Oh ya maaf bab ini aku skip langsung ke Rianna pulang dari Paris, biar ga bertele-tele dan pas waktunya. 😁 Jadi himeka mau babnya simple & tuntas jadi bisa langsung lanjut ke novel yang berikutnya. Moga kalian suka ya, Hehe
🌸Happy reading my readers🌸
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*2 Tahun Kemudian*
"Ya ampun lama banget sih, kenapa dia tidak muncul-muncul?!!" Aku menghentak-hentak kaki kesal.
Oh yaa hari ini aku sudah pulang dan ini menunggu jongosku yang lama dari tadi tak kunjung datang. Aku sudah mau jamuran duduk dibandara sendirian. Berulang kali aku melirik jam tangan.
Ada orang iseng lagi...Kupikir saat keluar dari security check aku akan disambut meriah seperti para artis atau keluarganya, jangankan artis keluarga saja tidak punya. Siapa aku? Aku sendiri juga tidak tahu. Untuk sekarang ini aku sudah punya pegangan, ya mungkin sedikit ilmu dan pengalaman.
Akhirnya mataku menemukan sosok yang kukenal berlari dari kejauhan. Dia bukan orang yang kuharapkan tapi setidaknya membuatku tenang.
"Rianna! Ya ampun kamu cantik sekali sekarang" teriaknya nyaring terengah-engah setelah itu dia langsung menghambur memelukku. Memangnya dulu aku tidak cantik? Aku mengangkat alis Kanya tak pernah berubah.
"Hai...apa kabarmu kakak?" ucapku dengan nada main-main. Aku merasa baju dan jaket yang kukenakan basah. Kanya menangis sesenggukan sembari menatapku rindu.
"Aku rindu sekali tau! Padahal seminggu lalu kamu bilang pulang tapi ternyata kau tunda lagi, aku sempat kesal sekali kukira kamu akan melupakanku"
"Ohh ayolah kalau aku tidak pulang dimana lagi rumah tinggalku berada, aku merindukan kalian..terutama kamu Kanya" aku menjiwit pipinya dan tertawa melihat ingusnya mbeler kemana-mana. Kukeluarkan sapu tangan.
"Iyuhhh...menjijikkan, padahal kamu lebih tua dariku tapi tingkahmu seperti bocah" Kanya mendelik dan merampas sapu tanganku. Dia mengusap bekas-bekas ingus dihidungnya. Aku melet membuat gerakan jijik.
"Tidak hanya makin cantik tapi kamu juga makin tak sopan Rianna! Henry akan menangis melihat anak didiknya berkembang liar"
Ya ampun memangnya aku ular, berkembang liar... Kamu saja sudah menangis begitu malah menuduh Henry. Tapi tak mungkin juga Henry bersikap menangis seperti yang dilakukan Kanya.
"Hentikan ocehanmu jangan cuma berdiri disini kita harus segera pergi, aku capek menunggumu seharian"
Akukan tidak nyaman diliatin orang-orang yang berlalu lalang. Kita seperti sepasang kekasih yang rindu tak pernah bertemu bertahun-tahun lamanya. Untung aku memakai kacamata hitam setidaknya maluku berkurang.
Kita sudah didalam mobil yang aku tahu mobil antar jemput suruhan Henry. Memandang kaca mobil. Kanya mengeluarkan suara.
"Kamu sudah banyak berubah, pas aku melihatmu pertama kali aku sempat tak yakin karena gayamu seperti selebriti terkenal aku sempat bingung"
"Ohh.. Ya?"
"Iya, gayamu mirip gigi hadid" aku langsung menoleh tak percaya. Tiba-tiba dia membingkai wajahku. Hebat banget Kanya bisa menyamakanku dengan si model terkenal itu. Apa kabarku yang hanya remah-remah rengginang?"Rianna.. Kamu tidak mungkin operasi plastik kan?" memangnya aku girlband korea.
"A-aku tidak!" kusentak tangannya.
"Apa yang membuatmu aku seperti orang berbeda?"
"Style, wajahmu cantik dan glowing, apalagi auramu..." kalau Rianna yang dulu mungkin pipiku sekarang akan semerah tomat, kalau sekarang aku hanya sedikit malu. Mungkin urat maluku memang sudah putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave of Love (END)
RomanceWarning : hanya untuk 18+ keatas! Apa kau akan menghukumku dan mengikatku jika aku tak menuruti perkataanmu... Aku tau tanpamu aku tak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, segala perlakuanmu selalu kuingat tiap detiknya karena perintahmu adalah m...