Red Carpet

3.4K 154 0
                                    

Tiga hari kemudian hari yang ditunggu semua kalangan aktor,aktris, dan model. Semua keperluan sudah siap sempurna. Tentu saja orang-orang yang mendampingi semasa karirku yang mengurusi semua keperluanku untuk event terbesar ini. Dengan hasil kerja kerasku, aku harus tampil sempurna di muka dunia. Akan kutunjukkan jati diriku yang sebenarnya.

Kanya memakaikan make-up diwajahku. Kali ini dia memilih warna bold untukku. Katanya supaya aku lebih terlihat glamour dan menonjol di depan seluruh orang dan kamera.

"Hmm cantik" gumamnya lirih.

Kini dia giliran menata rambutku menyanggul dengan gaya lebih modern lalu menyisihkan poni dan anak rambut di depan kedua telingaku. Aku takjub dengan tangan lihaynya bagai magic. Kuacungi jempol bahagia dengan hasilnya. Aku mengagumi wajah di depan cermin besar. Memutar-mutar wajahku memastikan apa benar ini aku? Jangan-jangan ini muka orang lain kan tidak lucu.

"Aww cantik sekali kamu sayang.." puji Kanya merangkulku dan mengagumi hasil karyanya sendiri.
"Astaga! Ini wajah siapa??" tanyaku tak percaya. Aku memang merasa seperti memakai topeng agar wajahku cantik. Meski Kanya memakai make-up tebal wajahku sama sekali tak merasa berat atau cakey.

"Kau nampak begitu cantik. Atau mungkin kamu tak percaya dengan kemampuanku?" aku terkekeh melihat bayangannya di kaca yang merengut kecewa. Kugandeng lengannya dan tersenyum bahagia.

"Ini menakjubkan Kanya! Aku sampai tak mengenali seseorang yang ada dipantulan cermin, kamu seperti menyulapku" ucapku girang. Mengelus wajah polesanku dan berkali-kali berdecak kagum.
"Tentu saja aku mampu menyihir wajah siapapun. Lagipula ini event terbesar dan aku mau kamu menjadi ikon utama acara itu. Kamu harus menjadi yang terbaik dan tercantik dari semua wanita yang hadir!" ocehnya menggebu-gebu.

Setelah obrolan kecil itu Kanya mengambil gaun panjang dan menyodorkan padaku.

"Ayo my angel saatnya bertransformasi!"

Belum sempat menjawab, Kanya mendorongku ke walk-in-closet. Setelah beberapa detik aku keluar dan mata bulat Kanya melebar. Ekspresinya lebay, dia menutup mulut tak percaya dan berjingkrak memegang kedua bahuku.

"Bisa kau tutup resletingku?" ucapku karena kesusahan menjangkaunya. Kanya tersadar dan langsung membantu menata gaunku.
"Ya Tuhan... Kamu mempesona sekali Rianna! Kamu malaikat! Cinderrella! Bidadari!" pujinya sungguh berlebihan. Aku bercermin kembali sesekali memutar badanku memastikan apa yang kurang dari penampilanku.

"Apa gaun ini tidak berlebihan?"
"No! You are fantastic!" jawabnya cepat.

Aku tersenyum memperhatikan detail gaun biru tua yang menjuntai indah sampai mata kaki. Aku merasa bagai Cinderrella. Gaun ini memang bukan biru muda terlalu  panjang dan lebar seperti milik Princess Cinderella tapi potongan kain serta model dibagian dadanya agak mirip dengan desain Cinderella. Dengan kain satin yang mengkilap dan desain yang simple semakin menampakkan penampilanku glamour. Rambut cemolku dengan satu berhiaskan bunga berwarna hitam begitu cocok dengan gaun yang kukenakan.

"Aku nampak seperti wanita penyihir yang sombong" Kanya terkekeh dengan penuturanku. Dia membalik tubuhku dan bibirnya tersenyum simpul.

"Kamu asli cantik luar dan dalam. Jadi kamu harus lebih percaya pada dirimu sendiri Rianna.. Kamu harus menyadari kemampuanmu. Ini adalah hasil dari kerja keras yang kau bangun sendiri" Ya Tuhan... Aku terharu.. Kanya selalu tak pernah bosan memberi semangat dan kata-kata motovasi untukku. Dia dan Henry orang yang benar-benar kupercaya dalam hidupku.

"Tunjukkan pada dunia siapa seorang Rianna. Terutama pada tuan El Gerraldo!"

Ahh.. Itu benar aku buktikan pada El Gerraldo jika aku bukan Fahrianna yang dulu lagi. Orang yang berdiri saat ini adalah Rianna sang model terkenal.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang