What do you choose?

16.9K 384 1
                                    

Aku mengerutkan kening saat mengetahui tempat dihadapanku yaitu studio photo. Henry membawaku kemari seperti yang dijanjikan kemarin. Kupikir dia mengajakku ke tempat yang begituan tapi kurasa Henry tak akan mungkin melakukan itu.

"Kenapa kamu mengajakku kemari Henry?"

Aku tak mendapat respon yang ada dia hanya mengedipkan mata. Gerakannya yang gemulai membuatku bertanya-tanya Henry ini perempuan atau laki-laki?

Kami melihat ada seorang pria sedang sibuk mengambil photo model dihadapannya. Orang itu seperti menyadari kedatangan kami

"Hai sayang"

Sapa Henry duluan dan mencium pipi pria itu. Aku melongo ditempat dia seperti sudah biasa mencium seseorang apalagi orang itu pria.

"Hai Henry"

Panggilan sayang tidak membuatnya terganggu. Mungkin pria itu sudah terbiasa dengan sikap Henry. Ini pertama kalinya aku melihat sikap aslinya mungkin?

Henry berbincang-bincang sebentar dengan pria itu setelah itu memperkenalkan aku padanya. Seperti orang bodoh aku hanya menurut intruksinya untuk berganti pakaian. Banyak pertanyaan dikepalaku tentang tempat ini dan apa yang kulakukan saat ini..

"Kamu punya wajah mulus dan cantik alami"

Itu suara Kanya stylist yang mendandaniku hari ini. Aku berkenalan dengannya kata Henry dia yang akan bertugas mengurus keperluan mengenai penampilanku.
Aku tak menggubris pujiannya dan memilih bertanya pertanyaan yang selama ini kupikirkan.

"Apa aku akan diphoto?"

Kanya terkekeh. Aku yakin dia pasti heran betapa polosnya aku yang tak tahu apa-apa.

"Tentu saja kau kan model" mataku membulat besar. Apa aku tak salah mendengar?

"Apa maksudmu? Bukankah aku hanya berphoto saja"

Aku sungguh tak mendengar masalah ini dari Henry tentang menjadi model. Bukannya aku akan dijadikan budak?

"Rianna kamu memiliki paras yang cantik sayang sekali jika kamu tidak menjadi model, pemotretan ini untuk pendaftaranmu"

Hampir aku bertanya yang jelas bukan untuk photo KTP atau buku album tahunan lulusan sekolah kukira aku diphoto untuk ditawarkan pada pria-pria hidung belang. Ohh pikiranku kotor sekali...
Ini semua gara-gara pria bernama El Gerraldo!

Ngomong-ngomong tentang pria itu aku jarang bertemu karena seringnya dia pergi bisnis keluar kota entahlah apa kerjanya..
dan kembali setelah tiga hari atau bahkan seminggu. Lebih bersyukur lagi jika ingin kita tak bertemu selamanya saja.

Aku masih tidak terima dengan perlakuannya yang kasar dan seenaknya menciumku. Itu sama saja dengan pelecehan dan harga diriku terasa jatuh.

"Rianna?" aku tidak sadar jika Kanya melambaikan tangan didepan wajahku.
"I-iya?"
"Lihatlah kamu sangat cantik sekali..padahal aku cuma memoles riasan tipis tapi sungguh kulitmu halus sekali aku iri!"

Aku memandang cermin besar dihadapanku dan terkejut. Siapa yang ada dihadapanku yang kini menatapku? Aku memegang kedua pipiku tak percaya memastikan pemilik wajah ini memang aku.

"I-ini aku?"
"Hahah tentu saja tidak mungkin juga kan itu wajah tetanggamu, apa kubilang kamu memang sudah cantik dari sononya"

Kanya tertawa melihat kelakuan konyolku. Aku berdiri memutar badan melihat dress simple ditubuhku dan riasan yang terasa aneh menempel diwajahku. Aku merasa tak percaya diri dan tidak nyaman dengan hal baru ini.

"Ehh apa yang kamu lakukan?!"

Kanya merampas kapas yang akan kupakai untuk menghapus riasan. Aku tahu Kanya berniat baik tapi aku tak terbiasa dengan penampilanku sekarang.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang