2 - Gak Harus Pacaran

115 12 0
                                        

Dave menyusuri koridor sekolahnya, ia baru saja selesai mengobrol dengan guru BK mengenai hal-hal yang berkaitan dengan BTS angkatannya serta kesibukannya sebagai ketua panitia BTS.

Sepanjang koridor, berpasang-pasang mata menatap Dave dengan tatapan memuja. Dave yang menyadari itu tersenyum ramah dan menyapa beberapa orang di koridor meski ia tidak mengenal mereka. Ketika cogan yang lain dikenal dengan image jutek atau cuek, Dave justru kebalikannnya.

Spesies cogan mana lagi yang seramah itu? Cuma Dave, emang.

Samar-samar Dave dapat mendengar bisikan seperti,

"Eh, itu Dave ramah banget, ya. Nggak kayak si Divo. Ganteng sih, tapi kayak triplek. Datar banget!"

"Subhanallah ... jodoh gue lewat, woi."

"Makin hari aura cogannya makin keluar ya, jir."

Dave memercepat langkahnya menuju kelas Diva. Begitu ia memasuki koridor kelas 10, para adik kelasnya yang tampaknya baru pulang sekolah dan sedang mengobrol di koridor segera memberi jalan untuknya, seakan-akan paham kalau Dave mencari Diva.

Menyadari hal itu, Dave tersenyum.

"Eh." Dave menghampiri seorang cewek yang tak ia kenali. "Lo lihat Diva, nggak?"

Cewek itu mengangguk. Ia berjalan menuju kelasnya, kemudian terdengarlah suara toaknya dari dalam kelas.

Ketahuan, nih. Ciri-ciri bendahara kelas yang rajin malakin duit kas anak-anak kelas.

Tak lama kemudian, sesosok cewek dengan wajah yang sangat familiar bagi Dave menghampiri cowok itu. "Woi!"

Dave nyengir. "Belom balik?"

Diva menggeleng.

"Div! Diva!"

Tiba-tiba, ada seruan seseorang yang menginterupsi obrolan Diva dan Dave. Keduanya pun menoleh ke sumber suara dan mendapati Dimas dengan wajah tengilnya yang sedang cengar-cengir innocent.

"Eh, ada lo," ucap Dimas pada Dave. Ia menepuk bahu Dave.

Diva curiga kalau selama ini Dimas memang selalu berakting ramah pada siapa saja meski ia sebenarnya sebal pada orang itu. Eh, tapi saat bertengkar dengan dirinya cowok itu nggak begini, kok.

"Iya, nih. Gue mau ngajak Diva balik bareng," jawab Dave sambil tersenyum tipis.

Dimas menaikkan sebelah alisnya. "Lho, gue juga mau ngajak Diva balik bareng."

Sekarang, berpasang-pasang mata mengamati Diva, Dave dan Dimas. Sebagian besar melayangkan tatapan iri pada Diva. Sedangkan Diva sendiri meringis.

"Gue hari ini mau balik sendiri aja, hehe. Dadah." Diva tersenyum sungkan, kemudian berbalik sambil melambai pada Dave dan Dimas.

Kedua cowok itu menunjukkan ekspresi sok kecewa.

"Yah, elo sih!"

"Lah, kok gue? Rumah gue mah emang deketan, ya."

"Gak nanya."

"Goddamn."

***

"Diiimaaas, jalan yuuuk!" panggil Diva dari balkonnya. Ia menggerai rambutnya yang panjangnya selengan. Ia sendiri memakai kaos polos berwarna putih yang dibalut jaket denim dan ripped jeans.

Buset, belum juga di-iya-in udah siap aja.

Terdengar suara langkah dari dalam kamar Dimas. Begitu cowok itu keluar, ia menatap Diva dari atas sampai bawah.

ConscienteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang