4 - Rasa

165 11 1
                                    

DIMAS membuka matanya perlahan ketika merasakan sedikit getaran pada ranjang Ara, tempatnya menyandarkan kepalanya. Dimas mengerjapkan mata beberapa kali, namun mendelik seketika.

Ara. Gadis itu mencoba untuk duduk. Dimas mengucek matanya beberapa kali. "Ara?"

Ara tersenyum tipis, bibirnya tampak sangat pucat. "Hai, Dim. Divo mana, ya?"

Bahkan Divo adalah orang pertama yang ia cari ketika ia membuka matanya, padahal Dimas adalah orang pertama yang ia lihat, namun ia justru tidak peduli.

"Lo baru bangun?" tanya Dimas. "Tunggu, gue harus kasih tahu Mama lo dulu!"

Saat Dimas hendak menyambar ponselnya yang sedang di-charge, Ara menahan pergelangan tangan Dimas. Tidak seberapa keras genggamannya, namun berefek besar pada jantung Dimas.

Rupanya, Dimas memang masih mencintai gadis itu. "Iya, Ra? Lo istirahat aja dulu."

"Jangan panggil Mama gue dulu, gue masih mau berdua sama lo dulu," ucap Ara lirih. Suaranya serak dan pelan. Dimas yang tadinya ingin mengabari Mama Ara pun mengurungkan niatnya. Ia duduk lagi di kursi yang terletak di samping ranjang Ara.

Lagi-lagi, Ara mencoba untuk duduk.

"Jangan duduk dulu, Ra. Lo masih belum kuat," ucap Dimas lembut, terselip khawatir di kata-kata yang dia ucapkan, tapi wajahnya berusaha tetap tenang.

Ya Tuhan, terima kasih akhirnya Ara bangun. Dan bagaimana hati kecilnya mensyukuri ketika Ara bangun, menunjukkan perasaannya yang masih tersimpan rapi dan tidak berubah meskipun ia selalu berkata kalau dia sudah move on.

"Bantu gue." Ara tetap ingin duduk.

Dimas mengangguk maklum. Dia paham betul kepribadian Ara. Ara punya kemauan yang keras. Dia tidak akan peduli apa kata orang lain. Karenanya akhirnya Dimas pun membantu Ara duduk.

"Makasih, Dim." Ara tersenyum manis, tetap kelihatan manis bagi Dimas meski wajahnya benar-benar pucat.

Dimas mengangguk-angguk sambil tersenyum kalem. Padahal hatinya sedang bergejolak. Oke, Dimas memang berlebihan kalau sedang begini. Tapi cowok kan juga punya perasaan, wajar dong merasa senang?

"Divo dimana?" tanya Ara beberapa saat setelah keheningan menyergap di antara dirinya dan Dimas.

Gejolak senang di hati Dimas padam seketika.

Sakit itu ketika orang yang lo suka, suka sama orang lain.

"Dia barusan pulang, dia jagain lo terus selama lo koma. Lo koma seminggu lebih," jawab Dimas dengan wajah meyakinkan.

Tapi sayangnya itu dusta. Divo tidak menjaga Ara. Divo hanya ke rumah sakit sesekali untuk menjenguk Ara, itu juga tidak terlalu lama. Tidak seperti Dimas yang rutin menjaga Ara setiap sepulang sekolah dan baru pulang ketika sudah lewat jam 8 malam.

Ara mengulum senyum senang. Meski Divo bukan orang yang pertama yang ia lihat saat ia membuka mata, setidaknya mengetahui Divo menjaganya sudah cukup membuat hatinya senang.

Andai Ara tahu kalau Dimas berbohong padanya.

Jantung Dimas mencelos. Ada 2 perasaan yang timbul saat melihat Ara tersenyum saat ini. Pertama, senang karena melihat orang yang dia sukai tersenyum bahagia. Kedua, nyeri karena orang yang dia suka tersenyum karena orang lain.

Dimas juga ingin menjadi alasan dari senyum Ara. Tapi rasanya gadis itu memang sudah menyerahkan hatinya sepenuhnya untuk Divo yang akhir-akhir ini berubah.

Menurut Dimas, kembar itu--Dave dan Divo sama saja. Sama-sama brengsek. Sama-sama menyakiti Ara. Dan kenapa Ara tidak kunjung sadar bahwa Dimas selalu ada bahkan ketika Ara sedang di titik terbawahnya?

Tapi Dimas tahu, suatu saat nanti Ara pasti akan menyadari perasaan yang Dimas punya.

***

05/12/16

Author note: Halo, guys! Dengan gembira gue mengabarkan bahwa mulai sekarang Consciente bakal update lagi meskipun slow, soalnya tugas sekolah gue banyak banget, HEHE. Tapi gue sempet-sempetin nulis cerita ini, kok.

First of all, makasih banget buat yang udah nagihin kapan cerita ini update. I'm really happy bcs of you guys--who asked me to next this story😂 YOU GUYS ARE REALLY MEAN TO ME, AWWWW💙💙💙

Kedua, makasih buat yang masih mau baca dan kasih vote (uw, aku cinta yang tidak silent readers, HEHE).

Ketiga, makasih buat yang baca, meskipun kalian silent readers, aku tetep sayang. Uuuwww♡♡

Yah, pokoknya kalian adalah alasan gue melanjutkan cerita ini. By the way, cerita ini sempet di on-hold bcs gue kena writer's block and i don't know what i have to write. Gue bener-bener buntu.

Dan tadi, pas gue promosi tentang fanfict yang lagi on-progress, ada yang komentar nagihin cerita-cerita gue dilanjutin, lol. Ada juga yang sampe nge-line...

Ah, pokoknya gue sayaaang banget sama kalian (para readersku, ea). Gue juga minta maaf banget kalo part ini nggak memuaskan. Oke, sekian gue bacotnya, hehe. Enjoy!

Ps: maaf part ini pendek, gue mati-matian nulisnya karena tadi bener-bener buntu gak ada ide dan gue udah lupa plot gara-gara udah lama gak dilanjutin, hehe.

Pss: kalian bisa lihat tanggal update di akhir chapter sebelumnya dan sekarang, hehe. Selisihnya jauh abis.

ConscienteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang