Part sixteen (REVISI)

712 30 0
                                    




Happy reading....


"Haloo!"

"Sil, lo lagi dimana?" Ucap orang disebrang sana.

"Gue lagi dirumah, kenapa Chel?"

"Hari ini kita nginap bareng yuk dirumah Selvi! Harus bisa. Gue ngga mau lo nolak lagi ajak-kan dari kita." Ucap Rachel penuh ancaman.

Silvy memutar kedua bola matanya malas.

"Iya Chel iya, ntar habis magrib gue otw kerumah Selvi."

"Bagus! Tapi jangan habis magrib dong. Sorean aja, biar kita bisa JJS dulu hehe."

"Najis banget lu anjir! Lu pada aja deh yang JJS, gue ngga! Ntar sore gue ada janji nemenin Raka jalan."

"Ah lo mah payah mentang-mentang udah dapet gebetan baru."

"Gebetan pala lo, dia temen gue kali. Wajar kan kalo gue nemenin dia."

"Iyain aja deh apa kata Silvy, eh udah dulu ya gue mau siap-siap nih."

"Oh oke!"

Silvy memutuskan sambungan telponnya. Lalu ia beranjak dari kasur— untuk membersihkan tubuhnya. Ia juga harus bersiap, karna sebentar lagi Raka akan sampai menjemputnya.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil. Silvy mengintip sebentar dari jendela kamar-nya, untuk memastikan siapa yang datang. Dan ternyata Raka! Ia harus segera turun agar Raka tak terlalu lama menunggu-nya.

"Ma aku pamit ya mau keluar dulu bareng Raka."

"Iya sayang, kamu jngan malam-malam pulangnya ya."

"Eh ma, tapi aku ngga pulang malam ini. Aku mau nginep bareng dirumah Selvi. Kan udah lama jugak ngga ngumpul ma."

Siska menatap sebentar wajar putri sulung-nya. Lalu ia tersenyum.

"O yaudah, ga papa! Tapi besok jangan pulang terlalu sore ya sayang."

"Oke ma, aku pergi dulu ya." Pamit Silvy seraya menyalim tangan Siska.

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

"Ka!" Panggil Silvy.

Kini mereka sedang berada di festival makanan.

"Hm"

"Lo ngga salah ajak gue ketempat beginian? Lo bilang, nemenin lo jalan"

"Kenapa? Lo ngga suka sama yang pinggiran begini?" Tanya Raka

"Ya, ngga gitu Ka. Kalo lo bilang gue ngga suka, lo salah! Karna gue paling suka malah dengan suasana yang begini dari pada di mall." Sergah Silvy cepat. Ia takut jika Raka salah paham akan apa yang ia ucapkan tadi.

"Oh, gue kira lo ngga suka." Balas Raka acuh

"Lo sih ngga bilang-bilang dulu mau kesini." Ucap Silvy menyalahkan Raka.

"Emang kalo gue bilang ke lo kenapa?"

"Ya ngga papa sih, yauda yuk kesana! Gue ngga sabar nih mau nyoba-nyoba makanan disini!"

Silvy menggenggam tangan Raka. Raka hanya melihat tangan-nya saat Silvy menarik-nya. Raka tidak marah, bahkan memberontak pun tidak. Malah Raka senang saat Silvy menggandeng tangan-nya. Tiba-tiba saja Raka tersenyum saat iya melihat tangan-nya masih di genggam manis oleh tangan mungil nan alus milik Silvy.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Kesambet lo?" Celetuk Silvy

"Eh, eng.. Ngga! Gue ngga senyum. Mata lo salah liat kali." Elak Raka.

Raka menghela napas lega, hampir saja ia menjatuhkan imagenya didepan Silvy. Ini akibat ia terlalu senang melihat genggaman tangan antara diri-nya dan Silvy.

"Dih. Gue tuh ngga salah liat! Gue jelas liat lo senyum-senyum sendiri tadi. Masih mau nipu lo sama gue ha?"

"Kalo gue senyum-senyum sendiri kenapa? Keliatan banget lo perhatiin gue." Balas Raka.

"Ih jijay banget gue perhatiin lo! Jangan ke ge-er an deh, gue tadi liat lo senyum sendiri, waktu gue noleh ke lo untuk ajak lo nyobain makanan disitu!"

"Oh. Kalo lo perhatiin gue beneran juga ngga papa kok." Ucap Raka menggoda Silvy.

"Apan sih lo, najisin banget lo! Udah yuk ah kesitu, gue mau nyobain itu!"

Lagi. Silvy masih tetap menggenggam tangan Raka. Namun kali ini Raka juga tak mau kalah iya balik menggenggam tangan Silvy dan berjalan lebih dulu dari Silvy.

"Lo ngga takut gendut Sil?"

"Ngga! Kenapa?"

"Kan biasa-nya cewek itu selalu jaga diri-nya banget untuk ngga kelihatan gendut."

Silvy menyudahi makanan yang ada dimulutnya terlebih dahulu, baru ia menjawab pernyataan Raka.

"Untuk apa ngejaga diri, kalo dirinya harus tersiksa karna ngga bisa menikmati makanan sepuasnya?" Jawab Silvy enteng.

"Iya juga si."

"Apa lo termasuk tipe cowok yang liat cewek dari fisik?" Sekak Silvy

Raka tersentak saat Silvy menyekak nya. Memang benar, dulu Raka pernah mencintai dan menyayangi perempuan itu hanya dari fisik dan parasnya. Namun kini Raka sadar, semua itu adalah kenafsuan kita pada seorang perempuan. Kita mencintainya bukan dengan tulus, melainkan karna melihat kecantikkan fisik dan parasnya. Dan itu artinya kita jatuh cinta pada fisiknya, bukan pada hatinya.

"Iy-"

"Udah gue tebak pasti lo cowok yang begituan." Potong Silvy dengan cepat.

"Jangan potong omongan orang!" Ketus Raka.

"Kenapa? Kan emng lo cowok begitu?"

"Gue belum siap ngomong!"

"Oh oke lanjutkan."

"Iya, dulu gue mandang perempuan itu dari segi fisik dan parasnya. Kalo fisik dan parasnya itu menurut gue cantik, gue bakal jadikan dia pacar gue. Tapi sekarang gue sadar, kalo yang gue lakukan itu salah. Itu artinya, gue jatuh cinta sama fisik dan paras yang dimiliki perempuan itu. Bukan jatuh cinta sama hati nya." Ucap Raka jujur.

Ntahlah, rasanya mudah sekali bagi Raka untuk mengatakan sejujurnya pada Silvy yang bernotebag masih dikatakan orang asing di kehidupannya. Biasanya ia tidak pernah mau menceritakan kehidupannya pada siapapun, tapi berbeda jika ia berdekatan dengan Silvy.

"Kenapa lo, udah sadar? Apa ada cewek yang udah buat lo sadar akan apa yang lo lakuin?"

"Mungkin" balas Raka acuh

"Siapa?"

"Mana gue tau, kan gue bilang mungkin tadi." Kata Raka. Dan dibalas dengan anggukkan oleh Silvy.



💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

Ayo dong guys vote + comentnya 😭😭😭

Banna, where are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang