PART 25

53.2K 1.1K 32
                                    

Rose berdiri di balkon yang berada di kamar Apartement Gerard dengan melamun. Dia khawatir dengan apa yang di lakukan Gerard nanti jika tahu tentang hal ini.

-ROSE-

"Apa kau merasa nikmat bersama Edgardo?" Suara bariton itu seperti sambaran petir di hatiku. Menggelegar di tengah-tengah heningnya suasana saat ini. Aku membalikkan badan dan Gerard berdiri di ambang pintu balkon dengan gagahnya yang masih mengenakan pakaian kerjanya yang lengkap dengan sepatu.

Kulihat rahangnya mengeras matanya  yang sangat tajam dan kedua tangannya mengepal. Sungguh.. aku takut dengan suasana seperti ini.

Dia mendekat berjalan ke arah dengan suara sepatunya yang membuat suasana menakutkan.

"Jawab aku Ros" kata Gerard dengan lirih tapi tajam seperti penuh dengan tuntutan. Dan panggilan 'sayang' pun juga tidak ada, seperti ada yang hilang dari hatiku.

"A..ak..aku tidak melakukan apapun" perkataanku tidak bisa di kontrol. Kenapa aku menjadi gugup seperti ini? Aku sangat takut.

"Tidak melakukan apapun dan kau menikmati apa yang di lakukan Edgardo terhadapmu, wanita macam apa kau?! Dasar jalang!" Perkataan Gerard ini membuat hatiku tersayat.
"Kenapa kau tidak mengatakan semuanya kepadaku hah?!!!" Bentak Gerard kepadaku.

"JAWAB!!! APA YANG KAU LAKUKAN SELAMA INI DI MANSION!!!" Gerard membentakku semakin keras. Aku sempat terlonjak kaget. Kali ini Gerard mencengkeram lenganku dengan kencang. Aku merasakan sakit di lenganku.

"Seb.. sebenarnya aku juga ti..tidak mau Ger" kataku sambil menangis terisak. Entah kenapa hatiku terasa sakit dan takut saat dia marah seperti ini.

Tiba-tiba Gerard melumat bibirku dengan sangat kasar. Lebih kasar dari Edgardo. Seperti melampiaskan beban yang sangat pahit. Aku pun meronta saat menerima perlakuannya, untuk yang pertama kali aku merasa di lumat dengan sangat kasar.

Air mataku keluar terus menerus seakan tak mau berhenti. Lalu dengan cepat Gerard melepas pagutan kasarnya. Aku diam menunduk, aku berusaha menghentikan air mataku tapi tidak bisa. Sakit di bibirku masih terasa meskipun sudah di lepas.

Aku merasakan darah di sudut bibirku. Aku mengusap dengan jempolku dan ternyata benar, ada darah di sudut bibirku. Aku melihat ke arah Gerard yang masih berada di depanku dengan nafas naik turun yang terlihat jelas di tubuhnya. Dan sorot mata tajam yang menggebu gebu sepertinya dia sangat marah.

Kulihat manik matanya beralih turun pada payudaraku yang naik turun juga karena kami berdua kehabisan oksigen.

"Kau.. Edgardo... pa..payudaramu" perkataan Gerard membingungkanku, seperti ada yang ingin dia katakan tetapi dari wajahnya dia seperti frustasi dan tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Dia meremas rambutnya sendiri dengan kedua tangannya dan meringis seperti orang yang benar-benar frustasi.

"Bisakah kau menjaga dirimu sendiri saat tidak bersamaku hah?!!! Banyak orang yang ingin membuatku bangkrut, banyak pekerjaan lain yang harus aku kerjakan, tapi.. " Ucap Gerard terhenti dengan amarahnya yang menguar.

"Kau melarangku untuk memberi pengawalan tapi kau tidak bisa menjaga tubuhmu demi suamimu! Dimana otakmu?!!!" Ucap Gerard lagi, ucapannya membuatku tersadar bahwa aku juga salah. Benar... seharusnya aku menuruti perkataan Gerard dengan pengawalan. Kenapa aku menolak? Aku menangis dalam diam. Air mataku terus keluar tetapi aku tidak bisa bersuara.

"Ma.." tiba-tiba perkataanku terhenti saat aku ingin berkata 'maaf' tetapi Gerard sudah meninggalkanku dengan keadaan seperti ini.

***

Sudah pukul 12.45, tetapi Gerard belum pulang juga. Gerard? Aku merindukan kasih setiamu. Bahkan air mataku terus keluar mengingat kelembutanmu tadi pagi. Sekejab saja sudah menghilang.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang