Frustation

21.1K 461 0
                                    

Setelah kelakuan nekat kabur waktu itu mansion ini semakin diperketat. Khususnya aku diberi penjagaan ketat hingga di depan kamarku selalu ada dua pengawal berbaju hitam menemaniku sepanjang malam sampai-sampai aku izin ke kamar mandi diikutin. Aku hanya diijinkan keluar jika bersama Henry.

Sudah seminggu aku tinggal disini dan aku sudah bekerja menggantikan pembantu disini. Sebetulnya aku hanya menawarkan diri untuk membantu pekerjaan di rumah ini karena sang pemilik rumah hanya merekrut dua pelayan. Henry menawariku jika aku mau membantu pelayan disini.

"hmm lumayan juga masakanmu" Henry bersuara duluan memuji masakanku.
"terimakasih atas pujiannya Henry" balasku sembari tersenyum.

Aku memperhatikan pria yang duduk dikepala meja makan masakanku dalam diam dan tenang. Baru dua hari aku melihatnya semenjak terakhir dia mengeklaimku menjadi slave-nya.

Aku tidak tahu maksudnya apa tapi aku terpaksa menurut karena apapun yang terjadi aku masih beruntung masih hidup sekarang.

"bagaimana menurut anda tuan, masakannya lumayan kan?"

Henry nyalinya kuat sekali meminta pendapatnya untuk memujiku. Uhh aku tak yakin pria itu mau meresponnya.

Gerraldo terdiam menatap sekilas makanan dihadapannya ia mengangguk singkat dan kembali memakannya.

"iya kan kubilang apa jika tuan Gerraldo mengangguk dia setuju dengan pendapatku kalau masakanmu enak!"

Henry terlihat antusias melihat respon singkat itu aku hanya membelalak tak percaya. Kemarin saat aku menyiapkan makanan Gerraldo hanya terdiam dan setelah selesai makan langsung pergi.

Seperti sekarang ini dia sudah menyelesaikan makanannya dan beranjak tanpa melirik lingkungan sekitarnya. Theo mengekorinya dari belakang. Aku menghela nafas menyentuh dadaku

"jangan kau masukkan dalam hati tuan Gerraldo memang jarang bicara tapi lihat tadi kan dia memuji masakanmu"

haah?apanya yang memujiku Gerraldo masih dingin dan acuh begitu. Membuatkan makanan untuknya saja aku harus uji nyali dulu. Hatiku selalu dipenuhi ketakutan dan was-was. Aku malah membayangkan jika tak sesuai seleranya dia akan membanting makanan itu bahkan lebih parahnya melempar diwajahku.

Henry seperti menyadari ekspresiku yang berubah-ubah tertawa

"ya ampun Rianna memangnya kamu hidup dizaman penjajahan jadi pekerja romusha? hahah"

Henry masih tertawa terbahak-bahak. Aku memberi tatapan tajam padanya

"a-aku tidak tahu jika itu sesuai seleranya"
"biarpun begitu tuan Gerraldo akan tetap menghargai kemampuanmu"

Entah kenapa Henry seperti sok tau tentang orang seperti apa Gerraldo itu. Aku langsung memunguti piring-piring yang berserakan dimeja. Lalu aku beralih membersihkan seluruh rumah ini.

Malam harinya aku membuatkan kopi panas dan membawakannya ke ruang kerja Gerraldo. Jantungku berdetak tak karuan aku mendesah memegang dadaku untuk menenangkan rasa takutku. Aku masih saja ketakutan mengingat ancamannya waktu itu.
Aku mengetuk pintu coklat yang sudah lama tak kumasuki.

Kudengar suara didalam dan masuk membawa nampan berisi secangkir kopi hitam. Aku mendesah saat Theo membukanya dan aku masuk

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang