Hurt and Jealous

6.1K 244 1
                                    

"Aku tau hubunganmu dengan El Gerraldo"

Seperti ada petir menyambar, aku berbalik memberinya tatapan tajam.

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti" cemohku dan mengayunkan tangan gaya tak mengerti. Senyuman diwajahnya bertambah lebar.
"Aku tahu rahasiamu Rianna, hubunganmu dengan El Gerraldo" aku tak menjawab dan masih menyimak.

"Dia bossku" dia bersuara lirih 'yes I know' dengan nada mengejek. Kesal karena memberiku teka-teki dan tidak to the point.

"Apa buktinya, cepat katakan intinya!"

"Melihatmu tak sabaran membuatku menduga jika memang seperti itukah hubungan kalian berdua?" Benar juga, ini sama saja seperti menggali kuburanku sendiri. Perkataanya seperti benang kusut, ruwet dan susah ditata.

Melihat ekspresiku yang mengeras, Ryan mengubah posisi duduknya lebih santai.

"Oke..oke.. Kemarin saat mencarimu, aku melihat kamu dan El Gerraldo berpelukan"
Ohh.. Jadi dia hanya melihatku berpelukan. Kalau hanya itu sih aku tak memikirkannya.

Ryan seperti meneliti ekspresiku dan kembali meneruskan cerita.

"Tidak itu saja yang kulihat, kalian juga berciuman ditepi pantai!"
"Ka-kau!" Wajahnya penuh dengan kemenangan. Ingin rasanya kutonjok muka palsunya yang pintar mempermainkan hati wanita.

Aku langsung membekap mulutnya, dan melotot tajam.

"Jangan main-main Ryan, memangnya hanya dengan itu aku akan merasa terancam? Bisa jadi kamu menyalah artikan orang lain seolah-olah itu aku.
Jangan konyol!" Ryan mencekal pergelangan tanganku dan menyingkirkannya.

"Kamu yang jangan konyol Rianna, memiliki hubungan gelap dengan bossmu sendiri, apa kamu simpanannya? makanya jangan meremehkanku"  ingin kucakar seringaian yang memuakkan itu.

"Dasar brengsek! Kamu mengancamku" kutarik kerah bajunya dan melempar tatapan penuh membunuh. Ryan malah mencondongkan kepala untuk mendekat dan membalas tatapanku penuh berani.

"Aku tidak mengancammu sayang.. Aku hanya memperingatkanmu dan aku cuma memintamu menjadi kekasihku"
"Itu sama saja kau mengancamku brengsek!" Makiku marah.

Sikap Ryan semakin menjadi-jadi dan berani sekali dia main ancam. Dasar pengecut!

"Sudahlah percuma bicara dengan orang stress sepertimu, aku rasa otakmu perlu diperbaiki" ucapku seraya akan pergi meninggalkannya.

Aku sudah malas menanggapi, yang ada aku ikutan stress lagi.

"Rianna kalau kamu tetap tak mau jadi pacarku maka berita tentang kamu simpanan tuan Gerraldo akan tersebar" langkahku terhenti sesaat, memejamkan mata sekejap dan berlalu.

Aku tidak peduli yang penting aku tak mau jadi kekasih laki-laki yang bisanya cuma memanfaatkan kelemahan orang lain.

Aku tarik kembali ucapanku, Ryan is the worst!

****

Seminggu setelah kejadian-kejadian aneh itu, Kanya mengunjungiku di mansion. Wajahnya ceria berseri-seri aku seperti melihat anak anjing yang mengibaskan ekor sambil berjalan riangnya.

"Apa kau tahu?" Tentu saja aku tidak tahu kan dia belum memberi tahuku.
Ada-ada saja Kanya ini...

Aku memandang tak percaya, dia seenaknya duduk disofa santai sebelahku. Sudah terbiasa aja dia main-main ke rumah besar ini. Kanya nampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya.

"Tadaaaaa!" Sebuah majalah ada ditangannya, aku mengernyit melihat sampul bagian depan memaparkan wajahku dengan Ryan berpose mesra. Spontan aku menunjuk diriku sendiri.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang