Why it's him?

5.4K 220 3
                                    

(El GERRALDO POV)


Semenjak proyek besar-besaran yang kukerjakan, pekerjaanku jadi semakin menumpuk. Bahkan waktu untuk istirahat sama sekali tidak ada. Theo sering memperingatiku untuk lebih berhati-hati menjaga kondisi fisikku.

Bukannya aku sombong, badanku kuat tanpa sakit-sakitan. Itu karena aku sering berlatih fitness di gym. Apapun itu, yang lebih aku utamakan adalah pekerjaan. Aku tidak pernah menomer satukan hal lain selain pekerjaan. Setelah pulang dari resort aku tidak ada waktu untuk bermain-main atau sekedar santai di rumah.

"Bisakah kita mempercepat proyek yang kita kerjakan?" ucapku to the point. Claire mengangkat wajahnya dan menatapku.
"Kenapa harus terburu-buru El? Masih ada banyak yang harus kita lakukan"

Aku menghela nafas hingga dering smartphone-ku berbunyi. Kuangkat langsung tanpa melihat id si penelpon.

Ternyata Henry yang menelponku dengan suara kerasnya yang berisik dan menyebalkan.

"Rianna masuk cover majalah tuan El!"

Meski aku tak menjawab sama sekali, tapi aku mendengar semua ocehannya dari A sampai Z.

"Lakukan instruksiku selanjutnya" ucapku mengakhirinya sebelum Henry semakin mengoceh panjang lebar.

Aku tidak sadar jika Claire dari tadi memperhatikanku dengan raut bingung.

"Siapa?"

"Bawahanku" jawabku singkat. Claire mengangguk dan melanjutkan mengetik data-data yang harus dikerjakan.

"Sudah lama sekali kita tak pernah bertemu dan aku senang sekali diberi kesempatan bekerja sama denganmu" aku mendengus. Dia mengeluarkan sapu tangan satin kesukaannya dari dalam tas.

Menggerakkan jemari-jemari lentiknya untuk mengusap keringat yang tak terlalu terlihat dikeningnya. Gerakannya begitu pelan dan membuatku malas melihatnya.

Claire terlihat kesal dengan respon yang tak diharapkan dariku.

"El.. Kenapa kamu tidak menjawabku?"

Aku tak menjawab dan malah memikirkan Rianna yang berhasil menjadi cover majalah yang diinginkan oleh para model. Aku memang percaya gadis itu pasti berhasil melakukan tanpa bantuan siapapun. Meskipun begitu, semua itu karena aku.

Aku sampai tak menyadari suara Claire yang terus memanggilku, dan itu menyebalkan sekali.

"El!! Can you listen to me?!!"
"Hm?"
"Ya Tuhann... Aku sudah dari tadi memanggil namamu tapi, kamu sama sekali tak mendengarkanku!" pekiknya.
"Ada apa?"

Claire menghela nafas kesal dan langsung menggandeng lenganku.

"Apa yang kamu lakukan?"
"Ikut aku, kita pergi ke cafe langgananku!" Claire masih gigih menarikku, seperti sudah biasa melakukannya.

Mau tidak mau aku harus menurutinya. Dasar wanita!

Wanita egois ini seenaknya menyeretku untuk makan bersama dan sekarang dia memesan makanan tanpa meminta persetujuanku.

"Kamu tidak pernah berubah" cibirku.
"Kamu juga El, meski begitu aku tetap menyukaimu" bibir merahnya membentuk senyuman centil.

Menurutku dia sudah tak pantas lagi bersikap layaknya gadis remaja. Usianya bahkan tak muda lagi.

Mataku menelusuri para pengunjung disekitar. Ya.. Aku sedang mengobservasi setiap lokasi atau tempat yang menurutku menarik untuk referensiku. Aku tak mungkin membuang-buang kesempatan ini hanya demi menyenangkan wanita didepanku.

Slave of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang