"Kau cepatlah makan siang bersamaku" kudengar dia berkata seperti itu. Aku terlalu malas bersamanya. Kulanjutkan lagi jalanku dan memasuki kamarku sendiri.
Aku mengambil ponselku di atas nakas, kulihat ada beberapa panggilan dan juga pesan.
Ternyata yang menghubungiku melalui telepon adalah Dijhe, ah.. Dijhe teman dekatku, dan dia juga bekerja sebagai pelayan di kedai tempatku bekerja dulu, Dijhe adalah pria yang baik dan ramah, dia terbilang tampan, lalu aku membuka pesan yang terkirim.
From: Dijhe
"Hey Flower, kenapa kau tak pernah menghubungiku semenjak ada pria datang kemari untuk mengijinkanmu bahwa kau keluar dari tempat bekerjamu ini? Apa kau memiliki masalah? Kutunggu balasan darimu Flower :)"
Ahh.. Pria ini selalu membuatku tersenyum saat dia memanggilku dengan sebutan Flower, ya.. Karena namaku Rose dia memanggilku Flower.
Lalu aku mengetik pesan untuk membalasnya.
"Hello Dijhe, aku baik-baik saja, maafkan aku Jhe aku tidak sempat memegang ponselku, bisakah kita bertemu malam ini?"
Aku memencet tulisan 'send' pada pesan Dijhe.
BRAKKK....
Sontak aku menoleh ke arah pintu kamarku menampilkan sosok Edgardo yang memaksa membuka pintuku hingga pintu kamarku rusak.
"Apa kau gila hah?!!! Tidak bisakah ku mengetuk pintu? Apa kau tidak berpendidikan?!!!" teriakku padanya, aku benar-benar marah padanya.
"Kau sungguh cerewet" jawabnya terlihat santai.
"Aku tak perlu menggunakan pintu juga agar aku bisa leluasa masuk" katanya lagi berjalan masuk dan duduk di ranjang king size ku.
Aku hanya melihatnya melepas jas kerjanya dan sepatu, lalu menggulung lengan bajunya hingga ke siku dan membuka satu kancing bajunya di atas.
Tanpa merasa bersalah dengan santainya dia rebahan di ranjangku. Aku yang masih berdiri dan memegang ponselku melihatnya seperti itu benar-benar tidak sabar.
"Keluar dari kamarku!!!" teriakku jengah.
"Baiklah kita akan keluar bersama makan siang adikku" katanya mengedipkan satu matanya.
"Aku tidak lapar, jadi tolong keluarlah dari kamarku" kataku setegas mungkin.
"Oh apa itu ponselmu?" katanya menyahut ponselku saat melihat aku memegang ponsel.
"Kembalikan Ed!!! Jangan membuatku semakin marah" kataku sambil berusaha merebut ponselku dari Edgardo yang masih duduk.
Tapi ponselku di pindah ke tangan kirinya yang di angkat ke atas hingga aku luput menyahut ponsel itu. Aku terus berusaha dan sedikit bangkit untuk tetap mengambil ponselku.
Tapi kurasakan ada tangan melingkar di pinggangku, setelah kulihat kebawah ternyata hal itu semua malah membuat tubuhku berada di depan Edgardo, dan tepat di depan wajahnya adalah dadaku.
Author
Edgardo melihat payudara Rose dengan liar dan cepat- cepat Rose menarik tubuhnya dari lingkaran tangan Edgardo.
Tapi hal itu tak berhasil, dia semakin mempererat pelukan itu hingga dada Edgardo menempel di perut Rose karna posisinya lebih tinggi Rose dan hampir saja wajah Edgardo menempel pada payudaranya.
Rose berusaha meronta tapi sia-sia, tangan kiri Edgardo mulai turun dan memeluk pinggang Rose untuk semakin mempererat tubuh Rose.
"Ros diamlah, ini tak apa.. Kita bahkan tidak sedarah bukan?" kata Edgardo yang suaranya mulai serak karena nafsu.
"Berhentilah memelukku, lepaskan aku Ed" teriak Rose sambil memukul bahu dan kepala Edgardo. Tapi sepertinya hal itu sia-sia karena Edgardo seperti tak merasakan apapun yang mengganggunya.
"Diamlah Ros, aku hanya ingin mencicipi sedikit payudaramu saja"
"Tidak.. Lepaskan aku brengsek" teriak Rose sambil tetap meronta tapi usahanya sia-sia.
Edgardo mendengar teriakan Rose bukan melepasnya tetapi semakin bernafsu padanya.
Tanpa menunggu lama lagi Edgardo mendekatkan wajahnya ke depan hingga menempel pada payudara Rose dan mengusapkan pada payudaranya, Rose semakin meronta dan berteriak tapi tak membuahkan hasil, Edgardo semakin mempereratnya.
Tak hanya mengusapkan saja, tapi Edgardo mulai menggigiti di bagian payudara Rose yang masih tertutup baju Rose.
"Oh Ros, payudaramu sangat besar, apakah ukurannya 36? Ini sangat kenyal dan mengacung ke atas, benar-benar membuat adik kecilku bangkit sangat keras, apa payudaramu tak pernah di sentuh orang? Benar-benar padat" tutur Edgardo dan melanjutkan aksinya.
Dia tetap menggigit payudara Rose hingga Rose merasa kesakitan. Tangan kanan Edgardo mulai membuka baju Rose di bagian dadanya di turunkan hingga menampilkan kedua payudara Rose yang besar dan menggoda yang masih tertutup bra.
Bra itu di turunkan oleh Edgardo dengan paksa hingga payudaranya keluar dan terguncang.
"Sangat sempurna" kata Edgardo dan langsung melumat puting Rose dengan kasar.
"Akhh.. Tolonglah lepas.. Akhhh...!!!" teriakan Rose di sela-sela perkataanya karena merasa sakit pada payudaranya.
Edgardo memainkan disana sangat lama. Dan semakin lama Rose lemas untuk meronta, hingga Edgardo merasakan puting Rose juga mengeras, senyuman licik dari bibir Edgardo terlihat tapi masih tetap memainkan payudara itu.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!!" Edgardo dan Rose kaget mendengar gelegar suara bas bariton itu. Ternyata Gerard berada di ambang pintu.
Edgardo melepas pelukan Rose dan Rose duduk di samping Edgardo sambil menutupi payudaranya dengan kedua tangannya sebisa mungkin karena dia tidak sempat lagi untuk mengambil selimutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)
RomanceKonten dewasa!!! WARNING buat yang masih umur 21 kebawah!!! Bagaimana rasanya jika kalian memiliki dua kakak laki-laki tiri yang tinggal seatap tanpa kedua orangtua kalian? Gerard yang jatuh hati pada adik tiri perempuannya bernama Rose yang sempur...