1 - Realita vs Ekspektasi

112 12 4
                                    

Perempuan yang rambutnya selalu dikucir kuda itu menghempaskan beberapa tumpuk buku cetak dan buku tulis ke atas meja sekaligus. Kantung matanya menghitam dibandingkan sejak ia pertama kali memasuki kelas 10. Ia sudah tidak sempat lagi memikirkan urusan cinta yang menye-menye di tengah setumpuk tugas yang membanjirinya.

Realita dan ekspektasi memang berbeda.

Pertama kali Diva menonton sinetron di Tv, menemani Bunda, yang ia lihat adalah para anak SMA yang kerjaannya nongski gaul. Pulang sekolah dianterin pacar naik motor gede. Hari libur ke Mall, belanja, nonton sama nongski di starbucks.

Tapi kenyataan kadang emang pahit.

Boro-boro pacar, gebetan aja nggak ada. Hari libur juga kepakai buat ngerjain tugas, bukannya liburan. Duh.

Diva menghela nafas panjang. Tangan kanannya menyambar hape di atas nakas sementara posisi tubuhnya sekarang sudah telentang di atas ranjang berseprai soft pink.

Kata Bunda, cewek harus feminim.

Kata Bunda, pink itu lucu.

Kata Bunda, kalo warna seprainya gelap nanti Diva digigitin nyamuk.

Alhasil, Diva pun menurut pada Bunda.

Begitu menyalakan layar hape, sebuah notifikasi dari line muncul.

Dimas: Div
Dimas: dibajak

Membaca kedua pesan tersebut, Diva mendengus.

Terus gue peduli kalo lo dibajak? batin Diva acuh.

Dave: heh kebo
Dave: dah tidur ya?
Dave: mentang-mentang besok sabtu udh ngebo

Senyum Diva mengembang begitu mendapati pesan dari Dave. Tanpa pikir panjang, ia segera membalas chat dari Dave.

Diva: bsk sbtu tp lusa ny senin anj

Dave: istighfar dek jangan kasar-kasar

Diva: astaghfirullah lupa jing

Dave: abis istighfar ngmg kasar lagi:) maunya apa
Dave: udah belajar?

Diva: barusan selesau
Diva: *selesai

Dave: yah typo kn
Dave: udh ngantuk tuh
Dave: tidur Div

Diva: y udh gue tdr
Diva: bye

Dave: sip, good luck PAS-nya, ya

Diva: siap, good luck juga ketua panitia BTS!1!

Dave: 😊

Aduh, jadi deg-degan kan tuh disenyumin, batin Diva sambil senyum-senyum salah tingkah. Cewek itu menggenggam hapenya dan menempelkannya ke dada, sementara ia sendiri senyum-senyum sambil melihat plafon kamar. Gini nih, efek nggak pernah pacaran dan sekali suka sama orang, orang yang disukain kayak tai. Giliran dapet yang normal, jadi salting-salting alay gitu.

Aduh, disenyumin lewat line aja udah kayak gini. Gimana face to face? Mungkin Diva udah kejang-kejang, kali.

Diva pun memutuskan untuk tidak membalas chat dari Dave dan membaca obrolan di grup angkatan.

Cindy: yg sabar ya Ra

Nindira: anjir gue kira langgeng

Nadia: drama lu jing

Cindy: sirik aja si Nadia

Nadia: napa lo, heh? Ga suka?

Cindy: ya ela galak amat mb

ConscienteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang