagi, "Aku kemudian mengantarkan mu pulang dengan taxi, dan sesampainya di rumahmu aku tidak menemukan siapapun saat ingin masuk kedalam, lalu aku mencoba-coba mencari kunci cadangan didalam tas mu dan untungnya aku menemukannya"

"Iya, sekarang aku selalu membawa kunci cadangan" jelasku, "Sekarang di rumah aku sendirian, karena Bibi dan Pamanku sedang liburan dari dua hari yang lalu, dan mungkin besok atau lusa mereka sudah pulang"

Kedua teman baikku dan Ricky mengangguk mendengar perkataan ku barusan.

"Terus bagaimana kamu bisa pingsan?" tanya Liz padaku.

"Mungkin aku kelelahan saja, soalnya akhir-akhir ini aku kurang tidur" ucapku berbohong agar teman-temanku tidak mengkhawatirkan keadaanku.

Lalu mereka pulang, setelah cukup lama menemaniku dan merasa yakin aku sudah baik-baik saja. Ricky sebenarnya ingin tinggal untuk menemaniku, namun aku menyuruhnya untuk pulang dan meyakinkannya bahwa aku sudah tidak apa-apa.

*****

Sore harinya, aku menatap keluar jendela kamarku. Hujan masih saja turun dan awan hitam masih betah bertahan diatas langit. Aku kembali membaca pesan Nick, berharap itu hanya mimpi. Namun isi pesannya yang menyayat hati itu benar adanya. Berkali-kali aku memaksakan diri untuk tidak menangis, tapi tidak ada gunanya, tidak berhasil sama sekali.

Aku menangis memandangi langit sore yang kelam menghitam, lalu melukiskan wajah Nick di sana...

Aku masih betah terisak, kian lama bayangkan Nick semakin jelas. Rasanya sangat menyakitkan mengetahui seseorang yang kita cintai, kita sayangi, dan kita percayai mencampakkan kita dan pergi begitu saja. Isakku semakin menjadi-jadi, setelah aku menyadari aku begitu mencintainya, bahkan hatiku pun tidak dapat membencinya, setelah meninggalkan rasa sakit yang dalam. Kenapa rasanya harus sesakit ini?

Aku sangat ingin menjerit, menumpahkan semua pengharapan kosong dan sakitku. Tapi aku hanya dapat terisak, tergugu, dan karena tenggorokanku berat oleh isak yang tak bisa ku tahan. Aku kemudian menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidurku, aku berguling kesamping agar bisa bernapas. Aku bergelung diatas tempat tidurku, hingga mataku lelah meneteskan air bening dari mataku, dan tanpa kusadari aku tertidur.

.

Bersambung...

He Is VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang