Semua orang pasti pernah mengalami moment yang dimana paling menyakitkan dalam hidupnya. Misalnya ketika saat dia tak dianggap, diabaikan lalu dibiarkan begitu saja.
Mungkin Ada sebagian orang hanya bisa melihatnya dari satu sudut pandang, dengan mudahnya mereka berkata 'Sudah lupakan saja. Jalan hidupmu masih panjang. Masih bisa banyak yang kau harapkan'.
Akan tetapi nyatanya tak semudah itu, seseorang yang jiwanya sudah tergoyahkan pasti akan mengalami tekanan dari hal tersebut. Kita semua punya memori yang sangat kuat untuk menyimpan moment yang paling membuat hati bahagia sampai yang paling menyakitkan.
Itu artinya tolong hargailah orang - orang disekitarmu, jagalah perasaan juga hatinya. Mereka punya senyuman yang bisa dibuat-buat. Tapi tidak dengan hati mereka, perasaan tidak bisa dibohongi begitu saja. Jika sakit ya sakit, jika tertekan ya tertakan. Bersiaplah saja jika kau tidak menghargai mereka kau akan menyesal dikemudian hari karena kau telah membuat goresan pahit baru yang akan membekas dihatinya.
***
Seminggu Kemudian....
Singkat cerita tepat 4 hari yang lalu Eunha sudah keluar dari rumah sakit, juga hari kemarin adalah hari terakhirnya untuk beristirahat dirumah karena kondisinya sudah kunjung membaik.
Pagi ini Eunha akan memulai aktivitasnya kembali diluar rumah. Namun dikala seharusnya Eunha yang sibuk ada sesuatu yang sedikit aneh, nampaknya kala itu Jin sedang terlihat sibuk membereskan berkas - berkas milik Eunha. Tepatnya berkas Eunha untuk...
"Eunha, lihatlah apakah ada berkas yang kurang?" Ucap Jin sambil memperlihatkan isi dari sebuah map kepada Eunha
"Hmm aku rasa semuanya sudah lengkap oppa," tanggap Eunha sambil membolak-balik lembaran kertas dalam map tersebut
"Oke, lalu bagaimana apakah kau sudah menghubungi wali dosenmu?"
"Sudah oppa, tapi aku rasa pengajuan cuti kuliah ini baru bisa di acc saat setelah aku UAS 1 bulan lagi."
"Ssttt, Serahkan semuanya pada oppa. Pokoknya oppa tidak mau tahu kau harus mendapatkan cuti lalu kau istirahat dan yaa kau terhindar dari semua yang oppa tak harapkan untukmu."
"Hm iya baiklah oppa, jika begitu segera kita temui beliau."
"Oke, kau sudah siap kan Eunha?"
"Tentu saja oppa hehe."
"Sip, tapi sebaiknya kau tunggu oppa diluar saja, oppa lupa kalau sim milik oppa tertinggal dikamar, oppa akan mengambilnya terlebih dahulu."
"Astaga, dasar Jin oppa pelupa huh."
Untuk itu Jin kembali ke dalam ruangan Kamarnya, Eunha pun keluar dari area dalam Rumahnya untuk hendak menunggu Jin mengambil Kartu Sim milik dirinya yang tertinggal.
Tapi Sementara Waktu lima menit sudah berlalu Jin belum saja muncul, hingga Eunha dibuat badmood karena Jin yang menghabiskan waktunya untuk mengambil Sim terlalu lama
"Ish Jin oppa lama sekali."
Seperti anak kecil, Eunha memain-mainkan jaket tebalnya lalu kepalanya melirik ke kanan dan kekiri sambil mengkerucutkan bibirnya. Sampai-sampai ia tak sadar kalau Jin sudah keluar dari dalam rumah dan hendak memotretnya secara diam- diam