Part nine (REVISI)

884 36 0
                                    



Happy reading...


💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻


1 bulan kemudian

1 bulan sudah dirasakan oleh Silvy untuk menahan rasa rindu-nya yang semakin hari semakin mendalam pada Banna.

1 bulan sudah Banna tidak pernah merecoki handphone-nya. Dan itu membuat Silvy hampir frustasi. Iya bingung harus mencari Banna kemana lagi. Setiap kali Silvy datang ke bangunan minimalis itu, selalu saja Silvy tidak pernah menemukan Banna disana.

"Banna kamu dimana sih. Teriak Silvy sekeras mungkin didepan bangunan minimalis yang selalu ia datang-i dalam sebulan penuh ini.

"Kamu bilang kalo kamu ngga akan pernah ninggalin aku! Tapi apa sekarang? Kamu hilang gitu aja seperti ditelan bumi Bann! Aku kecewa sama kamu, aku kecewa! Tapi asal kamu tau! Rasa kecewa aku selalu tertutup akan rasa cinta aku kekamu yang lebih besar Bann! Aku mohon kamu ada disini sekarang Bann."

Tetesan demi tetesan air mata Silvy kini mengalir begitu deras. Ia menjerit-jerit didepan bangunan minimalis. Menjerit-jerit seperti orang tak punya akal sehat. Ia terduduk lemas di depan pagar yang terkunci rapih disana.

Byuurrr

Hujan.

Silvy tetap masih dengan posisi yang sama. Masih setia terduduk pasrah didepan pagar bangunan minimalis dan merasakan derasnya hujan turun membasahi badannya.

Silvy mendongak-kan kepalanya, dia melihat awan yang mendung saat ini.

"Karna saat hujan turun itu adalah rindu yang aku titipkan pada tuhan saat aku jauh dari kamu." Lirih Silvy dengan suara bergetar.

"Aku mungkin seperti orang bodoh saat ini karna kamu Bann, saat ini hujan sedang turun sangat deras di tubuh ku. Aku akan anggap hujan ini adalah rindu yang kamu kirimkan pada tuhan untukku. Tapi kali ini aku tidak hanya memandang rindu yang kamu titipkan Bann, tapi aku langsung merasakan rindu yang kamu titipkan lewat hujan. Aku akan selalu tunggu kamu dihati aku Bann, karna rumah kembalinya kamu itu hanya aku." Ucap Silvy yang semakin terisak akan hal yang baru saja ia ucapkan.

Kini ia benar benar sangat merindukan sosok Banna yang selalu membuatnya tersenyum. Tersenyum akan hal-hal yang dilakukan oleh Banna.

Banna, i'm yours

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

"Eh lo udah bangun?"

"Gue dimana?"

"Lo lagi dirumah gue, ngga usah takut gue ngga ngapa-ngapain lo kok"

Silvy mengerutkan dahi-nya sebentar lalu dia mengerti. Bahwa dia tadi sempat tidak sadarkan diri saat hujan semakin deras membasahi tubuhnya.

"Thanks lo udah nolongin gue." Ucap Silvy lalu tersenyum pada seorang didepan-nya

"Sama-sama. Oh iya kenalin gue Raka Emilio." Ucap Raka lalu mengulurkan tangan kanan-nya pada Silvy.

"Gue Silvy Afrianti." Balas Silvy seraya membalas jabatan tangan Raka.

"Oh iya btw baju lo basah, lo ganti baju dulu gih sana! Pake baju gue aja dulu ngga papa"

"Mm.. Ngga usah deh Ka, ngerepotin lo! Gue mending balik aja langsung. Lagian hujan-nya juga udah reda." tolak Silvy dengan halus. Karna tidak ingin merepotkan Raka yang berstatus masih baru ia kenal saat ini.

"Tapi baju lo basah, Ntar lo masuk angin lagi Sil" nasehat Raka.

"Ngga kok. Bentar aja kali ngga bakal masuk angin. Yauda gue pamit ya Ka! Makasih atas tolongan lo tadi ke gue"

"Oke sama-sama sil, hati hati lo dijalan"

Silvy hanya menanggapi-nya dengan mengajukan ibu jari-nya pada Raka.

"Assalammualaikum ma"

"Wa— loh kamu kok basah basah gini Sil? Kamu habis mandi hujan?" Tanya Siska tanpa jeda.

"Anaknya ucapin salam itu dijawab dulu Ma jangan diomelin dulu." Takas Silvy

"Waalaikumsalam"

"Yauda aku ke kamar dulu Ma mau ganti baju"

Siska— mamanya Silvy tahu jika dalam sebulan ini Silvy terus-menerus mencari keberadaan Banna dimana. Siska tahu Banna sebenarnya berada dimana. Namun— Siska belum bisa memberitahukan keberadaan Banna sekarang pada Silvy. Karna Siska tahu, hal ini akan berdampak buruk pada Silvy jika Silvy mengetahui keberadaan Banna.

"Maaf-in mama sayang, mama belum bisa kasih tahu kamu Banna dimana. Mama juga ngga tega liat kamu uring-uringan seperti ini terus. Tapi lebih baik kamu seperti ini. Dari pada kamu harus tahu semuanya." Ucap Siska dengan nada yang pelan.

Setiap hubungan memang tidak pernah ada yang sempurna. Baik dari segi manapun. Namun jika kita saling dapat mengerti dan berusaha menhadapi masalah itu dengan bersama sama, masalah itu pasti akan dapat terselesaikan dengan baik baik. Namun jika hanya satu pihak yang berusaha? Masalah itu akan begitu sulit untuk diselesaikan.

Silvy termenung ditepi kasurnya. Ia menghela napasnya untuk kesekian kalinya.

"Salah aku apa sama kamu Bann? Sampai kamu hukum aku kaya gini. Aku gak kuat Bann kamu hukum kaya gini, aku gak kuat Bann! Please balik secepatnya karena aku rindu."

Lagi. Silvy menangis setiap kali ia mengingat dan meratapi takdir yang sedang ia jalankan sekarang ini.

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Banna, where are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang