Beberapa jam setelah kejadian itu, kami sampai di sebuah kota yang paling dekat dengan Orlmad. Ketika penjaga gerbang berniat menghentikan kami untuk memeriksa, aku langsung menunjukkan kartu identitas yang ayah berikan dari jauh tanpa memberhentikan kereta, dengan itu kami bisa langsung masuk.
Kami segera mencari penginapan terdekat dan memesan beberapa kamar. Setelah selesai urusan tempat tinggal sementara, Anne langsung melesat keluar untuk mencari dokter dan Irina memberitahukan kejadian ini kepada wali kota. Aku diminta tinggal menemani Ayumi di kamarnya oleh ayah dan aku menurut.
Ibu beristirahat di kamarnya dan ayah pergi bersama kusir yang mengantar kami menggunakan kereta kerajaan menuju desa Orlmad untuk mencari penduduk yang selamat. Beberapa menit setelah ayah pergi, beberapa penduduk berbondong-bondong menyusul dengan kereta kuda. Mungkin karena mereka telah diberitahu oleh wali kota tentang ini, sepertinya kejadian ini juga akan segera sampai ke telinga yang mulia.
Entah apa yang akan dilakukan oleh yang mulia ketika mendengar hal ini. Padahal desa baru saja diperbaiki karena serangan [Behemoth], tapi sudah rusak lagi. Tapi lebih dari itu, korban kali ini bukan hanya beberapa orang saja, tapi hampir seluruh penduduknya. Semoga saja, banyak yang selamat.
Karena memikirkan kondisi desa Orlmad, aku tidak menyadari bahwa sepasang mata menatapku dengan tatapan hangat. Itu adalah Ayumi yang baru saja melewati keadaan kritis. Aku duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya dengan erat.
“Maaf, onii-sama, aku memperlihatkan keadaan yang tidak pantas.”
“Bicara apa kamu ini? Akulah yang harusnya minta maaf karena tidak ada di sampingmu pada saat seperti itu.”
Aku memeluknya dengan pelan sebentar, lalu melepasnya. Ia hanya melepas senyum kecil yang hangat padaku, aku pun demikian, melepas senyum hangat padanya. Aku merebahkan diri di samping kirinya dan mengusap kepalanya pelan agar ia merasa tenang.
Ia menghadapkan wajahnya yang disertai senyum padaku, tapi matanya tertutup seolah-olah ia sedang menikmati belaian di kepalanya ini. Tak sampai 5 menit aku terus mengusap kepalanya, suara dengkuran kecil tertangkap oleh telingaku, ia memasuki alam mimpinya dengan senyum yang menghiasi wajah manisnya itu. Aku mencium keningnya pelan dan beranjak dari kasur.
Aku tidak meninggalkannya, tapi aku duduk di kursi lalu menutup mata dan berkonsentrasi. Sesaat kemudian, mataku terasa sedang disinari dengan cahaya putih, otomatis aku membuka mataku. Tempatku sekarang berada ini adalah ruangan putih, tempatku bertemu dengan wujud naga Bahamut, dengan kata lain alam bawah sadarku.
“Yo, kau akhirnya kemari juga.”
Sebuah suara terdengar dari belakangku dan aku menoleh. Tentu saja yang ada di belakangku itu adalah Bahamut, bukan yang lain. Ia memperkecil tubuhnya menjadi seukuran kuda, tapi sedikit lebih besar dari kuda normal. Karena tempat ini adalah alam bawah sadarku dan tempat tinggalnya, ia bisa melakukannya dengan bebas.
Jujur saja, melihat tubuhnya dengan ukuran normal, itu membuat leherku sedikit sakit. Ketika ia berdiri, tinggi kepalanya mencapai ketinggian sekitar 20 meter, jadi aku agak kesulitan melihatnya. Karena sudah beberapa kali aku bertemu dengannya seperti ini, aku selalu mengajukan keluhan dan akhirnya ia mendengarnya kali ini.
Ia merebahkan tubuhnya di lantai dan menatapku. Aku duduk bersila di lantai dan membalas tatapannya. Mata kami saling beradu pandang tanpa berkedip.
“Jadi, bagaimana perasaanmu setelah membunuh salah satu ras yang seperti manusia?”
“Tidak buruk. Aku sudah siap akan hal membunuh atau dibunuh jika itu memang menyangkut keluarga dan orang yang berharga bagiku. Aku tidak keberatan dan tidak menyesal telah membunuh seseorang yang seperti itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart For New Life In Another World [END]
FantasyHighest Rank in Fantasy : #38 (8-12-2017) Sagetome Katobe, seorang siswa SMA berusia 17 tahun, tak pernah merasakan apa itu kebahagiaan selama hidupnya. Selama ini ia dianggap budak oleh kedua orang tuanya sejak kecil dan selalu diperlakukan kasar...