Fahrianna

32.1K 550 1
                                    

"Rianna hadap ke kamera dong!"

Aku mendengar banyak suara gaduh di kerumunan banyaknya lautan manusia. Oh astaga bibirku sudah mau keriting capek sekali rasanya! Ini sudah keribuan kali aku memasang senyuman palsu ini.

Mataku melirik ke samping mengkodenya. Ternyata malah dibalas dengan kekehannya yang menyebalkan. Urrgghh... Dasar manajer gila tidak berguna! Aku tidak tahan berjalan dan berpose di tiap kamera dan mendengar ocehan para wartawan tak penting ini.

"Lalu Rianna siapa pria yang menemanimu waktu itu?"

Aku tidak tahu dari mana bahan itu dia dapatkan. Lagian aku juga tak tahu yang dimaksudnya.

"Umb.. Maaf mungkin anda salah lihat"

Ohh... Aku memang tak tahu!
Jadi jangan paksa aku untuk menjawabnya. Wartawan itu masih gigih membloking jalanku dan berusaha menarik perhatianku

"Saya tidak mungkin salah.. Saya melihatnya sendiri secara langsung jika kalian berpelukan"

Ehh? Sejak kapan aku berpelukan sampai tertangkap kamera?

"Oh mungkin itu manajer saya"

Kataku asal masih tersenyum. Aku harus tenang tak boleh terpengaruh atau marah

"Bukan.. Manajer anda tidak setinggi dan semacho itu"

Balasnya tak mau kalah. Adduh iya juga Lala memang bukan cowok yang ada cowok setengah jadi-jadian. Aku merutuki kebodohanku

Para wartawan semakin mengerubungiku dan penasaran dengan pernyataan tak berujung dari salah satu wartawan sok tahu tadi. Aku semakin kesusahan untuk mencari jalan keluar mataku menulusuri kesana kemari hingga tanpa sengaja mutemukan sosok yang sudah lama tak kutemui dan kurindukan.

Tatapannya yang begitu tajam dan dingin mampu menusuk relung hatiku. Dia terlihat bersandar di tembok pojok bersilang dada sorotan matanya tak pernah lari dariku.

Kenapa kau hanya memandangiku saja? Apa kamu tidak ingin menemuiku? Bahkan merindukanku!!

Dari mana saja kamu! Kulangkahkan higheel berhak tinggi ini untuk berlari mengejarnya. Dia seakan tahu akan kehadiranku berbalik dan menghilang mataku sukses membulat

"Tunggu! Jangan pergi!"

Aku berlari mengabaikan para wartawan dan mendorong mereka menyingkir. Aku berdiri mematung ditempat ia barusan.

"Kenapa kamu pergi dariku! Apa kamu juga akan meninggalkanku!!!"

*****

3 tahun yang lalu

Aku membelalak melihat mama bercumbu dengan pria lain di kamar. Boneka beruang putih terjatuh dari tanganku hampir aku berteriak untung saja aku membekap mulutku agar tak bersuara. Aku tahu ini tak seharusnya kulakukan

Saking ketakutannya kuraih kembali boneka itu dan berlari ke kamarku. Aku beringsut di kasur menutup kedua telingaku. Suara itu.... Kenapa mama mengeluarkan suara-suara aneh itu! Pria itu bukan ayah dan mama tersenyum bahagia sesekali mengerang.

Sudah berapa kali aku menjumpai mama bersama pria yang berbeda tiap pulang ke rumah. Bau alkohol menguar kemana-mana aku menangis sendirian di dalam kamar kecil nan sempit ini. Mama hanya pulang membawa seorang pria asing tanpa memperdulikanku.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang