"(Name)....""Ya?"
Killua hanya diam membisu, jemarinya yang saling bertautan bergerak gelisah. Matanya melirik ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka berdua di pojok kafe. Killua menggigit bibir bawahnya, mencoba mengusir kegugupan yang menyergap dirinya. Killua masih ragu dan bingung hendak mengutarakan isi hatinya.
"Ada apa, Killua?"
"Aku ... ingin bicara serius, aku ingin jujur padamu."
Sekarang (name) yang diam mendengarkan, membiarkan Killua melanjutkan ucapannya, "Baiklah, (name) ... aku...."
Sekali lagi jika Killua ragu, maka akan sia-sia semua usahanya. Itu sama saja Killua mengulangi kesalahan yang sama setiap memiliki kesempatan. (Name) sudah merasa nyaman dan telah menaruh kepercayaan padanya. Kalau Killua mengurungkan niatnya lagi, itu artinya Killua akan mengkhianati (name).
Killua tidak akan menyia-nyiakan seorang gadis idaman yang sudah susah payah diperjuangkan sehingga kini berada dalam genggamannya, juga kesempatan untuk menjadikan (name) miliknya.
Bukan Killua sekali kalau berhenti di tengah jalan karena keraguannya.
Akhirnya, dengan keberanian dan tekad bulat serta persiapan yang cukup matang, Killua menarik napas panjang yang dalam sebelum mengembuskannya perlahan. Kemudian kalimat yang selalu ingin diucapkan itu akhirnya terucap, "Aku menyukaimu, (name). Maukah kau menjadi pacarku?"
Sungguh, saat itu benar-benar terasa bagaikan mimpi terindah dari yang paling indah. Mimpi yang sangatlah indah bagi keduanya terwujud menjadi kenyataan. Imajiner hujan bunga sakura dan embusan angin yang lembut, melatari pernyataan cinta Killua yang tersampaikan dengan mulus kepada gadis pujaan hatinya.
Dirinya sendiri tidak menyangka mampu mengatakan isi hatinya, Killua benar-benar bersyukur usai berhasil melakukannya. Tetapi hatinya masih bimbang karena (name) tak kunjung menjawab, apakah sang gadis manis yang sedang gugup sambil menatapnya tak percaya itu akan menerimanya?
Namun, Killua kembali merasa berbung-bunga ketika (name) menatap lurus tepat di matanya dan menjawab dengan pasti tanpa keraguan, "Tentu saja, Killua."
Senyum lebar merekah di wajah yang memerah, baik Killua maupun (name) sama-sama malu juga terharu. Akhirnya saat yang mereka nantikan telah tiba, semoga setelah ini mereka bisa selalu bersama dan saling berbagi rasa sampai ajal datang menjemput memisahkan keduanya.
Lalu mereka hidup bahagia selamanya.
(A/N : Tapi bohong :v hehehe :p).
-Skip Time-
Setelah beberapa menit hening dalam kecanggungan dan berkutat dengan benak masing-masing, akhirnya Killua dan (name) memutuskan untuk keluar kafe dan berjalan-jalan sebentar di taman kota.
Seperti biasa, mereka tidak akan pernah bosan di taman itu. Selain banyak kenangan mereka yang tersimpan di taman kota, ada banyak jajanan serta pemandangan indah dan suasana damai.
Kafe menjadi saksi bisu tempat Killua menyatakan perasaannya pada (name), sementara taman kota ibarat kotak harta karun berisi kenangan indah mereka yang berharga. Setidaknya, Killua dan (name) mempunyai tempat untuk menyimpan segala kenangan yang mungkin suatu saat nanti akan terlupakan.
Mereka pun duduk di bangku taman sambil makan es krim yang tadi mereka beli. Killua dengan santainya bersandar di bahu (name), membuat sang gadis terkejut karena ulah pacarnya itu. Meskipun sudah resmi berpacaran beberapa saat lalu, tetap saja (name) masih malu-malu untuk bermesraan dengan Killua.
Lagi pula, tidak berpacaran pun mereka sudah seperti sepasang kekasih, bukan?
"Killua, jangan sampai es krimmu tumpah." Dengan lembut (name) membujuk Killua agar mengangkat kepalanya dari bahunya, tetapi tidak berhasil—Killua tetap tidak peduli dan masih nyaman bersandar di bahunya.
"Sebentar saja, kok. Kepalaku tidak berat," tolak Killua, enggan untuk mengangkat kepalanya dari bahu gadisnya.
"Memang kepalamu tidak berat, tapi rambutmu membuatku geli," ujar (name) yang kemudian tertawa geli karena Killua dengan sengaja menggesekkan kepalanya ke leher (name).
Rambut perak acak-acakan itu menggelitik kulit leher (name), terasa geli ketika Killua menggesekkan kepalanya seperti seekor kucing yang manja pada majikannya. Namun, kekehan tak luput dari gadis yang menjadi tempatnya bermanja-manja. Killua pun tertawa senang karena berhasil menjahili pacarnya.
'Jadi, seperti ini, ya ... rasanya punya pacar.' Killua membatin, ternyata tidak buruk juga berpacaran. Apalagi kalau pacarnya gadis yang disukainya sejak pandangan pertama.
"Hm ... (name), apa kau mau ikut?" tanya Killua sambil menggeser sedikit posisi kepalanya untuk menatap (name).
"Ke mana dan mau apa?"
"Ke rumahku, kita main," jawab Killua sambil menaik turunkan alisnya dan menyunggingkan senyum jahil. "Rumahmu? Maksudmu ke Gunung Kukuru?!" pekik (name) panik, matanya yang membulat sempurna terlihat lucu.
"Bukan, bukan rumahku yang itu. Maksudku apartemen yang aku dan teman-temanku sewa," ralat Killua seraya bangkit berdiri. "Kalau tidak mau, ya ... mungkin aku boleh mampir ke rumahmu?"
(Name) terdiam mendengarnya, merupakan kesempatan bagus kalau berhasil membawa Killua ke rumahnya dan langsung menghabisinya di sana. Tapi, di sisi lain hati (name) merasa sangat bersalah bercampur sedih dan kecewa kepada dirinya sendiri, gadis itu tidak ingin mencelakai Killua—sebagai pacarnya—dalam waktu dekat.
Manakah yang harus (name) turuti? Benaknya yang menggenggam dendam atau hatinya yang terikat pada Killua?
***
Bersambung....
A/N : Halo, hehehe #ditendang.
Cieee, yang kangen Killua~ oke jangan marah karena kalian tidak tahu seberapa pusing aku memutar kepalaku 360°C /bukan, abaikan/ untuk menuliskan kisah tjintah yang terlampau tidak jelas ini.
Abaikan yang di atas :v untuk readers yang membaca karyaku yang satu ini, kalian harus kuat, ya! Karena untuk sementara kalian akan LDR-an dulu sama Killua ;)
Hah, LDR? Kenapa?
Karena aku kelas 6 SD—yang tak disangka bisa membuat cerita macam ini—dan sibuk belajar untuk menghadapi ujian dan berhasil lulus.
Kalian mengerti 'kan?
Oh, ya! Dalam rangka LDR ini aku yang tiba-tiba punya ide untuk membuat BONCABE atau bonus chapter untuk kalian!
Scroll down!
KAMU SEDANG MEMBACA
Killua Zoldyck X Readers : 30 Days Make You Fall In Love With Me
Fanfiction[SUDAH TAMAT, KAPAN-KAPAN DIREVISI] Menjadi seorang Hunter profesional merupakan pekerjaan yang hebat, namun sangatlah berat. (Your full name) adalah salah satu peserta yang lulus Ujian Hunter dan bekerja sebagai Hunter profesional untuk dirinya sen...