"Apa kamu yakin? Aku yang mengantarmu?" Aku sibuk mengoleskan lipstik di bibirku.
Wujud Kanya dibelakangku terlihat jelas di pantulan kaca. Aku sudah terbiasa dengan omelan dan sikapnya yang santai disekitarku.
"Iya, aku hanya membeli baju"
"Tuan El tidak kesini?" Puas melihat hasil riasan simple-ku, kutaruh peralatan make up ke tempatnya.
"Dia sibuk mengurus dokumen-dokumen yang menumpuk di kantor"
"Ohh iya ya. Sudah pasti dia sibuk, apalagi akhir-akhir ini sering datang kesini menemanimu" aku mengambil tas selempang kecil di lemari gantung.
"Aku tidak menyuruhnya kesini" aku keluar membentuk gerakan mengajak Kanya berangkat.Kanya mengekoriku dari belakang dan mengambil tasnya di meja ruang tengah.
"Tentu saja dia merasa khawatir Rianna. Bersyukurlah tuan El sadar dan masih bertanggung jawab, gimana kalau pria tak jelas yang menghamilimu. Bisa-bisa dia pergi meninggalkanmu tanpa tanggung jawab."Benar juga sih kata Kanya, aku juga tak menyangka jika lelaki kejam seperti itu dengan mudahnya menerima keadaanku. Apa karena aku seorang model terkenal dibawah manajemennya, dia jadi takut reputasinya tercoreng. Apalagi sampai media tahu aku hamil anak siapa.
Ngomong-ngomong apa dia bilang bertanggung jawab untuk menikahiku? Atau hanya ingin menjagaku sampai aku melahirkan bayi ini nanti?
"Kamu pasti berpikir macam-macam" aku tersentak dan tak sadar sudah didalam mobil dengan Kanya duduk mengemudi disebelahku.
"Aku hanya bingung"
"Tentang masa depanmu dan bayimu nanti?" Aku menghela nafas."Aku sungguh wanita tak tahu diri. Harusnya aku mampu melawannya. Tapi apa dayaku, aku menjadi seorang model juga karena dia. Aku berhutang budi karena dia menyelamatkanku, meski aku dianggap slave dan memerlakukanku semena-mena. Dia tetap tuan yang memiliki hak memilikiku seutuhnya... Dan ini akibat dari perbuatanku" Aku merasa kedua mata Kanya memperhatikanku sesekali dia konsentrasi pada kemudinya.
"Berhenti menyalahkan dirimu Rianna, kamu tidak sepenuhnya salah. Waktu itu kamu berada diposisi yang sulit, tidak ada pilihan selain menjadi slave orang itu dari pada menjadi pelacur di club malam" Kanya mencoba menenangkanku. Satu tangannya yang lain meremas tanganku.
"Semua akan baik-baik saja, aku yakin tuan El akan menjaga kalian berdua."
"Kenapa kau begitu yakin?" aku menoleh mencari kejujuran dibalik mata Kanya."A-apa? Tentu saja karena kamu orang terpenting bagi dirinya kan.. Dia juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya, lagipula dia yang telah menjadikanmu slave-nya dan model seperti sekarang ini" aku meresapi kata-kata gadis yang sedang terfokus pada jalanan didepan. Mendengar Kanya berkata begitu memberi sedikit semangat dan ketenangan.
Aku tersenyum tak menyangka dia orang yang selalu ada disampingku sampai aku menjadi Rianna sekarang.
"Terimakasih Kanya. Selain Henry kamu orang yang selalu bisa membuatku tenang"
Aku teringat dimana gerangan Henry tidak pernah muncul. Aku rindu omelan ala ibu-ibu dan penampilan menyoloknya.
"Kenapa aku tidak pernah menemui Henry? Dimana dia sekarang?" suaraku terputus sampai kami berada di mall yang kami tuju. Melepas safety belt Kanya menunjukkan ekspresi masam yang tak terbaca."Sepertinya dia tidak akan menemuimu sementara ini" dia keluar dari mobil membuatku ikut keluar dan penasaran atas penyebabnya.
"Kenapa? Apa dia sakit? Sibuk?" kejarku mengiringi langkahnya. Kita berjalan masuk kedalam mall besar yang aku inginkan untuk belanja."Aku tidak tahu. Akhir-akhir ini dia sulit dihubungi... Terakhir aku menemui wajahnya terlihat berantakan, sepertinya dia ada masalah" aku menghentikan langkah memikirkan perkataan Kanya. Apa ini ada hubungannya dengan aku bercerita masalah ini pada Henry?
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave of Love (END)
RomanceWarning : hanya untuk 18+ keatas! Apa kau akan menghukumku dan mengikatku jika aku tak menuruti perkataanmu... Aku tau tanpamu aku tak akan bisa menjadi seperti sekarang ini, segala perlakuanmu selalu kuingat tiap detiknya karena perintahmu adalah m...