Aku ada janji dengan teman sesama model. Kalau tidak salah namanya adalah Adelia. Sebenarnya aku tidak terlalu kenal dan ingat siapa dia. Tapi setelah kuingat-ingat dia gadis yang baik berbeda dari Bella yang selama ini menjadi rival dan berusaha menjahatiku.
Aku memutuskan untuk naik taksi pergi ke rumah makan yang sudah dipesan. Yahh hitung-hitung menghabiskan waktu libur sampai pesta nanti. Mana di kota macet lagi urrghh lebih baik aku jalan kaki aja.
Aku melirik jam ditanganku dan mendecak. Meski ini bukan bekerja aku tetap tidak enak telat 15 menit dari janji yang kita buat.
Sesampainya dilokasi aku menyodorkan uang sebesar tarif perjalanan. Aku memperhatikan didalam rumah makan dan mencari sosok yang aku sendiri tak yakin dengan bentuk fisiknya. Aku mengetik pesan diponselku untuk memastikan ciri-ciri pakaian yang dikenakan.
*beep*
"Aku memakai dress biru muda, rambut coklat muda panjang dengan bandana putih poni depan. Dudukku di bagian tengah nomer tiga dari depan."
Aku mencari ciri-ciri yang disebutkan dan menelusurinya lebih teliti. Beberapa tatapan orang tertuju padaku.
Apa mereka mengenaliku?
Mataku menemukan seorang gadis cantik sedang sibuk memainkan ponsel. Aku berjalan mendekat dan ternyata dugaanku benar. Tidak salah lagi dia Adelia gadis yang sudah memiliki janji denganku. Ia mengangkat kepala seketika senyuman centil muncul diwajahnya bak boneka jepang.
"Rianna, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Apa kabar?"
Kami berpelukan dan cipika-cipiki sekilas.
"Aku baik, bagaimana dengan kabarmu?"
Kami duduk kembali dan seketika pelayan datang memberikan buku menu.
"Aku baik juga. Wah sudah lama kita tidak bertemu ya" kulihat segelas orange juice didepannya tinggal setengah aku langsung teringat sesuatu."Aduhh maafkan aku ya.. Tadi dijalan macet dan kamu pasti sudah menungguku lama" senyuman tetap menempel diwajah manisnya.
Ia menggeleng dan sama sekali tidak menunjukkan raut marah.
"Ahh tidak masalah aku bisa maklum, memang benar tadi dijalan macet sekali.. Mau gimana lagi" aku kagum dengan sikap ramah dan santainya.
Kami selesai memesan pelayan mencatat pesanannya dan melenggang pergi.
Nahh.. Akhirnya kita bisa mengobrol bebas kembali ke topik utama tujuan dia memanggilku."Kamu semakin cantik saja Adelia" pipinya bersemu merah.
"Tidak.. Kamu juga semakin cantik kok, terkadang aku minder berdiri disampingmu karena aku kalah tinggi hahah"
Justru aku yang lebih minder dengan bentuk tubuhnya yang proposional. Kulitnya sangat putih bersih dan wajahnya bagai boneka. Aku yakin Adelia pasti banyak disukai para cowok-cowok.
"Ngomong-ngomong apa kamu punya kekasih Rianna?" Yah kenapa topik kita ganti tentang punya pacar? Tidak salahkah dia.
"Kekasih? A-aku tidak pernah memikirkannya hahah"
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan pria yang waktu itu bersamamu dilokasi pemotretan?" Ohh apa dia ingin menjadi wartawan juga.."Atau mungkin pria yang bersamamu saat ini yang lagi hot dibicarakan?" Adelia menopang dagu sembari menatap lekat wajahku. Ditatap oleh gadis secantik dia membuatku sulit untuk berkata-kata.
Apa aku harus jujur? Tapi mengapa dia tahu orang yang saat ini dekat denganku.
"Apakah kamu mengajakku bertemu hanya untuk menanyakan berita itu?"
"Bukan.. bukan.. Aku hanya penasaran saja. Lagipula Ryan adalah teman dari Daniel" siapa lagi dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave of Love (END)
RomanceWarning : hanya untuk 18+ keatas! Apa kau akan menghukumku dan mengikatku jika aku tak menuruti perkataanmu... Aku tau tanpamu aku tak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, segala perlakuanmu selalu kuingat tiap detiknya karena perintahmu adalah m...