PART 15

75K 1.5K 17
                                    

Drrttt.. drrrttt...

"Halo"

"Edgardo, apa kau sedang sibuk?" Kata seorang yang berada di ponsel Edgardo.

"Dijhe? Ini kau? Kenapa kau menghubungiku? Apa kau bersedia menjual tanah kedai kopimu itu?"

"Berhentilah membicarakan kedaiku Ed, aku menghubungimu bukan karena itu" jawab Dijhe bosan.

"Ayolah.. sudah lama aku menginginkan tanah itu. Kau tidak bisa membuat hal ini sebagai pedangmu, kau selalu mengancamku tidak mau menjual tanah itu jika aku tak menuruti kemauanmu"  celoteh Edgardo.

Dijhe hanya tersenyum mendengar celoteh Edgardo, dan itu benar.. Dijhe selama ini mengancamnya untuk tidak berbuat macam-macam kepada Rose dengan tidak mau menjual tanah yang di didirikan kedai kopinya pada Edgardo.

"Kau sungguh cerewet, aku tak mau mendengar itu. Aku hanya ingin tahu apakah benar informasi yang datang baru saja kalau Gerard dan Ros akan menikah sebentar lagi?" Mata Edgardo membulat mendengar pertanyaan di ponsel.

***

Rose mendekati Gerard yang sedang sibuk menghadap ke laptopnya. Tentunya dengan pekerjaan yang di kerjakan Gerard.

"Ger?" Panggil Rose dengan suaranya yang lembut. Gerard menoleh pada Rose dan menarik kursi di sebelahnya untuk Rose.

"Kau butuh sesuatu Ros?" Tanya Gerard. Rose diam sejenak dan menunduk.

"Apakah aku boleh bekerja?" Tanya Rose dengan hati-hati dan takut.

"Tidak" jawab Gerard dengan singkat dan tegas dan menghadap ke pekerjaannya lagi.

"Aku ingin memiliki uang dari hasil jerih payahku sendiri Ger" jelas Rose.

"Ros... kau bersiap-siaplah dan ikut aku ke kantor" perintah Gerard yang mengalihkan pembicaraan tanda tak setuju dengan Rose. Lalu Gerard menutup laptopnya dan bergegas masuk ke kamar untuk memakai pakaian kerjanya.

***
Rose berada di kamar istirahat Gerard yang ada di dalam ruangan kantor milik Gerard. Di dalam Rose memijat kakinya sendiri.
Tanpa Rose sadari Gerard berdiri di ambang pintu yang memang sengaja pintunya tidak di tutup oleh Gerard agar Gerard bisa melihat Rose saat dia senggang sebentar. Baginya Rose adalah vitamin setiap harinya untuk Gerard, hanya dengan melihatnya saja Gerard sudah tenang.

Kriing.. kriing...

"Ya" jawab Gerard yang berjalan cepat menerima panggilan telepon kantornya.

"Maaf pak, tukang pijat yang anda suruh sudah datang"

"Baiklah, suruh dia masuk" perintah Gerard pada sekertarisnya.

"Baik pak"

Rose menoleh saat ada wanita parubaya dengan tampilannya yang sederhana masuk ke ruang kantor Gerard.

"Masuklah bibi Hans" kata Gerard pada wanita parubaya itu. Hans tersenyum melihat Gerard dan masuk.

"Kau tidak berubah, tetap tampan" kata Hans. Gerard hanya tersenyum.

"Benarkah? Kalau begitu kau pintar memilih pasangan" Hans terkekeh mendengar gurauan Gerard.

"Dia disana" Gerard melihat Rose. Dan Hans masuk ke kamar pribadi Gerard.

"Kau sangat cantik"

"Trimakasih atas pujiannya, anda siapa?" Tanya Rose.

"Hans, panggil aku bibi Hans, aku akan memijatmu, Gerard yang memanggilku" tutur Hans.

"Pijat?" Rose bingung dan melihat Gerard lalu Gerard menganggukkan kepala tanda dia harus menurut pada Gerard. Lalu Hans memijat pundak Rose, kaki dan tangannya hingga Rose merasa nyaman dan tertidur di ranjang milik Gerard.

***

Gerard melihat Rose yang tertidur di ranjang besarnya merasa kasihan dengan keadaannya. Herard mengusap perlahan keningnya dan mengecupnya dengan lembut.

Setelah itu Gerard hendak berdiri turun dari ranjangnya tapi sebuah jari-jari lembut dan kecil menahannya untuk pergi. Gerard menoleh ke arah Rose tapi ternyata Rose masih terpejam dan akhirnya Rose pun memeluk lengan Gerard dengan sempurna. Gerard langsung mengikuti Rose tidur di sebelahnya dan memeluk tubuh Rose dengan tangan kanannya.

Rasa nyaman dan tenang menjalar di hati dan pikiran Gerard. Gerard memejamkan matanya menikmati hal itu. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Tok tok tok...

"Shiitt!" Umpat Gerard.

Perlahan Gerard melepas pelukan Rose dan keluar dari kamar. Gerard melihat George yang sudah duduk di atas sofa luar.

"Ayah sedang belajar malas bersikap sopan santun?" Tanya Gerard menyindir ayahnya yang belum di persilahkan Gerard masuk tetapi ayahnya sudah di dalam.

"Haha.. kau menuruni tingkah ayahmu ini nak" jawab George yang mengingatkan bahwa Gerard terkadang tak memiliki sopan santun juga.

"Ada apa ayah kemari?" Tanya Gerard sinis dan duduk di sofa depan George.

"Berhentilah bertindak bodoh anakku" kata George menghela nafas panjang. Gerard hanya diam dan tak menggubrisnya.

"Apa kau tidak kasihan pada Ros? Apa Ros mencintaimu?"

"Aku akan membuat Ros nyaman dan jatuh cinta padaku" tukas Gerard.

George menghela nafas panjang.
"Baiklah Ger.. jika itu yang kau mau. Tapi berjanjilah pada ayah kau akan menjaga Ros dan hindarkan Ros dari wanita-wanita sialanmu itu"

Gerard melihat ayahnya dengan senyum lebarnya. Ada rasa kebahagiaan dan kelegaan. Bahkan George pun kaget melihat Gerard tersenyum lebar seperti itu. Sudah lama sekali George tidak melihat senyum lebar anaknya ini.

***

Gerard keluar kamar melihat Rose yang sedang menonton acara televisi.

"Oh dan ya satu hal lagi. Ayah hanya menyampaikan yang terakhir, kau jangan terlalu mengekang Ros seperti ini, biarkan dia bebas dengan apa yang dia mau selagi itu baik, tugasmu hanya mendukung memberi keperluannya dan tetap awasi dia dari belakang jika kau ingin Ros nyaman berada di sampingmu nak"

Gerard teringat perkataan ayahnya beberapa hari kemarin saat ayahnya datang ke kantornya. Gerard mendekati Rose dan Rose pun membiarkan Gerard duduk di sebelahnya tak menggubrisnya.

"Ros.. aku ingin bicara" kata Gerard dengan lembut mengusap rambut Rose.

"Apa itu tentang pembatalan pernikahan kita?" Tebak Rose dengan teliti membuat Gerard menghela nafas kasar.

"Tidak Rosku. Kau tetap menjadi milikku" Rose cemberut mendengar jawaban Gerard.

"Tapi kau kakakku Ger" ujar Rose dengan nada sebal.

"Ros.. kau dan aku hanya saudara tiri dan tidak sedarah" jelas Gerard.

"Tidak Gerard. Aku tidak mau menikah denganmu, aku bukan boneka Ger. Aku memiliki perasaan dan aku berhak memilih pasangan hidupku"

Mendengar penuturan Rose rahang Gerard mengeras dan tangannya mengepal. Tapi Gerard teringat perkataan ayahnya, dia harus mendapatkan hati Rose.
Lalu Gerard mengambil nafas dan membuangnya dengan mulut.

"Ros.. aku tidak akan melepaskanmu, kau akan tetap menikah denganku. Aku tidak akan memenjarakanmu, kau boleh melakukan aktifitas yang kau mau selama itu baik untukmu" ujar Gerard dengan lembut dan membelai kepala Rose.

Mata Rose berbinar dan dia tersenyum lebar. Gerard yang melihat itu merasa senang. Dimana kali pertamanya Rose tersenyum padanya, seakan dia melupakan hal pernikahan mereka dan menomor satukan aktifitas Rose.

"Terimakasih Ger"

"Oya.. tapi jika kau ingin bekerja kau bisa bekerja di kan.."

"Ooo... tentu tidak Ger" sahut Rose memotong pembicaraan Gerard.
"Aku tidak akan bekerja di kantormu, aku akan bekerja di tempat yang kumau sendiri" sambungnya seakan Rose tau yang akan di bicarakan Gerard.

Gerard melihat Rose dengan sewot dan berpaling melihat acara televisi. Gerard ingin menikmati waktu berdua dengan Rose tanpa bertengkar.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang