Happy reading...💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
06.00 am.
Drrrttt... Drrrttt...
Bunyi alarm kini tengah memenuhi kamar seorang gadis tengah tertidur manis dan sangat nyaman dikasur.
Suara alarm itu kini terus berbunyi tanpa henti. Tangan Silvy meraba-raba di meja samping kanan. Ia mencari benda sedang berbunyi saat ini. Tap! Dapat. Silvy mematikannya, tidak sengaja Silvy melihat jam di alarmnya sekarang. Matanya melotot! Ia langsung bangkit dari tempat peristirahatnya yang nyaman tadi. Dan langsung menuju kamar mandi, untuk bersiap siap bertemu dengan sang kekasih pujaan hatinya.
Kini Silvy sudah siap dengan dress yang anggun ditubuhnya. Ia memoles sedikit make up tipis diwajah cantiknya.
"Mmm... Udah cantik belum gue ya. Udah aja deh, ntar Banna kelamaan lagi nunggu gue" gumam Silvy dengan melihat pantulan dirinya di kaca rias.
Silvy keluar dari kamarnya, dan langsung menuruni tangga menuju lantai dasar rumahnya. Disana, Silvy sudah melihat mama, papa, Sila, sahabatnya dan Raka sahabat barunya. Silvy melontarkan senyuman bahagianya pada mereka semua. Namun tidak dengan tatapan mereka lontarkan pada Silvy. Mereka melontarkan tatapan kesedihan pada Silvy, namun tetap berusaha menunjukkan senyuman bahagia untuk membalas seyuman bahagianya Silvy sekarang.
"Yauda yuk ma, Silvy ngga sabar nih jumpa sama Banna." ucap Silvy saat ia sudah bergabung dengan orang-orang yang ia sayang sekarang ini.
Siska mengangguk. "Yuk" seru Siska. Mereka semua berjalan menuju pintu utama kediaman Malik— papanya Silvy. Mereka masuk kedalam mobil. Silvy ikut masuk kedalam mobil bersama mama, papa, dan adiknya Sila. Sedangkan ke-lima sahabatnya masuk kedalam mobil Raka.
Mereka melajukan perjalanan yang beralamat keberadaan Banna. Kekasih yang sangat Silvy rindukan. Disepanjang jalan Silvy terus memandang jalanan dari kaca mobil. Ia tidak henti-hentinya tersenyum. Sungguh. Ia tidak sabar akan bertemu dengan Banna.
Mobil yang dinaiki Silvy berhenti. Silvy mengeritkan dahinya. Kini jantungnya berdegup kencang. Dan ia takut akan hal yang sedang ia pikirkan. Ia melihat sekali lagi disekitar mobilnya berhenti. Siska, Malik, dan Sila turun terlebih dahulu. Begitu pun dengan ke-lima sahabatnya kini sudah bersama kedua orangtua dan adiknya. Silvy turun dri mobil, ia langsung memberikan Siska banyak pertanyaan.
"Kenapa kita kesini ma? Kata mama kita mau ketemu Banna?" Ucap Silvy dengan suara yang bergetar. Kini rasa takut itu semakin menjadi ia rasakan. Saat Siska tidak menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Jantungnya tidak henti untuk berdegup dengan kencang. Keluarga dan sahabatnya terus berjalan dipinggir tanah yang sudah di penuhi rumput, dan diatas setiap tanah yang sudah dipenuhi rumput itu memiliki nama hak milik masing-masing.
Mereka semua berhenti. Tepat disalah satu tanah yang ditumbuhi rumput hijau yang rapih. Disana tertera satu nama yang ditumbuhi rumput itu milik siapa. Mereka semua menatap Silvy yang ada dibelakang mereka saat ini. Mereka tersenyum kearah Silvy yang masih mematung ditempat tidak jauh dari mereka. Siska memanggil putrinya.
"Sayang, kemari!" Silvy masih menatap keluarga dan sahabatnya itu dengan tatapan kosong. Sehingga ia tidak mendengar panggilan Siska.
"Kak ayo kemari" ucap Sila yang kini angkat suara. Ia melihat kakaknya yang hanya menatap mereka tanpa menjawab panggilan mama dan dirinya. Raka berjalan mendekat Silvy.
"Sil, ngapain masih disini? Ayo kesana! Katanya kamu mau ketemu Banna" ucap Raka lembut disamping Silvy. Silvy masih tidak bergeming. Pikirannya kosong. Rasa takut kini mulai mengusai dirinya sekarang. Matanya panas seketika saat Raka mengucapkan "Sil, ngapain disini? Ayo kesana! Katanya mau ketemu Banna"
"Ayo" Raka menggandeng tangan Silvy yang terasa dingin saat ini yang Raka rasakan. Ia melihat wajah Silvy sebentar. Lalu ia menuntun Silvy berjalan kearah keluarga dan teman sekaligus sahabat Silvy.
Keluarga dan sahabat silvy membuka jalan untuk Silvy melihat nama sang empunya tanah yang ditumbuhi rumput hijau itu.
"Banna Gabrial Gultom" baca Silvy seperti tercekik. Tubuh Silvy langsung terduduk lemas didepan makam yang tertera jelas nama kekasihnya. Matanya yang memanas tadi kini sudah menjatuh kan air mata yang deras. Ia memeluk batu nisan sang kekasih. Ia menangis dengan histeris saat ia mengetahui sang kekasihnya telah berbeda dunia dengannya.
Siska kembali menangis saat melihat putrinya sekarang. Kelima sahabat Silvy kini pun ikut menangis melihat Silvy yang menangis histeris seraya memeluk batu nisan. Raka ikut menangis? Ya, Raka ikut menangis saat melihat sahabat perempuannya itu menangis seperti sekarang. Ia tidak bisa menahan air matanya. Ia sangat menyayangi Silvy sebagai sahabatnya. Ia ikut merasakan atas apa yang Silvy rasakan. Sedih, kecewa, marah, rasa itu berkecampuk menjadi satu yang Raka tahu sekarang yang Silvy rasakan.
Silvy bangkit dari duduknya. Ia menatap nisan itu. Dan berkata.
"Ini bukan Banna! Kalian pasti bohong sama aku kan? Ini bukan Banna yang meninggalkan? Bukan kan ma! Ini bukan Banna kan ma?" Teriak Silvy. Ia membekap mulutnya agar suara tangisnya bisa tertahan sedikit. Ia terus menatap mamanya untuk mengatakan jika yang didepannya sekarang ini bukan lah Banan sang kekasihnya. Siska menggeleng.
"Ini Banna sayang" 3 kata yang Siska ucapkan kini begitu menusuk kerelung hati Silvy. Ia tidak tahu harus seperti apa lagi. Hancur? Kecewa? Marah? Kini perasaannya sedang bercampur menjadi satu. Silvy menggelengkan kepalanya, menandakan ia masih tidak percaya akan ini semua.
"Mama bohong! Mama tega ma bohongin aku? Ini bukan Banna kan ma? Bukan kan ma?" Ucap Silvy dengan suara yang begitu pilu untuk didengar. Siska menggeleng. Ia menangis, Malik terus berusaha menenangkan istrinya itu.
"Ini Banna sayang, ia meninggal karna ia memberikan kebahagian dan hidupnya sama kamu" Silvy memandang lurus Siska. Meski penglihatannya sekarang sedang tidak jelas karna air matanya. Namun tidak dengan kupingnya yang masih bisa mendengar dengan jelas.
"Ia yang mendonorkan jantungnya saat kamu kecelakaan 2 tahun lalu. Ia juga yang suka rela mendonorkannya. Asal kamu tahu? Ia ngga mau ada yang donorkan jantung kekamu selain dirinya. Ia pesan sama mama, Banna ngga mau kamu tahu soal ini semua. Banna mau kamu tahu ini semua saat di anniversary kalian yang ke 3 nanti. Banna menitipkan sesuatu untuk kamu. Tapi benda itu ada dirumah. Nanti setelah kamu pulang kerumah mama akan kasih benda itu kekamu" Siska menghapus air matanya yang terus jatuh dengan deras saat menjelaskan semuanya pada putrinya. Ia menghela napasnya.
"Kamu butuh waktu untuk sendiri disini kan sayang? Mama tahu itu, sekarang mama, papa, Sila pulang ya"
Semua hancur. Semua diluar ekspetasi Silvy. Saat ia sudah berangan jika ia akan bertemu dengan Banna ia ingin saling melepas rindu mereka. Tapi, apa ini semua diluar ekspetasi dirinya.
Terpukul? Bahkan saat ini sangat terpukul. Silvy ingin marah! Tapi ia tidak tau mau marah pada siapa. Karna ini semua berasal darinya.
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Vote + coment yak
KAMU SEDANG MEMBACA
Banna, where are you?
Teen Fiction[COMPLETED] SUDAH DI REVISI YA😊 Banna dan Silvy adalah 2 insan remaja yang saling mencintai, menyayangi, dan juga melindungi. Cinta yang dimiliki mereka berdua tidak dapat diragukan lagi. Namun, disetiap hubungan memang tidak dapat untuk kita hind...