Persiapannya sudah beres, hanya tinggal berangkatnya saja. Entah apa yang akan dilakukan oleh Ayumi padaku ketika aku sampai di sana, mungkin aku akan langsung diterjang sampai pingsan. Kuharap itu takkan terjadi...
"Ibane, kau sudah mau pergi?"
"Lestia? Sedang apa kau di sini?"
"Aku hanya ingin melihatmu saja, apa itu tidak boleh?"
"Bukan itu maksudku."
Lestia yang berdiri di depan pintu ruanganku membuatku terkejut. Aku sedang tidak mengerahkan kemampuan Bahamut, jadi aku tidak tahu kalau ia ada di sana. Ia memasang wajah agak sedih ketika melihatku.
Jangan memperlihatkan ekspresi seperti itu dong, aku jadi merasa bersalah karena aku akan kembali. Walau kami baru kenal selama 4 hari, ia sangat lengket denganku, hampir sama seperti Ayumi. Kurasa ini adalah efek samping dari keluarnya seluruh perasaan yang ada di dalam dirinya selama 8 tahun ini.
"Apa kau akan merindukanku?"
Ia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya memalingkan wajahnya yang berwarna merah disertai kedua pipinya yang menggembung. Melihat reaksinya itu, otomatis aku sedikit terkekeh. Walau begitu, itulah jawaban yang ia berikan padaku, ia tampak sedikit malu untuk mengatakannya.
Aku berdiri sambil mengangkat tasku dan berjalan ke pintu keluar, tempat Lestia berdiri memperhatikan diriku. Ia tidak menatap mataku walau aku berada di depan matanya. Reaksiku padanya hanya senyum kecil dengan sedikit tawa.
"A-apa?"
"Tidak, hanya saja kau terlihat sangat manis jika malu-malu seperti itu."
"Ugh..."
Karena ucapanku tersebut, ia mengangkat kedua tangannya dan memukul dadaku berulang kali seperti sedang merajuk disertai wajahnya yang tambah merah. Aku hanya tersenyum masam untuk menanggapinya.
Kemudian aku menangkap kedua tangannya tersebut menggunakan tangan kiriku. Tangan kananku sedang menenteng tas punggung di pundak, jadi aku tidak bisa menangkap memakai tangan kanan. Ia sedikit terkejut begitu aku menangkap tangannya dan otomatis berhenti memukuli dadaku.
Wajahnya turun semakin jauh tak berani menatapku. Tapi, ia menanyakan sesuatu padaku.
"Kapan kau akan kemari lagi?"
"Bukankah itu sudah jelas? Aku akan kemari sekitar 3 hari lagi, tepat pada waktu keberangkatan."
Ia masih tertunduk, tapi tangannya yang sedari tadi tegang, sekarang telah melemas dan santai. Niatnya sih aku ingin pergi menggunakan hoverboard agar cepat, tapi mengingat ada 5 iblis yang harus ikut denganku, aku tidak bisa memakai cara itu. Ras iblis memang mempunyai sayap untuk terbang, tapi itu akan menguras stamina mereka dengan cepat.
Pertama-tama, aku akan pergi ke panti asuhan tempat mereka tinggal dan akan menjelaskan apa yang harus mereka lakukan. Setelah pergi ke panti asuhan, keesokannya atau malam hari aku akan berjalan lurus ke tempat dimana Milechias berada. Walau akan ada beberapa keributan, aku akan berusaha untuk tetap berada di bawah bayangan sampai ke sana.
"Ibane, bagaimana kalau aku ingin ikut denganmu?"
"Itu sudah pasti ditolak. Bukan hanya aku yang menolak, tapi yang mulia dan yang lain pasti juga akan menolak dengan tegas."
"Be-benar juga sih."
Aku melepas tangannya dan mengangkat dagunya agar aku bisa menatap matanya secara langsung. Ia benar-benar terkejut dengan tindakanku ini dan matanya mulai melayang kemana-mana menghindari mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart For New Life In Another World [END]
FantasíaHighest Rank in Fantasy : #38 (8-12-2017) Sagetome Katobe, seorang siswa SMA berusia 17 tahun, tak pernah merasakan apa itu kebahagiaan selama hidupnya. Selama ini ia dianggap budak oleh kedua orang tuanya sejak kecil dan selalu diperlakukan kasar...