30. Istana Iblis di Kota Lufia

5.7K 562 132
                                    

Aku dan Gerrard sudah terbang selama 4 jam perjalanan, tapi kami masih belum sampai juga. Kegelapan masih menyelimuti dan bintang-bintang di langit mengiasi sekaligus memandu perjalanan kami. Ini masih sekitar jam 12 malam, kemungkinan Gerrard akan ngantuk, jadi aku menoleh ke arahnya.

"Gerrard, apa kau mengantuk?"

"Tidak juga sih."

"Kalau memang mengantuk, aku akan mencari penginapan... itu tidak mungkin, kita sekarang berada di atas samudra yang membatasi Odoria dan Tedania."

"Ya begitulah."

Kenapa aku bisa lupa? Penginapan apa yang ada di tengah udara seperti ini? Kalau begitu, aku harus lebih cepat lagi. Aku menambah kecepatan lagi dan aku melihat sesuatu yang luar biasa.

"Itu..."

"Hm?"

Karena aku menggumamkan sesuatu, Gerrard juga memperhatikan apa yang kulihat. Banyak cahaya terang di sana, tepatnya di langit.

"Ini pasti..."

"Ya, ini adalah benua Lifasia, benua diagonal yang membentang dari timur laut sampai ke barat daya."

"Jadi memang seperti yang ditulis seperti di buku ya."

"Kau tahu, Ibane-kun?"

"Ya, aku membacanya sedikit di buku, tapi tak kusangka benua ini benar-benar ada."

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini, tapi ini adalah kenyataan, aku harus menerima apa yang kulihat. Benua Lifasia, benua terpanjang yang membentang dari timur laut ke barat daya. Benua ini adalah benua yang mustahil ada, karena benua ini melintasi benua Elefasia dari atas. Ya, seperti yang kukatakan, dari atas.

Benua Lifasia ini melayang di atas langit secara diagonal melewati benua Elefasia, benua tengah. Sebenarnya benua ini bukan melayang, tetapi benua ini membengkok ke atas seperti pelangi. Tak ada yang bisa menjelaskan kenapa ini bisa terjadi, tapi inilah dunia fantasi, tak ada yang masuk akal.

Ada tertulis di buku bahwa penyebab benua ini bisa seperti ini adalah pelapukan dari berjuta-juta tahun yang lalu. Mungkin saja waktu itu dunia ini hanya memiliki satu benua dan air laut turun drastis sehingga membuat benua lain timbul. Seiring berjalannya waktu, benua besar tersebut runtuh dan akhirnya menyisakan daratan diagonal yang kita kenal sebagai benua Lifasia.

Menurut penemuan oleh penggali di benua Lifasia, benua diagonal ini ditopang oleh sebuah pilar kristal raksasa yang kebetulan tertanam membentang secara diagonal, jadi daratan yang ada di atasnya tidak ikut runtuh. Bagian bawahnya runtuh karena erosi, jadi hanya tinggal bagian atasnya saja yang bertahan. Kalau kalian tanya kenapa bisa bertahan, mungkin saja pilar kristal yang ada di dalamnya itu menarik tanah di sekitarnya dan membuatnya bertahan.

Andaikan ini bukan keadaan darurat, aku pasti akan mampir dulu ke atas sana untuk beristirahat sebentar.

***

Beberapa jam kemudian, aku akhirnya melihat cahaya buram dari jauh, kemungkinan itu adalah kota Lufia. Dikatakan oleh Amrark bahwa kota Lufia adalah kota yang letaknya paling ujung di benua Tedania, jadi yang ingin pergi ke benua Tedania otomatis akan berlabuh di kota Lufia.

"Gerrard, apa kau melihatnya?"

"Ya."

"Itu adalah kota Lufia, tempat yang kita tuju."

"Ayo lebih cepat, Ibane-kun!"

"Ya."

Aku menambah kecepatan hoverboard menuju cahaya-cahaya buram tersebut. Setelah sekitar 15 menit, kami sampai di kota tersebut dan melayang rendah di atas permukaan air sejauh 500 meter dari pelabuhan. Kami mengamati pelabuhan dari jauh agar tidak ketahuan.

Restart For New Life In Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang