32. Di Ujung Tanduk

5.5K 589 43
                                    

Trangg! Traangg!!

Besi saling berbenturan, begitu pula kekuatan kami yang terus menerus kami kerahkan untuk memenangkan pertarungan ini. Kekuatanku yang telah kukerahkan sampai batasnya, masih belum cukup untuk mengalahkannya, tapi aku bisa mengimbanginya.

Triingg! Tringg!! Traaangg!

Bilah besi yang tajam terus beradu tanpa henti. Debu yang berhamburan dan serpihan tanah-tanah yang terbang menonton pertarungan ganas kami berdua. Bangunan di sekitar mulai rata dengan tanah dan tanah yang kami pijak mulai terangkat, membentuk batu-batuan tajam.

Bughh!

"Ughh..."

Sebuah pukulan mendarat di perutku, tapi aku juga membalasnya...

Duuaaak!

"Gghhkk!"

Dengan tendangan dari kaki kanan yang mengenai tepat di dagunya sehingga ia terhempas ke belakang. Pedang kami sudah sangat berat untuk dipegang karena sudah lebih dari setengah jam kami saling menyerang dan menangkis. Memang setengah jam itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan latihan maratonku bersama ayah, tapi kekuatannya ini terlalu kuat, tanganku gemetar tidak bisa memegang pedang dengan benar.

Karena kami tidak bisa memegang pedang dengan benar, kami mengandalkan tubuh kami secara langsung. Memang bukan keahlianku, tapi aku lumayan bisa bertarung menggunakan tangan kosong. Kami masih memegang pedang, tapi tidak kami ayunkan untuk menyerang, melainkan hanya untuk digantungkan di tangan.

""Hah... hah... hah...""

Kami mengambil nafas bersamaan, entah kenapa. Stamina benar-benar terkuras melawan Milechias selama ini. Aku tidak terbiasa menggunakan banyak mana dalam pertarungan, jadi seperti inilah akibatnya.

Jika saja aku mengeluarkan kekuatan penuhku saat berlatih dengan ayah dulu, entah apa jadinya nanti, bisa-bisa hutan di belakang mansion hancur. Yah, tak usah membahas masa lalu, sekarang cukup fokus ke pertarungan ini dulu.

"Sialan... bisa-bisanya kau mengimbangiku sampai di sini..."

"Khh.. walau kita berdua imbang, aku pasti akan membunuhmu."

Karena staminaku yang tidak mencukupi, kekuatanku menurun drastis. Uhh, kenapa harus di saat seperti ini? Ia yang menyadari kekuatanku menurun drastis, melompat dan memberikan sebuah tendangan ke perutku. Karena kehabisan stamina, aku tidak bisa menghindari serangannya barusan itu.

Aku terhempas ke belakang dan berguling-guling di tanah. Staminaku... sangat kurang. Walau aku memakai kekuatan Bahamut, pasti akan membutuhkan stamina yang lumayan banyak jika aku memakainya sekarang. Lalu, stamina Milechias kelihatannya masih tersisa banyak.

Tidak sepertiku, dia telah melewati banyak pengalaman perang dan membunuh banyak orang, aku dan dia adalah perbedaan nyata. Tapi itu hanya dalam pengalaman! Pengalaman tidak selalu menentukan kesuksesan!

Aku bangkit berdiri mendorong kakiku dan menegakkan tubuh sebisa mungkin. Walau aku sudah kehabisan tenaga, aku masih harus mengulur waktu agar semua penduduk half-demon di sini berhasil pergi.

Tak hanya itu, aku juga sudah bersumpah pada yang mulia akan membunuh Milechias, lalu aku juga sudah berjanji pada Lestia bahwa aku akan kembali ke sisinya dengan senyum! Aku tidak boleh kalah di sini!

"Kau... masih bisa bangkit lagi?"

"Sudah kukatakan bukan... aku akan membunuhmu."

Selain itu... kekejaman ini, harus berakhir di sini! Sekarang juga!

"Aku takkan membiarkanmu hidup dan menyebarkan teror lebih banyak lagi!!"

Bersamaan dengan teriakan lantangku itu, aku mengerahkan kekuatan Bahamut dan tubuhku dikelilingi aura ungu kemerahan yang bercampur, tapi tidak menjadi satu. Merasakan kekuatan besar yang keluar dari tubuhku, Milechias mengeluarkan wajah terkejut dan paniknya. Kurasa ia takkan mengira kalau aku mempunyai kekuatan sebesar ini.

Restart For New Life In Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang