Twenty six (REVISI)

825 22 0
                                    





Happy reading...


💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻


Galuh terus menarik tangan Silvy menuju ke parkiran. Sampai di parkiran, Silvy menumpahkan semua rasa sesak yang ia tahan sejak tadi. Galuh melihat sahabatnya seperti itu, ia langsung memeluk tubuh Silvy, ia mencoba menenangkan sahabatnya.

"Udah dong Sil nangisnya," pujuk Galuh.

"Sil lo ngga papa kan?" Tanya Agustina yang kini sudah sampai diparkiran.

"Lo semua pada kemana tadi? Lo semua liat kan? Liat sahabat kita jadi begini, karna kita sebagai sahabat ngga bisa jagain sahabatnya sendiri" Galuh mengeluarkan emosinya.

"Sorry, kita tadi keasikan ngintilin cogan" jujur Rachel. Galuh memutar dua bola matanya malas.

"Udah ngga susah pada ribut! Sekarang tugas kita tenangin Silvy" ucap Selvi menengahin. Mereka berusaha menenangkan Silvy.

"Sekarang kita pulang ya Sil, lagian ini udah malam juga" pujuk Selvi. Dan langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Silvy.

"Apa yang lo semua tahu tentang Banna selama ini" Silvy menghapus air matanya. Dan menatap satu persatu-satu sahabatnya.

Deg!

Rachel, Agustina, Selvi dan Galuh kini terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka dihadapan Silvy sekrang. Mereka terdaiam atas apa yang Silvy ucapan kan beberapa detik tadi pada mereka.

"Kita ngga tahu apa-apa tentang Banna Sil" sahut Rachel bohong.

"Lalu, kalo kalian ngga tahu dimana Banna berada, kenapa Azad bilang kalo orang-orang terdekat gue tahu akan keberadaan Banna? Dia ngga akan bohong akan hal itu girl!" Ucap Silvy yang kini sedikit tercekik.

"Oke! Kita udah bohong sama lo atas ketidaktahuan Banna selama ini sama lo. Tapi kami ngga berhak untuk kasih lo penjelasan yang sebenaranya ke lo" Galuh menghela napasnya pasrah saat menjawab ucapan Silvy. Jujur, jika dikata ia tidak sanggup untuk melihat Silvy yang akan tahu semuanya. Sebagai sahabat, Galuh belum siap melihat kesedihan yang dalam dirasakan sahabatnya kelak nanti. Tapi, mau tidak mau, ia juga tidak bisa menahan ini semua. Karna cepat atau lambatnya ini semua pasti akan terbongkar. Seperti saat ini.

"Jadi bener? Lo semuanya tahu keberadaan Banna dimana?" Mereka ber-empat menganggukkan kepalanya. Mereka menangis melihat Silvy yang menatap mereka dengan tatapan nanar yang kecewa. Tapi mereka juga harus terima dengan resiko yang datang untuk mereka.

Silvy mendongakkan kepalanya. Ia menghapus air matany. Ia menatap kembali ke-empat sahabatnya didepannya.

"Kenapa lo semua ngga ada yang mau kasih tahu gue dimana Banna? Padahal lo semua tahu gimana rasa sakitnya gue nahan rindu gue ke Banna! Tapi kalian tega liat gue yang begitu girl? Kalian tega!" Suara Silvy kini meninggi. Dengan posisi yang masih berada diparkiran mobil. Suara Silvy sangat menggema disana. Rachel, Agustina, Selvi, dan Galuh kini hanya menangis dengan segugukkan.

"Dan sekarang kalian masih bilang kalo kalian ngga pantas untuk mgasih tahu Banna dimana? Kalo bukan kalian orang yang pantas untuk kasih tahu gue Banna dimana, lalu siapa!" Mereka ber-empat hanya diam.

"Jawab gue! Siapa yang pantas ngasih tahu gue dimana Banna?" Bentak Silvy kini pada empat matanya.

"Ma.. Mama lo Sil yang.. Yang pantas buat ngasih tahu Banna dimana sama lo" sahut Selvi yang kini sudah berani menatap kedua bola mata Silvy.

"Mama gue? Jadi selama ini mama gue juga tau keberadaan Banna?" Sungguh. Silvy tidak menyangka dengan semua ini. Bahkan ia sangat tidak menyangka ternyata mamanya juga tahu akan hal keberadaan Banna. Air mata nya terus mengalir.

Selvi mengangguk. "Iya, mama lo tahu akan semua hal ini! Karna itu mama lo yang pantas untuk beri tahu lo dimana Banna"

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Silvy langsung membuka pintu utama rumahnya dengan kasar. Ia membanting pintu utamanya dan menimbulkan suara yang sangat keras didalamnya.

"Silvy! Kamu punya sopan santun tidak? Kenapa kamu membuka pintu dengan cara seperti itu?" Ucap Siska yang kini kesal pada putrinya yang masuk kerumah dengan cara seperti itu.

Silvy menatap Siska dengan mata yang sudah membengkak. Dan kini, mata bengkak itu sudah ingin ngeluarkan air mata kembali.

"Ma.. Dimana Banna ma. Jujur sama aku ma! Aku tahu mama tau dimana keberadaan Banna sekarang." Silvy menjatuhkan lututnya tepat didepan Siska.

Siska terkejut mendengar ucapan Silvy. Ia berusaha mengembalikan wajah terkejutnya menjadi wajah datar andalannya.

"Kamu ngomong apa sayang? Mama ngga tahu Banna dimana" bohong Siska.

Silvy mendongak menatap Siska. "Ma, apa aku berbicara seperti ini sama mama, mama masih tega bohong sama aku ma? Aku tahu mama tau dimana Banna, jadi aku mohon sama mama untuk kasih tahu aku dimana Banna ma" Silvy kembali menangis. Ia tidak menyangka dengan seperti ini mamanya masih sempat berbohong padanya. Apa salahnya, sampai-sampai ia tidak diberitahu dimana keberadaan kekasihnya? Ia sangat merindukan kekasihnya yang selalu bersamanya dulu. 1,5 bulan lagi adalah hari anniversarynya dia dan kekasihnya yang ke 3. Dan sampai sekarang ia belum tahu dimana keberadaan kekasihnya.

Siska ikut turun duduk bersama putrinya dilantai. Ia memeluk putrinya dengan erat. Keduanya menangis. Siska mengelus rambut dan menangkup wajah putrinya.

"Kamu tahu dari mana sayang kalo mama tahu dimana Banna?" Siska menghapus air mata putrinya yang terus turun dengan deras.

"Azad dan ke-empat sahabat aku ma" Siska menatap ke-empat sahabat putrinya. Meminta penjelasan kenapa Silvy tahu semuanya.

Selvi langsung mengerti dengan tatapan Siska ia langsung menjelaskannya.

"Semua ini berawal dari Azad tan. Dia bilang ke Silvy kalo orang orang terdekatnya tahu akan keberadaan Banna. Pas diparkiran, Silvy langsung nanyain Banna dimana sama kita, tapi kita bilang kita ngga pantas untuk ngasih tahu ini semua sama Silvy tan. Maka dari itu kita bilang kalo tante orang yang pantas untuk kasih tahu Silvy dimana Banna" Jelas Selvi pada Siska. Siska mengerti sekarang. Ia juga tahu akan resikonya ia menyembunyikan keberadaan Banna pada putrinya. Ia kembali memeluk putrinya dengan erat. Lalu ia mengangkat putrinya untuk duduk disofa.

"Sayang mama akan jelasin ini semua kekamu. Tapi sekrang kamu duduk di sofa dulu ya sayang" Silvy mengangguk dan menuruti perintah Siska.

Siska menarik napasnya lalu ia buang dari mulutnya. Siska menatap putrinya. Mungkin hari ini waktunya Silvy tahu semuanya. Mungkin hari ini lah hari yang tepat untuk menjelaskan pada putrinya.

"Kamu mau tahu dimana Banna kan sayang?" Silvy mengangguk lemah.

"Besok kita akan ketempat Banna. Dan sekarang kamu istirahat dulu. Ini sudah malam"

"Kenapa harus besok ma kalau hari ini dan besok jawabannya sama?"

"Ngga sayang, kalau sekarang mama beri tahu Banna dimana, mama yakin, malam ini juga kamu pasti akan mendatanginya!"

Silvy hanya menurut, mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan mamanya. Saat ini, badannya juga merasa lelah. Toh jika besok pagi ia berjumpa dengan Banna pasti lebih banyak waktu untuk melepas rindu.

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Vote + coment kelen ya we😊

Banna, where are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang