Part nineteen (REVISI)

726 31 0
                                    




Happy reading....


💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Pagi ini Silvy masih berada dirumah Selvi.

Silvy sengaja pulang yang paling terakhir dari sahabat-sahabatnya yang lain. Karna Silvy masih ingin merasakan mimpinya tentang Banna malam tadi.

Silvy menatap air kolam berenang dibelang rumah. Ia duduk seorang diri ditepi kolam renang.

"Sil!" panggil Selvi

"Eh, iya Sel. Ada apa?"

"Seharusnya yang nanya kaya gitu itu gue ke lo" ketus Selvi.

Silvy membalas dengan tertawa akan ucapan ketus Selvi padanya.

"Gue ngga papa Sel. Ngga usah khawatir, gue ngga papa kok"

Selvi menghempuskan napasnya, Lalu menatap wajah Silvy dengan lekat.

"Sil, gue boleh nanya ngga?" Ucap Selvi sedikit ragu. Selvi takut jika Silvy akan tersinggung jika ia menanyakan tentang Banna. Namun bagaimana pun, ia harus berani mempertanyakan ini pada Silvy. Agar ia tahu, seberapa kehilangannya sahabatnya ini ditinggalkan oleh pacarnya.

"Boleh, emang lo mau nanya apa?"

"Seberapa besar rasa rindu lo ke Banna?"

Silvy menolehkan wajahnya ke arah Selvi. Ia menarik napasnya terlebih dulu lalu menghembuskannya perlahan.

"Lo tanya seberapa besar rasa rindu gue ke Banna Sel?" Ucap Silvy pada Selvi. Dan dibalas dengan anggukkan oleh Selvi.

"Gue ngga tahu lagi seberapa besar rasa rindu gue ke Banna lagi Sel. Rasanya, setiap hari itu rasa rindu gue semakin menambah, malah semakin sering nya gue lihat poto dia dan gue dulu, rasa rindu itu begitu cepat menambahkan. Mungkin ini sedikit alay dan lebay dikatakan. Tapi itulah yang gue rasain sekarang Sel. Gue nahan rindu sendirian, gue berjuang sendiri untuk melawan rasa rindu gue ke Banna. Ternyata benar ya apa kata Dilan di novel, rindu itu emang berat untuk kita rasakan." Lirih Silvy

Selvi menghapus air matanya yang sempat jatuh saat mendengar ucapan, demi ucapan yang dikatakan sahabatnya. Ia semakin tidak tega, jika suatu saat Silvy tahu akan sebenarnya yang terjadi.

"Sil, lo harus kuat ya dengan ini semua. Lo sendirikan yang bilang, kita jadi cewek itu jangan lemah!"

Silvy mengangguk. Membenarkan kata-kata yang diucapkan Selvi. Dulu, ia yang selalu bilang pada sahabat-sahabatnya, kita tidak boleh menjadi cewek yang lemah. Tapi lihat sekarang, malah ia yang lemah disini.

"Sil, kenapa lo sampai sekarang masih berusaha nyari keberadan Banna? Padahal lo kan udah berusaha selama 9 bulan ini buat cari dia?"

"Alasan gue sampai sekarang masih nyari keberadaan Banna itu masih sama Sel, karna rasa sayang dan cinta gue ke dia Sel" jawab Silvy enteng akan pertanyaan yang dilontar Selvi pada-nya

"Segitu sayang dan cintanya lo ke dia Sil?"

"Iya, karna dia selalu ajarin gue untuk sayang dan cintai seseorang dengan tulus. Dan banyak hal baik yang selalu ia ajaran ke gue Sel. Bagi gue dia adalah penyemangat gue yang paling berharga, setelah keluarga dan lo semua sahabta gue!"

"Sil"

"Iya Sel?"

"Seandainya lo nemuin Banna dengan kondisi yang tak berdaya, bahkan mungkin tak bernyawa sama sekali. Apa yang harus lo lakuin?" Pancing Selvi

"Kalo gue nemuin Banna dengan kondisi yang tak berdaya, gue bakal salahin diri gue yang ngga becus jadi pacar dia. Dan kalo gue ketemu dia dengan kondisi tidak bernyawa lagi, gue minta maaf atas ketidak becusan gue selama ini jadi pacarnya. Dan bisa gue pastikan gue bakal benci dengan diri gue sendiri Sel"

"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu? Apa lo tahu sesuatu tentang Banna?"

Selvi tersentak saat Silvy menatapnya— sekaligus pertanyaan yang di lontarkan Silvy padanya.

"Ng.. Ngga! Gue ngga tahu apa-apa tentang Banna Sil, i.. Itu hanya perumpaan gue aja kok" tetah Selvi.

Silvy mengerutkan dahi-nya.

"Oh gitu, tapi seandainya diantara kalian ada yang tahu keberadaan Banna, gue mohon lo segera kasih tahu gue ya. Karna gue butuh Banna, gue kangen dia Sel"

"Ia kita semua bakalan kasih tahu lo, kalo kami tahu Banna dimana. Kami juga ngga akan ngenyembunyikan keberadaan Banna dari lo kok"

"Gue ngga hanya bangga punya pacar seperti Banna, melain kan gue bangga punya sahabat seperti kalian. I love you girls"

"I love you too girl"

Silvy memeluk Selvi. Selvi pun membalas pelukkan Silvy.

"Gue ngerasa seperti orang munafik sekarang didepan lo Sil, gue bermulut manis saat berkata ketidak tahuan keberadaan Banna sama lo. Padahal sebenarnya gue tahu keberadaan Banna sekarang. Maafin gue Sil." Batin Selvi

"Yaudah, gue cabut ya udah siang jugakan. Ntar mama ngomel lagi!"

"Lo pulang diantar supir gue aja ya Sil, ngga usah naik taksi ntar di culik lo!" Canda Selvi dan diakhiri tawa.

"Resek lo cabe! Yaudah gue cabut ya bye!"

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Lihat mulmed guys.. Ada Banna dan Silvy😁

Banna, where are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang