My First time

15.4K 318 6
                                    

Aku gemetaran saat merasakan sentuhan tangan kekarnya memegang pundakku. Ia menunduk memajukan wajahnya karena aku ketakutan kupejamkan mataku tak siap membuka dan menyaksikan bibir itu mendarat dibibir mungilku. Hembusan nafasnya menerpa pipiku. Aku mengernyit bingung kenapa dia tidak bergerak. Aku tidak merasakan sentuhan dibibirku.

Mulai kubuka mataku pelan meliriknya. Aku memekik keras saat wajahnya begitu dekat tapi sama sekali tak bergerak. El Gerraldo membuang muka dan tertawa geli.

"Apa yang kau harapkan Rianna?" Ucapnya masih menahan tawa.

Wahh aku dikerjai olehnya. Kulirik dari bulu mataku penasaran alasan dia tidak menciumku. Wajahnya sedikit merah bukan karena marah dia puas menertawakan aku.

Senang sekali dia membuatku malu dan tidak kusangka dia bisa tertawa juga rupanya. Dia mulai melonggarkan pertahananya dan bersikap santai. Memang apa yang lucu, padahal jantungku hampir copot dan menahan ketakutan luar biasa dalam hatiku.

"Apa aku sungguh menghiburmu?" Tanyaku sarkastis meliriknya takut-takut.

El Gerraldo menatapku kembali tapi tak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak menyerang atau menyentuhku. Senyuman terukir dibibirnya yang sexy. Membayangkan ciuman aku jadi tak sadar memperhatikan bibirnya.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu datang ke kamarku, makanya aku bingung akan melakukan apa padamu"

Haah? Memangnya aku tidak bilang jika kedatanganku kesini itu untuk....

"Umb.. ka-kamu pasti tahu kedatanganku kemari kan"

El Gerraldo berjalan di nakas dekat ranjang mengambil satu batang rokok dari bungkusnya untuk menyumpal mulutnya. Menyalakan dengan korek gas gerakannnya terlihat biasa. Asap mengepul dari mulutnya. Haaahhh.. Di kamar saja masih sempat merokok. Padahal ber-AC itu sebabnya kah dia membuka jendela kamarnya.

"Aku tidak tahu jika kamu tidak memberi tahu alasanmu"

Dia kembali berdiri didekat jendela sembari menerawang pemandangan diluarnya. Dia tahu tidak sih kedatanganku untuk apa ehh aku dicuekin dan malah enak-enakan merokok.

"Tidak sehat" gumamku agak sebal.

Aku diabaikan hanya untuk melanjutkan sesi merokoknya. Tidak takutkah jika merokok memiliki zat adiktif nikotin yang mampu menyebabkan perkembangan berbagai penyakit seperti jantung koroner, kanker paru, penyakit paru obstruktif dan stroke.

Bagaimana jika gara-gara terlalu sering merokok pria itu terkena penyakit itu!
Aku juga benci asapnya...

"Kau mengkhawatirkanku?" Kedua mataku membulat.

Siapa juga yang khawatir. Kukira jarak sejauh ini dia tak mengetahui kata-kata yang kuucapkan. Aku membuang muka menyembunyikan pipi merahku.

"Aku sudah merokok sejak kuliah" tambahnya membuat mulutku melongo. Lama juga riwayat merokoknya... Itu namanya udah ketagihan.

"Kenapa kamu lakukan itu?"

Aku tidak menjelaskan alasan pertanyaanku tentang dampaknya. Bagiku percuma orang dewasa sepertinya pasti sudah tahu sendiri akibatnya.

"Karena ingin dan itu membuatku tenang"
"Apanya yang tenang?! Awalnya tenang-tenang saja tapi lama-lama mati juga nantinya" kataku agak sedikit menekan nada.

Jika menyangkut kesehatan aku sangat memperhatikan. Jika aku berhasil membujuk seseorang sama dengan menyelamatkan sejuta umatkan. Itu pikirku.

"Apa kau pikir aku selemah itu?" Ia malah terkekeh seolah mencemoohku.

Sudah kuduga orang-orang seperti ini sangat keras kepala. El Gerraldo tidak hanya dingin tapi juga kepala batu.

"Siapa bilang lemah? Manusia ada batasnya kita mungkin meremehkannya, dari hal remeh kecil itulah timbul masalah besar" balasku kesal dengan sikap tak pedulinya.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang