Hari ini adalah hari yang cerah, sangat cerah malah. Awan putih dan kelabu berkumpul dan melayang melintasi langit biru dengan bebas. Angin sepoi-sepoi sejuk bertiup dari selatan.
Aku berbaring di bawah sebuah pohon yang rindang di taman, tepat di bayangannya. Tidak ada rasa panas, tapi sejuk yang kurasakan. Siang ini adalah waktu untuk membaca bagiku, tadi pagi aku sudah melatih ilmu pedangku seperti biasa dan sekarang aku mendapat waktu kosong.
Setelah kehadiran Ayumi, aku lebih sering sendiri karena Fiare ditugaskan untuk menjaga Ayumi oleh ibuku. Kenapa? Karena aku yang memintanya sendiri. Aku berkata pada ibu agar Fiare dipindahtugaskan dari mengurusiku menjadi pengurus kebutuhan Ayumi. Awalnya ia keberatan dengan permintaanku, tapi akhirnya ia mengalah dan menerima permintaan itu.
Harusnya waktu luang ini kupakai untuk membaca, tapi... entah kenapa aku sedang tidak mood untuk itu. Aku hanya berbaring sambil melihat awan yang bertebangan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, mungkin lebih baik aku latihan sihir saja.
Aku bangkit berdiri dari rumput yang menjadi alas tidurku tadi dan meningkatkan manaku.
"Berilah aku kekuatan untuk menghancurkan batu karang! [Increase]!"
Setelah mengucapkan mantra, aku merasakan energi yang besar tiba-tiba datang padaku. Aku menyadari kalau sihirku telah bekerja. Sihir ini adalah sihir penguat yang biasa dipakai oleh ayah untuk bertarung, tapi ia tak pernah memakai [Increase] untuk melawanku.
Kemudian aku berjongkok dan menyentuh tanah dengan kedua tanganku. Ke dalam tanah kualirkan mana dan membuat beberapa batu keras yang besar muncul ke permukaan. Setelah selesai, aku langsung maju memukul salah satu batu dan batu itu hancur seketika.
"Seperti biasa, batu besar langsung hancur begitu kupukul."
Aku langsung berlari ke arah batu lain dan memukul serta menendangnya secepat mungkin sampai semua batu itu hancur. Semua itu kulakukan tak sampai 10 detik. Kecepatan yang kuperoleh ini adalah murni dari latihan fisik, sihir penguatan hanya bisa menguatkan daya hancur serta daya tahan tubuh untuk sementara. Kalau ingin menjadi lebih cepat pelajari saja sihir percepatan, sihir itu mampu membuat kecepatanmu berlipat ganda.
"Sebaiknya aku kembali ke dalam, sudah waktunya makan siang."
Aku melepas [Increase] dan berjalan pelan menuju rumah sambil melihat ke langit. Sihir penguatku hampir setara dengan sihir penguat milik ayah yang bahkan bagian dari 9 pahlawan pembunuh Abyss, entah ini karena bakat atau karena usahaku sendiri.
Ibu pernah mengatakan kalau sejak aku masih bayi tekanan manaku terasa seperti orang dewasa, bukan seperti bayi yang baru lahir.
Seperti biasa, di saat makan suasananya sangat tenang. Tak ada suara apapun kecuali suara kecapan dan sendok serta garpu yang saling berbenturan dengan piring. Tiba-tiba ayah menaruh sendok dan garpunya di samping piring dan membuka mulut.
"Ibane, Ayumi, ayah dan ibu telah dipanggil oleh raja. Besok kami harus pergi ke ibukota dan menghadap raja."
""Eh?""
Aku dan Ayumi terkejut karena perkataan ayah yang mendadak ini. Kenapa harus mendadak seperti ini?
"Kapan ayah dan ibu akan kembali?"
"Mungkin sekitar seminggu."
Ayahku menjawab dengan nada yang agak suram. Ayumi sangat terkejut mendengar hal itu, tapi aku tidak terlalu terkejut. Kenapa? Karena aku sudah menebak kalau ayah dan ibu diperintahkan oleh raja turun ke pertempuran. Darimana aku mengetahuinya? Beberapa hari yang lalu aku merasakan hawa aneh, burung-burung di sekitar tak berkicau, tak ada seekor binatang pun yang berani keluar dari hutan di belakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart For New Life In Another World [END]
FantasiaHighest Rank in Fantasy : #38 (8-12-2017) Sagetome Katobe, seorang siswa SMA berusia 17 tahun, tak pernah merasakan apa itu kebahagiaan selama hidupnya. Selama ini ia dianggap budak oleh kedua orang tuanya sejak kecil dan selalu diperlakukan kasar...