Feelings

6.3K 273 13
                                        

Aku terbangun dan langsung mandi menghapus sisa-sisa air mata. Karena aku terbiasa dengan kehidupan rumit hidup serumah bersama El Gerraldo. Aku merengut mendengar dering ringtone smartphone-ku, melihat ada notif dari Henry dan membukanya.

'Nyalakan TV di kamarmu, lihat channel DDTV!'

Aku mengikuti instruksinya mengambil remot. Kerutan didahiku semakin dalam saat tahu fotoku dan Ryan berciuman ditayangkan di televisi. Meskipun sebenarnya aku tidak terkejut saat di pajang di tiap majalah dan surat kabar tapi ditelevisi lain cerita.

*beep*

Notif di Hp-ku bergetar lagi.

'Gila! Kamu makin terkenal aja'

Aku malah kesal melihat berita tentang diriku berpacaran dengan Ryan. Ingin kumaki kelakuan cowok gila itu dan menyalahkannya. Kuabaikan pesan serta media massa yang berkoar-koar tak jelas.

*beep*

Ringtone-ku berbunyi lagi dan kulihat pesan yang membuatku penasaran.

'Datanglah ke party yang di adakan partner kerja dari agency kita hari sabtu. Masih ada waktu seminggu untuk mempersiapkan diri, kamu akan jadi pusat perhatian karena hasil kerja kerasmu'

Henry mengirimiku alamat lengkapnya, aku menghela nafas mematikan televisi malas dengan mulut media yang semakin menyebalkan tiap harinya. Aku pergi ke dapur ingin membuat coklat panas. Seorang maid menawariku bantuan tapi kutolak, tak tahunya dia berbisik-bisik dengan maid lainnya. Mereka menyebutku

'simpanan'

Astaga! Dari mana mereka dapat sebutan itu. Aku menoleh dan melempar pandangan sinis pada mereka, dan kabur ketakutan. Mau jadi wartawan juga yaa, mereka ini. Dasar tukang gosip!

Aku berjalan dengan muka kesal dan kepala penat. Setelah coklat panasku jadi, aku pergi belakang duduk dikursi tidur dekat kolam renang sembari main hp. Aku tertawa melihat film komedi yang membuat hatiku sedikit tenang dan santai.

Hari ini aku memang meminta libur, karena semenjak pulang kenegeri sendiri dan menjadi cover majalah terkenal dengan aktor terkenal pula. Akhirnya hidupku dibanjiri job tiada habisnya dan si pria jadi-jadian itu asal menerima semuanya.

Gila... Dikira aku power rangers gitu kuat banget. Kadang aku tidak mengerti cara pemikiran Henry, aku tahu dia ingin membuatku terkenal dan sukses tapi tidak harus menjadikanku kerja rodi juga kan.
Aku capek sekali dan ingin bernafas sebentar.

Saking keenakan nonton film mataku langsung gelap. Aku kaget ada yang menutup kedua mataku.

"Siapa ini?!!" teriakku marah. Aku tidak mood diajak petak umpet! Suara cekikikannya sudah bisa kutebak.

"Kalau kamu masih menutup mataku, aku pastikan kamu tidak gajian selama setahun!" ancamku.

"Ihh memangnya kamu boss-ku?" jawab dia seenaknya.

"Ya kan aku bisa memecatmu sebagai stylist-ku"

"Tidak bisa! karena tuan El Gerraldo yang tampan mengkontrakku menjadi asisten juga stylist-mu selamanya" nadanya main-main membuatku memutar bola mata malas.

"Terserah, terus ngapain kamu ada disini?"

Aku lupa tanya kok bisa-bisanya dia masuk mansion gede yang penjagaannya diluar ketat. Dari mana juga ini perempuan bisa nembus gerbangnya?
Padahal kita tidak janjian.

"Aku mau santai disini bersama kamu"
Kanya menenteng paper bag didepan mataku.
"Tadaaa! Aku bawa donat dari cafe kesukaanmu" wajahku langsung berubah berseri.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang