PART 26

52.1K 1K 22
                                    

"Mary? Apa yang bisa kubantu?" Tanya Rose pada Mary yang sedang memasak di dapur.

"Tidak nona. Kau bisa duduk bersantai sebentar lagi masakan sudah siap" jawab Mary.

"Ayolah" ujar Rose sambil mengaduk sup yang hampir mendidih di atas kompor. Mary melihat nona nya tersenyum. Baru kali ini Mary melihat majikannya yang sangat cantik dan kaya raya tetapi mau berkutat di dapur.

"Mary? Kenapa kau bisa berada di Apartement ini tadi malam?" Tanya Mary, Mary tersenyum.

"Tadi malam aku di hubungi oleh Jimmy untuk menemanimu dan mengurusmu sementara karena tuan Gerard sedang sibuk" jelas Mary jujur.

"Aku senang kau berada di sini tadi malam. Aku merasa kesepian, Gerard tidak kunjung pulang, aku pikir yang membuka pintu Apartement Gerard, ternyata kau" cerita Rose dengan senyumnya.

"Sudah siaaaap" kata Mary dengan sumringahnya. Rose tersenyum lebar dan mengambil mangkuk.

Rose mencium aroma sup itu.
"Mmm... kelihatannya enak Mary" ujar Rose.

Setelah semua sudah siap di atas meja makan. Rose duduk bersama Mary juga, Rose memaksa Mary untuk makan bersama. Karena Jimmy barusaja menghubungi Mary bahwa Gerard tidak bisa pulang pagi hari ini. Maka Rose menyuruh Mary untuk menemaninya makan, lagipula sarapan begitu banyaknya juga tidak akan habis jika hanya untuk Rose.

***

Rose ingin keluar dari Apartement untuk jalan-jalan. Dia bosan hanya berada di dalam Apartement.

Dia membuka pintu dan kaget dengan orang yang berdiri di pinggir pintu Apartement.

"DIJHE..." Pekik Rose dengan senang. Sudah lama mereka tidak bertemu.

"Flower, aku merindukanmu" ujar Dijhe memeluk Rose. Rose pun juga membalas pelukannya.

"Aku senang bertemu denganmu" ujar Rose dengan tulus.

"Ingin kopi pagi?" Tawar Dijhe. Rose mengangguk cepat dan senang.

Setelah mereka masuk ke mobil mereka berdua sangat cerewet, tepatnya Rose yang banyak cerita dalam kehidupannya akhir-akhir ini. Dijhe pun kaget mendengar cerita yang di lalui sahabatnya.

"Mmm Dijhe, kenapa kita lurus? Bukankah kedai kopimu belok kanan?" Tanya Rose bingung. Dijhe tersenyum.

"Aku sudah menutup kedai kopi itu Flower".

ROSE

"Aku sudah menutup kedai kopi itu Flower" jawaban Dijhe membuatku kaget.

"Kenapa?"

"Gerard sudah membuatku menutup kedai kopiku semenjak kita bertemu terakhir waktu itu, dia juga membuatku gagal dalam membuka cabang lagi" aku terperangah mendengar penjelasan Dijhe.

"Benarkah?" Kataku yang mulai merasa geram pada Gerard.

"Maafkan aku Jhe. Aku tidak bermaksud menghancurkan mas.."

"Sudahlah Flower, aku tidak apa.. sekarang pikirkan dirimu, lagipula aku juga tidak di buat Gerard bangkrut total. Dia hanya membuat separuh asetku hilang. Tenang sayang, aku masih tetap kaya" jelas Dijhe yang aku tahu dia hanya menenangkanku.

"Kau tahu Flower? Sebenarnya Gerard orang yang baik" aku menyunggingkan satu sudut bibirku meremehkan perkataan Dijhe.
"Itu benar Flower, jika dia orang jahat mana mungkin dia membuatku bangkrut dengan separuh asetku saja? Dia juga memikirkan kehidupanku selanjutnya. Aku tahu dia hanya memberiku pelajaran saja, pikirkan dengan baik hal itu sayang" jelas Dijhe lagi.

"Apa kau bodoh? Jika dia orang baik dia tidak akan memberimu pelajaran apapun" kataku sambil turun dari mobil dan juga Dijhe. Kita sudah sampai di kedai kopi.

"Baiklah Flower jika itu pemikiranmu, tapi yang jelas seorang Gerard hanya memberi pelajaran seperti ini saja bagi semua orang itu hal luar biasa, karena seorang Gerard biasanya membunuh orang berdekatan dengan orang yang dia cintai, apalagi aku bukan keluarga atau sahabat Gerard" kata Dijhe sambil berjalan beriringan denganku. Dan memesan di minuman yang di sediakan menu dari pegawai kedai ini.

"Lalu kenapa kau masih tidak takut berdekatan denganku?" Tanyaku lagi melanjutkan setelah kami memesan.

