HARI ini Sabtu, alias libur. Harusnya aku bisa jalan-jalan ke taman, atau ke mall bareng Natasya dan Dimas, tapi sayangnya saat ini mendung. Tapi nggak mau juga sih jalan bareng Dimas lagi, ntar ditinggalin lagi. Ditinggalin itu kan nyesek. Eh, nggak deng, ea.
Drrrt.
Aku menyambar ponselku dan menjawab panggilan free call line yang masuk tanpa melihat caller ID.
"Halo, dengan siapa dimana?" ucapku seperti di acara bagi-bagi hadiah dalam kuis di TV. Sponsor, hahaha.
"Heh, kalo bego jangan dipelihara, lo nggak lihat ava gue apa?"
Aku tertegun, mengenali suara si penelepon. Dengan segera aku melihat caller ID. Wah, ini nggak mungkin. Eh, tapi ini sudah terjadi.
Ngapain amat coba nih anak. Buang-buang kuota aja. Padahal kan kita bisa ngobrol lewat balkon. Ya, bukan berarti aku kepengin juga sih.
Yup, itu Dimas.
"Iya, iya. Kenapa? Buang-buang kuota gue aja lo."
"Alah, sok-sokan kuota. Wi-fi gratisan aja ngomong kayak gitu."
Omong-omong sebenarnya aku menumpang wi-fi rumah Dimas karena wi-fi di rumahnya diletakkan si dekat kamarnya, jadi sinyalnya masih sampai di kamarku, dan internetnya ngebut abis, lah, mantap. Tapi selama ini dia mengira aku memakai wi-fi milikku sendiri, hehehe.
Aku terkekeh. "Iya, iya. Kenapa, Mas?" tanyaku.
Sejenak, tidak terdengar apa-apa. Hening. Sunyi senyap. Hanya terdengar suara deru motor yang lewat beberapa kali di jalanan di depan rumah. "Mas? Are you there?"Jangan-jangan dia ketiduran lagi? Ah, tapi masa' pagi-pagi aja udah ketiduran.
Aku pun beranjak dari kasur ke balkon. Tapi aku tidak menemukan Dimas. Yang ada hanya balkon dengan pintu kaca yang tertutup rapat serta ditutupi tirai. Hening. Sebenarnya dia dimana? kemana?
"Lo kemaren abis makan baso berdua sama Dave?" tanya Dimas setelah beberapa kami berdua membuang-buang pulsa hanya untuk diam. Eh, buang-buang kuota wi-fi. Mungkin maksudku Dimas yang terdiam. Aku mencoba bicara beberapa kali, bukan?
Tapi untuk apa dia menanyakan hal itu? itu nggak penting untuk dia, dan sama sekali bukan urusan Dimas. So, untuk apa dia peduli? toh, itu tidak menimbulkan efek apa-apa padanya. Terkecuali jika Dimas menyukaiku. Nah.
Tapi sayangnya, Dimas cuma sayang sama Ara dan sepertinya sudah berpindah hati pada Anggun. Itu lho, cewek yang jalan bareng Dimas di mall beberapa bulan lalu.
Eh, kenapa aku jadi membahas tentang Dimas? Nggak penting amat.
"Kalo iya kenapa, kalo nggak kenapa?" balasku sekenanya.
"Ya gue kan cuma nanya. Lagian gue takut lo malah gagal move on dari Divo kalo bergaul sama Dave. Dave kan kembarannya Divo," balas Dimas cepat.
Oh, ternyata ini cuma karena ucapanku dan Dimas malam itu. Saat kami berdua memutuskan sama-sama move on. Bah, emangnya Dimas pikir move on itu segampang menghilangkan noda di baju apa? Dasar.
"Emangnya itu penting buat lo? Move on itu nggak gampang kali, Mas."
"Kok lo ngomongnya gitu, sih? Jadi menurut lo move on itu susah? Nggak, Div. Nih gue kasih tahu, faktor keberhasilan move on itu ada 3; Jarak, waktu dan orang pengganti. Simple."
Semudah itu kah bicara? Dasar menyebalkan. Iya sih bagi dia mudah, karena dia menemukan Anggun. Sedangkan aku? Aku dekat-dekat dengan Dave saja dia marah-marah melulu-- omong-omong, sebenarnya Dave yang sok akarab denganku dan aku sudah menjauh mati-matian, tapi cowok itu keras kepala banget.
Tapi, ada benarnya juga. Aku dan Divo jelas renggang, sangat renggang, jarak kami jauh. Maksudku bukan soal fisik. Kedua, waktu... yah, aku memang butuh waktu. Ketiga, orang pengganti. Orang pengganti itu....
Nggak ada.
Huaaa, kok kesannya mengenaskan banget gitu, ya. Tapi move on ke siapa?
"Gimana? pertimbangin dulu, deh."
"Iya deh, makasih ya, Mas. Ngomong-ngomong lo kemana? Kamar lo nggak menunjukkan tanda-tanda kehidupan."
"Oh, iya. Gue lagi jogging bareng Anggun. Baru selesai, sih. Dia lagi pesen Bubur Ayam. Eh, itu orangnya balik, Div. Gue matiin ya? Dah."
Aku menahan nafas mendengar kata-kata Dimas sebelum akhirnya dia mematikan telepon secara sepihak. Dimas bareng Anggun. Mereka lagi jogging bareng.
Haha, aku sudah bilang kan, aku nggak boleh baper :)
***
26/09/16
Makanya jangan baper, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Consciente
Novela JuvenilIni kisah tentang Diva dan Divo yang saling menarik ulur meskipun Divo sudah memiliki pacar. Tentang Dimas dan eksistensinya yang serupa cokelat hangat di musim hujan dan es krim pasca patah hati. Tentang Dave yang menjatuhkan hatinya pada Diva yang...