Confess

4.7K 236 9
                                    

Acara Fashion week diadakan di New York dan tebak siapa yang mendapat peran perwakilan yang dikirim kesana, aku dan Bella mendapat tawaran itu. Tentu saja Henry semangat sekali menerimanya tanpa pikir dua kali. Hampir 3 tahun aku menggeluti dunia model dibawah naungan perusahaan El Gerraldo.

Gara-gara pamorku naik akhirnya aku menjadi ikon commercial di perusahaannya dan semakin terkenal. Sekarang aku tahu tujuan dia menjadikanku seorang model, tapi entah mengapa masih ada banyak hal yang dia sembunyikan dariku dan itu membuatku agak kecewa.

Meski El tidak menyatakan apa status kita secara langsung, aku sudah merasa semakin dekat dan menjadi kekasihnya. Entah kekasihnya yang keberapa aku tak mau memikirkannya..

Pagi-pagi aku sarapan dikamarku tanpa berniat makan dimeja makan. Aku kesal pria batu itu dari aku bangun sudah menghilang tanpa memberi tahu kepergiannya. Ya memang aku bukan istrinya, apapun harus cerita atau lapor. Aku kan ingin tahu kegiatan dan masalah yang menimpanya. Aku ingin lebih mengenal dekat dirinya.
Apa tidak boleh?

Disinilah aku makan sendirian dengan sedikit nafsu makan. Aku jadi jarang makan dan malas karena latihan serta iklan pemotretan yang terus membanjiri jadwalku sampai aku tak bisa tidur nyenyak. Aku malas melakukan kegiatan apapun karena badanku agak tak enak.

Aku makan beberapa sendok dan beranjak keluar, tiba-tiba aroma telur dadar yang enak dan menggoda penciumanku membuatku menghampiri dapur arah makanan itu dimasak. Kukira maid disini yang masak ehh ini si lelaki cantik manja.

"Kau yang masak telur dadarnya?" Henry
terlonjak dengan suaraku yang berada disamping telinganya. Dia memakai celemek girly semakin memperlihatkan sisi femininnya.

"Ehh gila kirain kamu suara piring pecah! Bikin kaget aja" aku mengerutkan kening. Henry menuangkan telur dadar itu di piring aku mengambil secuil telurnya dan meringis karena masih panas. Duhh ini oven atau apa panasnya minta ampun!

"Ya ampun Rianna! Kamu gila ya, telur baru mateng juga udah kamu serobot saja! Itu masih panas tau..." Aku memegang jari yang melepuh meringis nyeri.
"Habisnya aku ingin makan itu" rengekku kesal bukannya malah perhatian ke aku, ini malah dimarahin. Udah kayak majikan marah-marah ke pembantunya saja.

"Kamu udah makan kan tadi, padahal sarapannya nasi goreng spesial enak sama soup jagung kok minta makan lagi dan sekarang telur dadar?" Henry mengikuti arah mataku di counter matanya membalalak melihat dua piring lengkap isinya tergeletak begitu saja.

"Aku tidak nafsu makan itu, aku maunya makan telur"
"Kamu beneran tidak makan nasi gorengnya?! Itu juga yang masak aku lhoo!" Ohh benarkah? Tidak hanya perawakannya perempuan, Henry ternyata cocok menjadi ibu rumah tangga. Rasa masakannya enak, sayangnya lidahku sedang tidak berselera.

"Aku malas.. Maunya ini" tunjukku pada telur dadar berhiaskan mayonais dan saus sambal yang lucu dan menarik.
"Idihh udah kayak orang ngidam saja! Ehh.. Lebih cocoknya bocah TK" kalimat terakhir itu sudah membuat tubuhku menegang. Aku jadi teringat sesuatu yang sangat penting.
"Henry ini tanggal berapa?" Dia menjawab sekedarnya dan aku menggigit bibir bawahku menepis pikiran itu.

"Ya Tuhan..." Gumamku sedikit gelisah, Henry menatapku bingung.
"Ada apa?" Aku langsung menggeret tangannya.
"Ikut aku, tolong antar aku sebentar"
"Hei, aku masih mau sarapan.. Ini masih pagi nona!"
"Sekarang juga..! Ini penting" tegasku. Henry pun menurut dan dia menuntunku untuk ke kamarnya mengambil kunci mobilnya.

Kalau dugaanku benar, lalu aku harus melakukan tindakan apa lagi berikutnya?

"Kamu kenapa sih?" Ucapnya yang tak kusahut dan sibuk dipikiranku sendiri.
Henry masih menyetir sesekali melirik mencuri pandanganku.
"Henry, apa kamu akan mempercayaiku setelah kamu tahu yang sebenarnya?"
Henry memperhatikan ekspresiku, dari raut wajahku saat ini dia sudah tahu dan tak ingin menekan lebih jauh untuk mengetahui masalahku.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang