Twentisecond Day, Twentisecond Mission : Battle Strategy

873 122 6
                                    


Serenity Hotel, 21.08 PM.

(Name) merasa lebih segar setelah mandi dan menyantap hidangan makan malam super lezat di hotel. Kini, ia bersama kelima agen sedang duduk berkumpul di kamarnya. Karena setelah makan tidak boleh langsung tidur, maka kelima agen tersebut hanya bisa terkulai lemas di sofa. Sementara (name) terlihat tenang-tenang saja.

"Bagaimana? Apakah kalian semua menikmati makanannya?" tanya (name), senyum manis menghiasi wajahnya.

Kuro mengangkat kedua tangannya seperti ketika ditodong pistol. "Aku tak sanggup lagi," jawabnya.

Aoi dan Zen di kedua sisi Kuro mengangguk setuju, sedangkan Harui dan Nari di sofa yang berhadapan dengan sofa ketiga pria itu menghela napas panjang.

Begitulah nasib kelima agen Hunter profesional yang harus menuruti semua perintah (name). Meskipun awalnya sempat menolak ajakan gadis itu untuk makan malam bersama, sehingga menimbulkan rasa tak enak hati-membuat mereka mengira mungkin itulah yang (name) rasakan juga, kecuali Zen yang sama sekali tak peduli-namun, mau tak mau, mereka harus menurutinya.

Memanglah tidak ada ruginya. Ini perintah, begitulah (name) bertitah tanpa bisa dibantah. Perut kelima agen tersebut tampak membuncit, gadis itu menggunakan kesempatan ini untuk makan banyak.

Ia terkekeh, "Kalian harus makan sebagai pasokan energi untuk besok."

"Justru kami tak bisa bergerak cepat dengan kondisi seperti ini," sanggah Zen, ketus seperti biasa.

(Name) sudah memahami sekaligus memaklumi Zen yang bersifat ketus dan tajam mulut dengan sarkasme yang khas. Ia tersenyum menanggapinya, lalu berkata, "Siapa bilang kalian yang bergerak? Hanya aku yang maju ke arena pertarungan."

"Apa?!"

Kelima agen tersebut terkejut, mereka menoleh ke arah (name), menatapnya tak percaya. Ia hanya tersenyum tipis, karena sudah menduga reaksi kelimanya akan terkejut seperti ini.

Sebelum Zen melontarkan kata-kata sarkasmenya, (name) segera angkat bicara, "Biar kujelaskan, aku akan memberitahu rencana dan strategi yang akan kita laksanakan besok."

Setelah (name) berucap demikian, kelima agen tersebut memasang ekspresi serius, siap mendengarkan penjelasannya.

"Seperti yang kukatakan tadi, hanya aku yang akan maju ke arena pertarungan nanti. Kuperingatkan, jangan ada seorangpun dari kalian yang memunculkan diri di tengah pertarungan, itu akan merusak rencana. Tentu, kalian ikut menyerang. Tapi, dari jauh, secara sembunyi-sembunyi. Agar posisi kalian tidak ketahuan oleh musuh, kalian bisa bertukar tempat, atau lebih tepatnya bergeser dari satu titik menuju titik lainnya supaya tidak ketahuan.

"Aku tidak menentukan harus di mana dan ke mana kalian bertukar, itu terserah kalian. Serang terus dari sisi yang berbeda, jangan mendekat atau menjauh, berada sekitar sepuluh meter dari arena pertarungan. Kalian tidak harus tepat mengenai atau sampai melukai musuh, karena yang utama dari ini adalah mengalihkan fokus serta mengganggu konsentrasi musuh. Sampai sini, kalian mengerti?"

Keempat agen mengangguk paham, kecuali Si Pria Ketus yang tampak memikirkan sesuatu. "Ada apa, Zen-san?" tanya (name) sambil mengulaskan senyuman ketika Zen meliriknya. "Apakah hanya itu tugas kami?" tanya Zen.

(Name) menggeleng. "Bukan hanya itu," jawabnya. "Aku tahu ini terdengar egois. Tapi, bolehkah aku meminta kalian menyalurkan sedikit Nen kalian padaku dari jauh?"

Zen menyela, "Kenapa?"

Mendengar itu, (name) tersenyum licik, membuat kelima agen tersebut tercengang melihat senyuman licik sang gadis yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Killua Zoldyck X Readers : 30 Days Make You Fall In Love With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang