"Mingyu Oppa.. Kumohon jangan pergi,"
"Jangan pergi? E-eung.."
Ada sekitar lebih dari satu jam yang telah Mingyu lewati untuk menemani Eunha diruangan ICU bahkan sampai kini waktunya telah melebihi jam besuk, hal tersebut lantas membuat Mingyu sudah tak terfokuskan pada Eunha lagi. Mingyu pun mulai sibuk memperhatikan jarum yang ada di jam tangannya. Lantas hal tersebut membuat Eunha curiga kalau Mingyu akan segera pergi meninggalkannya diruangan.
Dengan suara paraunya yang terdengar masih begitu lemah Eunha mencoba memohon dan terus meminta agar Mingyu tetap disisi. Dalam hati kecilnya Eunha begitu berharap bahwa sosok yang digadang sebagai pujaan hatinya itu akan turut mengerti apa yang diinginkannya.
Namun .....
"I-iya, kau mau pergi dari ruangan ini kan? Ta--pi.. kumohon jangan Mingyu oppa, temani aku disini saja ya?"
"Ta-pi Eunha, ini jam besuknya sudah habis."
"Kalau kau diusir bilang saja aku memang ingin ditemani olehmu, bisakan oppa?"
"Aku juga sibuk Eunha, tugasku di unit Anak masih banyak. Maafkan aku."
"Hm,"
"Nanti kalau semua tugasku sudah selesai aku akan kemari lagi."
"Bohong,"
"Yasudah kalau kau tidak percaya."
Jleb.
Realita begitu berbanding terbalik dengan apa yang telah Eunha harapkan. Seketika Mingyu sikapnya berubah 180 derajat daripada sebelumnya. Begitulah ia dengan ketus menaggapi Eunha. Mingyu seolah tak ingat kalau Eunha yang sedang dalam kondisi seperti ini memang begitu membutuhkan perhatian lebih.
Eunha sekejap mencoba memejamkan matanya, ingin ia merubah posisi tidurnya agar melawan arah dimana Mingyu terdiam namun ia tak sanggup. Tubuhnya masih terasa begitu lemas, bahkan saat tadi ia bicara kepada Mingyu pun begitu butuh banyak tenaga. Kini hanya bulir-bulir airmatalah yang berlinang di pelipis mata Eunha, lagi dan lagi.
"Hah."
Menyadari Eunha sedang terisak, bukannya makin peduli akan tetapi Mingyu malah seakan dibuat risih. Hingga tiba saatnya seorang perawat datang dengan perlahan membukakan pintu ruangan tersebut, Mingyu dengan cepatnya menghampiri sang perawat dan turut menunjukkan bow 90°-nya dihadapan perawat itu sambil berkata,
"Selamat siang suster, mohon maaf aku telah melanggar aturan disini karena telah menjenguk Eunha melebihi jam besuk. Untuk itu sekarang aku akan segera pergi meninggalkan ruangan. Dan ya... suster? Tolong jaga Eunha, jika sesuatu terjadi padanya aku mohon untuk segera kau menghubungi aku yah? Terimakasih banyak suster, aku permisi."
Begitu cepatkilatnya Mingyu berpamitan, sampai beberapa detik setelah Mingyu keluar dari ruangan itu datanglah dokter Ong. Begitu terkejutnya dokter Ong saat melihat Eunha sedang menitihkan airmata. Dokter Ong kira Eunha kembali merasa kesakitan seperti sebelumnya,
"Suster? Apa yang terjadi? Kenapa kau tak segera menghubungiku kalau Eunha sekarang seperti ini?"
"A--aku baru kemari dokter,"
"Astaga.... hah."
Khawatir, Dokter Ong langsung memeriksa kondisi Eunha dengan stetoskop yang dimana sebelumnya ia kalungkan dileher. Berikut mengcheck selang oksigen yang terpasang pada hidung Eunha juga respon Eunha terhadapa sekitar karena ditakutkannya lagi Eunha mengalami penurunan kesadaran.
"Hallo Eunha, selamat siang. Ini aku dokter Ong. Apakah kau bisa mendengarkan aku?"
Eunha pun perlahan membukakan matanya, begitu berusaha untuk ia menghentikan air yang mengalir dipelipis matanya sebelum dia menatap dokter Ong. Eunha pun menggangguk kecil dan berkata,