"Karena aku tahu Gerard orang baik"

"Sudahlah Dijhe.. terserah apa yang kau bicarakan"

Lalu kita menunggu beberapa menit sambil mengobrol kesana-kemari berganti topik membicarakan teman-teman yang dulunya bekerja di kedai kopi Dijhe.
Pesanan kami pun datang dan kami menyesap kopi dalam diam dengan tenang, tiba-tiba aku memberhentikan sesapan kopiku dan melihat Dijhe.

"Dijhe? bagaimana kau bisa berada di depan pintu Apartement Gerard tadi?" Tanyaku yang barusaja teringat, Dijhe terkekeh.

"Bagaimana jika aku tinggal di Apartement bersebelahan denganmu saat ini?"

"Benarkah? Kau tinggal berdampingan dengan Apartement Gerard?" Tanyaku lagi tak percaya. Dijhe tersenyum dan mengangguk.

"Oh bukankah dia Gerard Cliffort? Dia tampan sekali" kata seorang wanita yang kudengar berada di belakangku. Aku tadi sempat melihat mereka bergerombol, mereka sangat berisik sedari tadi. Aku duduk membelakangi mereka. Tapi aku dan Dijhe sontak diam saat mereka menyebut nama Gerard saling berpandangan dan melihat ke arah luar dinding kaca bersamaan, Ya.. dinding ini terbuat dari kaca menampilkan semua yang ada di luar. Kami melihat ternyata benar. Gerard yang terlihat berantakan dengan kemaja saja tanpa dasi dan jas, kancing kemeja yang di buka satu menampilkan sedikit dada kekarnya, dan lengan kemeja yang di gulung sampai siku rambut yang tidak tertata, dia bersama Jimmy dan dua pengawalnya. Mereka baru keluar dari mobil hendak memasuki di kedai ini.

Sontak aku menarik tangan Dijhe dan berlari secepat mungkin, aku memasuki kamar mandi dan beberapa wanita yang berada di depan kaca toilet menjerit keluar dan ada juga yang mengumpat, aku berhenti di dalam dan melepas tangan Dijhe. Sedikit mengatur nafas dan melihat Dijhe yang terlihat tenang dengan senyuman lebarnya menghadap ke arahku.

"Kenapa kau terlihat santai?" Tanyaku kesal. Bagaiamana jika mereka mengetahui kita berdua lagi? Apakah dia akan tetap berwajah bodoh seperti ini?

"Aaa..." jerit seseorang yang keluar dari salah satu kamar mandi. Oh iya.. aku membawa Dijhe ke toilet wanita.

"Tenangkan dirimu Flower" jawab Dijhe.
"Ayo kita keluar, aku akan berbicara baik-baik pada Gerard" kata Dijhe lagi dan menarik tanganku keluar. Aku sedikit ragu. Tapi aku bisa apa. Aku juga tidak bisa mengurung Dijhe di dalam toilet ini, jika ada yang melapor keamanan maka akan bertambah runyam.

Kami keluar mencari sosok Gerard tapi tidak ada. Dimana dia?

"Iya tadi itu memang Gerard, sebenarnya dia lebih tampan dari foto" kata seorang wanita di sebelahku. Aku melirik ke arah mereka yang sedang memandangi salah satu ponsel yang di genggamnya.

"Iya, lebih tampan yang asli tadi, tapi bagaimana bisa kau mendapat gambar itu?" Tanya yang lain.

"Hal langka bisa melihat sosok Gerard, Aku sengaja mengambil gambarnya saat aku di kelab malam kemarin malam"

"Tapi kenapa dia masih di kelab malam, apa istrinya yang lebih cantik dan menarik itu kurang memuaskan?"

Aku tak tahan lagi. Aku menghampiri mereka dan menyahut ponsel mereka dengan lancang kulihat ada gambar Gerard yang sedang memeluk wanita seksi, cihhh... wajahnya pun tidak terlalu cantik. Aku menghapus gambar itu dan mengembalikan ponsel mereka. Tatapan melongo dari mereka yang di tunjukkan padaku. Apa kalian baru menyadari bahwa istri Gerard berada di sebelah kalian hah? Rasakan itu kalian para mulut bebek yang robek.

***

Aku menjatuhkan tubuhku di ranjang besar ini dan melihat langit-langit kamar. Rasa sesak mulai menggerayangi dadaku.

Kenapa Gerard di kelab malam? Jimmy bohong kepadaku dan Mary.
Tanpa sadar aku merasakan tetesan air mataku di kedua pelipisku.

Pernikahan macam apa? Apa dia membalasku dengan ini? Bukan aku yang memulai tapi Edgardo yang membuatku seperti ini. Aku juga tidak mengerti. Entahlah.. aku terus mengeluarkan air mata.

My Brother Is Too Protective (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang