-A few months later-York Shin, 08.29 AM.
Seorang gadis berjalan sambil menyeret sebuah koper di antara padatnya lalu lalang para pejalan kaki. Sambil melihat ke kanan dan ke kiri, gadis itu terus berbicara dengan kakak sepupunya melalui telepon. Sang gadis mematikan ponsel dan menyimpannya setelah sambungan telepon dengan sang kakak sepupu terputus.
"Huh, Miu-nee seenaknya saja pergi ke kantor sendirian meninggalkan aku di tengah jalan," gerutunya sebal. "Ada-ada saja alasannya, untuk mengurus inilah, untuk menyelesaikan itulah, huh!"
(Full name), gadis itu kini telah beranjak dewasa. Rambut (your hair color) gadis itu semakin panjang dan dibiarkan tergerai. Pakaian yang dikenakannya pun terlihat lebih modis dengan kemeja putih berlapis blazer merah muda, celana jeans panjang, dan sepatu kets putih.
"Menyebalkan sekali!" jerit (name) sehingga mengundang tatapan orang-orang di sekitarnya.
(Name) terus berjalan menyusuri jalanan. York Shin bukanlah tempat asing baginya, (name) lahir dan tumbuh besar di kota ini. Beberapa bulan lalu, setelah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan benturan pada kepalanya, (name) bersama Miu berangkat ke Roma.
Selama menetap di Roma, (name) sudah banyak berubah. Gadis itu tidak lagi antisosial dan mulai memiliki beberapa orang teman. Kegiatannya bukan hanya seputar di rumah saja, tetapi juga di luar rumah, seperti berekreasi ke tempat wisata atau mall untuk berbelanja.
Bahkan, tak jarang (name) berkunjung ke kantor Miu untuk membantunya mengurus berkas-berkas, setelahnya kakak dan adik sepupu tersebut menghabiskan waktu bersenang-senang.
Begitu pekerjaan Miu di Roma telah selesai, (name) bisa pulang kembali ke Jepang bersama Miu. Namun, ketika sudah mendarat sampai di bandara, Miu mendapat panggilan telepon yang mengharuskannya datang ke kantor segera. Akhirnya, di sinilah (name) berakhir seorang diri di sebuah taman kota yang terasa familier baginya.
"Mungkinkah aku pernah ke sini bersama Miu-nee?" tanya (name) pada dirinya sendiri.
Melihat sebuah bangku taman, (name) menghampirinya dan duduk di sana. Kopernya diletakkan di samping kakinya. "Rasanya aku pernah duduk di bangku taman ini."
Akan tetapi, (name) merasa bukan Miu yang duduk bersamanya. Ketika (name) mencoba menggali secuil kenangan tentang bangku taman yang didudukinya, gadis itu teringat akan pesan dari Miu.
"Di Jepang nanti, ke manapun kau pergi dan di manapun kau berada, apabila kau merasa mengenal namun tak ingat apa atau siapa, jangan memaksakan dirimu mengingatnya."
"Ugh, kenapa coba kepalaku harus terbentur segala? Sudah pelupa, dan sekarang aku jadi amnesia," dumalnya. "Apakah tidak ada yang lebih buruk dari ini?"
Semua hal di York Shin terasa begitu familier bagi (name). Mulai dari liku jalanan, penjual es krim di dekat tempatnya duduk, toko-toko di pinggir jalan, sampai beberapa orang pejalan kaki yang berlalu lalang melewati (name).
Suasana York Shin pun tidak dapat (name) lupakan. Bisingnya berbagai aktivitas di kota, kepadatan lalu lintas, bangunan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Pada malam hari, (name) ingat sekali bagaimana indahnya gemerlap cahaya lampu di York Shin. Apalagi ditambah taburan bintang di langit malam.
York Shin tentunya sangat berbeda jauh dengan Roma. Meski sama-sama memiliki suasana kota, namun (name) merasa lebih nyaman di York Shin. "Mulai sekarang, aku bisa melihatnya lagi," ucap (name).
Dan mulai detik itu juga, (name) memutuskan untuk mencari kenangan yang hilang. Apakah yang telah hilang itu? Atau siapakah yang telah dilupakannya? (Name) bertekad akan mencarinya dan menemukannya lagi.
Karena gadis itu merasa bahwa apa atau siapa yang terlupakan itu amat sangat penting baginya.
'Rasanya seperti kehilangan bagian diriku sendiri,' batin (name).
(Name) bertopang dagu, tumpuan sikunya diletakkan di atas pahanya. Gadis itu melamun sembari memandangi cantiknya bunga-bunga yang bermekaran dengan indah di hadapannya. "Mawar merah muda itu ... aku pernah menginginkannya," gumam (name).
"Aku pernah memberikannya ... mawar merah muda itu."
Spontan saja (name) menoleh ke sampingnya. Berdirilah seorang pemuda berambut silver dengan iris mata biru tengah menatap (name) yang juga menatapnya.
Iris mata (your eyes colors) si gadis bertemu iris biru si pemuda.
'Mata (your eyes colors) itu....'
'Mata biru itu....'
Bibir kedua insan tersebut bertanya satu sama lain, "Kaukah kenangan yang aku cari?"
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killua Zoldyck X Readers : 30 Days Make You Fall In Love With Me
Fanfiction[SUDAH TAMAT, KAPAN-KAPAN DIREVISI] Menjadi seorang Hunter profesional merupakan pekerjaan yang hebat, namun sangatlah berat. (Your full name) adalah salah satu peserta yang lulus Ujian Hunter dan bekerja sebagai Hunter profesional untuk dirinya sen...