Jealous

7.7K 273 12
                                    

Aku mendongak menatap matanya lekat-lekat dan tak menyangka dia mengecup bibirku lembut dan aku mendekatkan wajahku dan membalas ciumannya.
Merasakan hembusan nafasnya yang berbau aroma mint membuatku terbuai.

Aku tersadar merasa ragaku kembali dan membelalak terkejut melihat wajahku dan bibirku menempel dengan apiknya. Aku mendorong dadanya.

"A-apa yang terjadi? Kenapa kamu menciumku?!" aku bangkit menghindar.

El Gerraldo ikut bangkit duduk sembari membersihkan bekas pasir yang menempel di bajunya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku memaksanya menjawab. Pria itu akhirnya mau menghadap kearahku.

"Aku sudah menduganya kamu tidak ingat apapun" aku memiringkan kepala bingung.
"Apa maksudnya?" kini matanya memperhatikan didepan keindahan hamparan laut.

"Kamu hampir bunuh diri" mulutku melongo tak percaya lalu kutarik lengan bajunya.
"Kenapa bisa aku ingin bunuh diri, jelaskan!!" dia menahan tanganku.
"Sudahlah kamu terlalu lelah"

Memandang wajah seramnya air mataku merembes semakin deras. Bisa kurasakan maskaraku luntur dan lensa contact-ku mulai mengganjal tidak enak. Hampir kuucek, El Gerraldo menarik tanganku.

"Berhenti melakukan hal bodoh, kamu memakai lensa, jangan lakukan itu lagi atau kamu berakhir buta" aku mendelik atas intonasi tingginya.

Aku memeluknya mencari kehangatan disana. Aku tak peduli dengan lingkungan sekitar, yang kubutuhkan saat ini tubuh kekarnya yang mampu meremukkanku sekaligus. Ohh tidak... Tubuhnya memang besar dan mengerikan tapi menakjubkan jika di ranjang!

Otakku sudah teracuni dan tak mampu berpikir jernih, aku baru menyadari kelebihan yang dimiliki pria ini selama menjadi atasanku dan tuan atas milikku.
Seketika aku teringat perkataannya barusan 'dia menduga aku tak ingat apapun?'

Dia memperlakukanku dengan lembut berbeda dari tiap pertemuan yang kita lakukan hanya untuk yaah, kebutuhan seorang pria.

Astaga... Apa ini yang namanya cinta?

Aku mendorong dadanya perlahan dan mendongak menatapnya penuh harap dan kasih. Kenapa aku jadi melankolis begini sih? Ada sesuatu yang mengganjal dihatiku.

"Apa sebelumnya aku pernah seperti ini?" aku mengamati ekspresi El Gerraldo yang tak terbaca.

Dia masih terdiam dan menarik kepalaku untuk merasakan kelembutan bibirku yang basah karena air mata dan ingusku. Ewww.. Apa dia tidak jijik? Aku saja jijik tapi, berhubung ciumannya enak aku menikmati perlakuannya yang berbeda dari biasanya.

Berciuman dibawah sunset memang kenangan tersendiri yang tak akan mampu aku lupakan. Aku hampir berteriak girang tak percaya aku bisa melakukan kejadian romantis ala drama korea. Sayangnya realita tak seindah ekspektasi, El Gerraldo menghentikan adegan mesra kita dan beranjak berdiri.

"Kita kembali" hanya ucapan itu, dengan cueknya dia melenggang meninggalkanku mematung disana.

Ya Tuhan... Aku tidak yakin kalau dia ini manusia, jangan-jangan alien, atau robot kaku yang tanpa ekspresi. Apa semua pria seperti ini? Sepertinya tidak...

El Gerraldo pengecualian, dia itu....

"Robot kaku yang masih punya nafsu!!!" teriakku keras dan kesal.

Aku berdoa dia tak mendengar gerutuanku karena jaraknya sudah jauh, gila, dia ini kancil ya? Cepat banget kalau jalan... Mungkin lomba maraton kalah sama kecepatan berjalannya!

"Tunggu aku!" aku berlari mengejarnya.

Waktu kami sampai di resort aku terkejut melihat ada Henry dan wanita yang tak kukenal berdiri di lobi. Wanita itu cantik dan pakaiannya begitu elegan. Dia melipat tangan dan memandang kami skpetis.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang