Happy reading...💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
"Ka berhenti dulu!" Sergah Silvy
"Kenapa Sil?"
"Gue mau turun disini sebentar." Ucap Silvy menatap lurus kearah luar jendela mobil Raka.
"Tapi diluar hujan Sil! Lo gak liat?"
"Iya gue tau di luar sana sedang hujan. Tapi gue papa Ka, lo bisa pulang duluan aja kalo lo ngga mau nunggu gue." Ucap Silvy seraya turun dari mobil Raka.
Silvy berlari ditengah jalanan yang sedang sepi. Ia merentangkan kedua tangannya dan mendongakkan kepalanya melawan hujan yang turun.
"Karna saat hujan, itu adalah rindu yang aku titipkan pada tuhan saat aku jauh dari kamu!" Teriak Silvy.
Silvy memutar mutarkan badannya. Ia menikmati hujan yang sedang turun saat ini. Ia ingin merasakan hujan yang sedang turun saat ini. Karna saat hujan turun ada rindu yang seseorang titipkan untuknya.
Semenjak saat Banna tidak ada disampingnya, Silvy selalu menyukai hujan. Hujan bagaikan sebuah hadiah yang besar yang didapatkan Silvy dari seseorang yang sangat ia cinta dan sayangi. Ia pernah meminta pada tuhan untuk selalu hujan disetiap harinya. Tapi saat ia meminta, berpikir sejenak. Jika hujan terus berarti bakal banjir dong? Gak jadi deh.
"Silvy, ayo neduh! Hujannya deras banget, ntar lo sakit!" Teriak Raka.
"Gue ngga bakal neduh Ka. Gue mau nunggu hujan ini berhenti." Balas Silvy tak kalah keras:
"Tapi ini hujannya deras banget Sil."
"Iya, hujannya emang deras banget. Itu artinya rindu yang Banna titip kan ke gue begitu besar."
"Ngga ada rindu disini Sil, yang ada lo ntar sakit! Ayo sini!"
"Ngga Ka, gue mau ngerasain hujan ini Ka. Karna Banna pernah bilang ke gue, saat hujan turun, itu adalah rindu yang dia titipkan pada tuhan untuk gue saat dia jauh dari gue." Ucap Silvy begitu keukeh.
Raka kembali menghela napasnya. Baru saja ia bisa melihat Silvy bahagia beberapa jam yang lalu. Namun kini ia kembali melihat Silvy yang sedang menangis akan karna sosok orang yang tidak pernah Raka tahu wajahnya.
"Iya dia memang nitipkan rindunya pada tuhan melalui hujan. Tapi bukan berarti dia mau lihat lo main hujan seperti ini. Dia juga ngga mau lo sakit, kalo dia tahu lo begini, dia bakal marah sama lo Sil." Pujuk Raka.
Silvy berhenti dari aktifitasnya. Ia menatap Raka yang sedikit tinggi darinya.
"Kalo dia ngga mau lihat gue sakit, seharusnya dia datang. Dan marahin gue saat begini! Gue hanya ngga mau kehilangan kesempatan yang tuhan kasi buat gue Ka!"
Raka berjalan mendekat kearah Silvy. Ia tahu sekarang Silvy sedang menangis dengan keras. Hanya saja air matanya tertutupi oleh derasnya air hujan.
"Iya gue tahu lo ngga mau kehilangan rindu yang Banna titipkan sama tuhan. Lo boleh ngerasakan rindu yang Banna titipkan sama lo lewat hujan. Tapi jangan terlalu lama untuk lo berdiam dibawah hujan yang deras kayak gini Sil. Lo punya keluarga, sahabat, dan gue! Lo ngga kasian sama kita yang khawatir kalo lo sakit? Apa lo ngga kasian lihat kedua orangtua lo yang sedih karna lihat lo sakit? Sil please, kali ini aja nurut sama gue." Pujuk Raka dan menunduk—menatap kedua mata Silvy.
Silvy mendongakkan kepalanya saat Raka berbicara padanya. Silvy menatap lurus kedua bola mata Raka sekarang.
Silvy menganggukkan kepalanya. Raka tersenyum, saat Silvy nurut padanya kali ini.
Silvy membebarkan semua yang Raka ucapkan padanya. Ia tidak hidup sendiri, ia masih memiliki keluarga, sahabat, dan Raka yang sekarang menjadi temannya.
"Sekarang kita masuk kemobil! Muka lo udah pucat." Silvy hanya mengangguk dan mwngikuti Raka dari belakang.
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
"Ka!" panggil Silvy dengan suara yang sedikit serak.
"Turun gih, masuk rumah. Habis itu langsung ganti baju lo! Ntar lo masuk angin." Nasihat Raka tanpa menyahuti panggilan dari Silvy tadi.
"Ka!" panggil Silvy lagi
"Iya?"
"Makasih ya."
"Buat?"
"Buat lo yang udah mau jadi teman gue sebulan ini. Lo juga udah sabar menghadapi gue yang cengeng." Ucap Silvy tulus pada Raka.
Raka tersenyum saat Silvy tersenyum kearahnya.
"Iya sama-sama. Yaudah sekarang lo masuk ya ganti baju lo, terus langsung istirahat!" Ucap Raka seraya menghelus rambut Silvy dengan lembut.
Silvy mengangguk. Dan langsung turun dari mobil Raka.
Tin! Tin!
Raka melajukan mobilnya setelah membunyikan klakson pada Silvy.
Mobil Raka tak terlihat lagi. Silvy pun masuk kedalam rumahnya.
"Assalammualaikum ma"
"Wa- loh kamu kok basah basah lagi sih kak. Kamu main hujan lagi? Ya ampun Silvy, ntar kamu sakit gimna?" omel Siska dengan nada yang khawatir.
Silvy hanya menampilkan deretan gigi putihnya.
"Sorry ma, hujan buat aku ngga bisa nolak untuk ngga basah basah hehe."
"Alasan! Ya sudah sana ganti baju kamu"
"Siap mama sayangnya aku"
Silvy menaikki anak tangga dengan cepat dan langsung masuk kekamarnya.
Dret... Drett..
Handphone Silvy berbunyi. Silvy melihat handphonenya, lalu ia mengangkatnya.
"Hal-"
"Halo-halo, lo kok belom datang ke sini? Lo bilang habis magrib otw. Tapi udah jam 8 juga lo belom kemari!" Omel Rachel di handphone
"Eh sorry Chel, gue kehujanan tadi. Jadi gue pulang dulu kerumah ganti baju. Nyantai aja kali, gue bentar lagi gerak kok."
"Kehujanan dimana lo? Perasaan lo naik mobil deh sama Raka. Apa mobil Raka bolong kali ya makanya lo kehujanan."
"Hahaha bukan gitu anjir. Yaudah gue mau siap siap dulu ni. Biar cepat gerak gue ke rumah Selvi."
"Yaudah! Buru lo kemari, jangan ampe ngga jadi. Sempat aja ya lo ngga jadi awas lo." Ancam Rachel.
"Iya-iya bawel lo banget lo cabe!"
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Yauda vote + comentnya ya jangan lupa guys😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Banna, where are you?
Teen Fiction[COMPLETED] SUDAH DI REVISI YA😊 Banna dan Silvy adalah 2 insan remaja yang saling mencintai, menyayangi, dan juga melindungi. Cinta yang dimiliki mereka berdua tidak dapat diragukan lagi. Namun, disetiap hubungan memang tidak dapat untuk kita hind...