10 - Divo, Dave & Dimas

67 5 4
                                    

Dimas refleks terlompat ke belakang kala seorang cewek muncul dari balik pintu kamarnya dan menjerit histeris--atau kaget, tapi hiperbola.

"Astaga."

Cewek itu buru-buru menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya memerah, malu. Ia menatap sosok cowok di hadapannya.

Dimas memerhatikan cewek itu dari atas sampai bawah. Caranya mengucir rambut. Jaket denim favoritnya yang membalut kaos putih yang terdapat logo supreme di bagian depannya. Skinny jeans warna hitam yang membalut kaki jenjangnya. Bagian lututnya robek--tipe robek karena jatuh, bukan memang modelnya begitu.

"Hmmm ... misi."

Di luar dugaan cewek itu. Kalimat yang terlontar dari mulut Dimas hanya sebuah kata 'misi' yang amat singkat dan tidak dibubuhi embel-embel apa pun.

Diva berdiri di ambang pintu, dan justru sengaja menghalangi Dimas untuk masuk. Cewek itu cemberut.

"Gue bilang, misi."

Diva menghela nafas panjang dan menyingkir dari pintu.

Malam ini Dimas hanya mengenakan kaos hitam polos yang dibalut jaket bomber berwarna hijau army. Tas ransel hitam tersampir malas di bahu sebelah kanannya.

Duk!

"Adaw!"

Diva merengut sebal. "Mampus."

Dimas mengusap betisnya yang baru saja ditendang sekuat tenaga oleh Diva. Duh, itu cewek memang benar-benar, ya.

"Divo telepon lo."

Hanya dengan mengucapkan 3 patah kata, Diva meninggalkan Dimas dan turun ke lantai bawah yang sudah ramai oleh Ibu-Ibu dan Bapak-bapak. Tampaknya acara telah dimulai beberapa menit lalu. Atau mungkin setengah jam yang lalu, entahlah.

Langkah Diva terhenti di tangga, ia menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, mencari Bunda.

Bukannya Bunda, yang ia temui justru cewek hipster yang telah berevolusi menjadi cewek tumblr-ish.

Diva menaikkan sebelah alis, mengamati penampilan cewek yang rambutnya dikepang dengan model ... entahlah model apa itu namanya, yang jelas, itu amat ribet.

Cewek berkulit cokelat itu membubuhkan eye liner ala Ariana Grande sebagai riasan matanya, sementara bibirnya dilapisi lip cream matte dengan shade brown.

Pakaian cewek itu sebenarnya membuat Diva geleng-geleng kepala. Gimana nggak? Kaos yang cewek itu pakai, meskipun lengannya panjang, namun modelnya lumayan crop. Setiap kali cewek itu bergerak, pusarnya kelihatan. Cewek itu juga mengenakan hot pants berwarna pale blue.

Wow.

Ini maksudnya model-model Awkarin gitchu?

Lagian emang dia enggak takut masuk angin apa, ya?

"Anggi!"

Diva yang tadinya bersandar di selusur tangga sontak menoleh pada orang yang baru saja turun dari atas. Siapa lagi kalau bukan Dimas.

Senyum cowok itu mengembang.

Diva melayangkan tatapan judes pada Anggi.

Syalan, gue yang nunggu yang disamperin malah Anggi. Oke, gapapa. Iya gapapa banget. Besok-besok kalo lo nyamperin gue, gue bakal bodo amat! Terserah anjir, Diva merutuki Dimas dalam hati.

Hilang sudah mood Diva untuk makan. Padahal makanan yang tersaji di bawah sana sedap-sedap.

"Dimaaas. Long time no see! How are you?"

ConscienteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang