Happy reading....💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi gelap. Langit seolah mengerti dengan perasaaan gadis yang kini sedang memeluk erat batu nisan.
Tik.. Tik... Byur...
Kini langit sedang menjatuhkan air matanya. Langit juga ikut menangis saat melihat keadaan gadis yang sedang merasakan jatuhan air matanya. Gadis itu tidak bergeming dari aktivitas pelukannya dengan batu nisan yang tertulis nama sang kekasih pujaannya. Ia menangis dibawah hujan yang sedang mengguyur tubuhnya.
"Karna saat hujan, itu adalah rindu yang aku titipkan pada tuhan untuk kamu" ucap gadis itu yang kini terus menangis dengan kencang. Ia mengingat kembali ucapan yang kekasihnya dulu ucapkan padanya.
"Maafin aku Bann, seharusnya kamu ngga harus lakuin ini buat aku! Seharusnya kamu masih bisa merasakan kebahagian dunia. Sekarang aku mengerti, kenapa Azad begitu benci saat liat aku. Ini semua ternyata memang salah aku. Ngga seharusnya aku selalu ngerepotkan kamu Bann. Sampai kamu relain nyawa kamu untuk aku" kedua bahu Silvy kini bergetar. Ia tidak menyangka jika kekasihnya menghilang bukan karna kekasihnya itu tidak mencintainya lagi. Malah sekarang Silvy begitu tahu, seberapa besar cinta Banna dengannya.
Silvy memegang dadanya. "Jantung kamu akan selalu aku jaga, karna jantung ini adalah hal yang terindah yang kamu berikan untukku. Dan jantung ini, aku jadikan kado anniversary kita yang begitu berharga Bann." Silvy kembali memeluk batu nisan itu dengan erat. Dan tangannya yang menari diatas tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau.
"Sil" Silvy mendongak saat seseorang memanggilnya. Ia melihat wajah orang itu dengan sedikit mengecilkan kedua kelopak matanya. Karna hujan sedang menghalangi pengelihatannya.
"Sil, pulang yuk. Hujannya makin deras. Ngga baik untuk lo" Silvy menggeleng kuat saat orang itu ngajaknya untuk pulang. Ia masih ingin berlama dengan kekasihnya. Ia masih merindukan kekasihnya. Meskipun ia tahu, ia tidak akan bisa melihat dan memeluk kekasihnya dengan nyata seperti dulu. Tapi setidaknya, ia ingin memeluk batu pertanda kekasihnya yang kini sudah berlain dunia dengannya.
"Gue tau sekarang perasaan lo Sil, tapi lo juga harus ingat kondisi lo. Lo udah terlalu lama di bawah hujan deras begini Sil. Besok kita kesini lagi, kita temuin Banna lo lagi. Dan sekarang, kita pulang ya" pujuk Raka dengan sabar pada Silvy. Raka memegang kedua bahu Silvy untuk membantunya berdiri. Raka membawa Silvy berjalan kearah mobilnya.
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Silvy sudah selesai membersihkan tubuhnya saat ia sampai dirumahnya. Kini ia sedang duduk diatas kasurnya dan menatap pemandangan di luar jendela. Ia menatap kosong pemandangan diluar sana. Ia kembali menjatuhkan air matanya. Sakit rasanya, jika kita sudah berusaha susah payah mencari keberadaan sang kekasih selama ini, begitu menemukan keberadaannya kita malah menemukannya hanya dengan batu yang tertuliskan namanya. Sakit, kecewa, marah. Hati Silvy kembali berkecamuk menjadi satu. Ia merasa tidak berguna menjadi seorang pacar untuk Banna selama ini. Silvy membenarkan kata-kata Azad yang dilontarkan padanya. Ia hanya menjadi parasit didalam hidup Banna. Silvy memegang detak jantungnya yang kini ia rasakan sedang berdetak normal.
"Aku janji untuk selalu jaga pemberian berharga kamu sama aku Bann. Cuma ini yang bisa aku lakuin cuman ini!"
Tok! Tok!
Ketukan pintu kamar Silvy berbunyi. Ia hanya melihat pintu kamarnya itu tanpa berniat membukanya.
"Sayang buka pintu kamarnya, mama mau bicara sama kamu" ucap Siska di seberang pintu kamar Silvy. Silvy beranjak dari kasurnya saat mendengar suara Siska. Ia membuka pintu kamarnya.
Siska tersenyum pada putrinya saat putrinya itu mau membukakan pintu untuknya.
"Ada apa?" Ucap Silvy langsung pada Siska saat mereka sudah berada didalam kamarnya.
Siska menghela napasnya sebentar. Ia menatap putrinya dengan sorot mata yang mengartikan ia meminta maaf. Silvy mengalihkan wajahnya kearah lain saat mamanya menatapnya seperti itu.
"Sayang, ini. Ini flashdisk yang Banna titip kan ke mama saat sebelum ia mendonorkan jantungnya ke kamu! Dan di flashdisk itu kamu bisa mengurangi rindu rindu kamu untuk Banna. Banna sayang kamu, jangan pernah salahin diri kamu sendiri atas apa yang telah Banna lakukan untuk kamu ya. Karna, Banna bilang ke mama kalo kamu menyalahkan diri kamu atas apa yang dia lakukan untuk kamu, dia ngga akan pernah tenang disana sayang. Karna jika kamu bahagia disini, didunia ini. Dia merasa tenang disana" Siska menghapus air matanya. Ia bangkit dan keluar dari kamar putrinya. Ia sedih melihat putrinya yang menghiraukan ucapannya. Tak menyahuti ucapannya.
Setelah Siska keluar, Silvy menatap flashdick yang Siska berikan padanya tadi. Lagi. Ia menjatuhkan air matanya kembali. Ia tidak bisa menahan air matanya saat ia mengenang Banna. Ia kembali menyudutkan dirinya diujung kamar dekat jendelanya dengan melipat kedua kakinya. Ia menangis sambil memegang kedua lulutnya dengan erat.
Hanya air mata yang kini bisa ia jatuhkan? Hanya air mata yang kini bisa ia lontarkan saat merindukan sang kekasih yang sangat ia cinta. Hanya air mata yang selau ia keluarkan tanpa ada lagi yang menghapuskannya dari pipi cabinya.
Takdir? Takdir memang tidak ada yang tahu. Baik takdir buruk maupun takdir baik yang sudah tuhan gariskan pada setiap umatnya. Sebagai makhluk ciptaannya, kita hanya bisa menerima takdir yang tuhan gariskan dikehidupan yang kita jalankan. Bersabar, bersabar dan terus bersabar menghadapinya.
"Kenapa tuhan gak adil sama aku Bann? Seharusnya aku yg di posisi kamu sekarang, bukan kamu!"
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Vote + comentnya loh we jangan lupa hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
Banna, where are you?
Teen Fiction[COMPLETED] SUDAH DI REVISI YA😊 Banna dan Silvy adalah 2 insan remaja yang saling mencintai, menyayangi, dan juga melindungi. Cinta yang dimiliki mereka berdua tidak dapat diragukan lagi. Namun, disetiap hubungan memang tidak dapat untuk kita hind...